Basement

26 13 6
                                    


~Gue lebih milih ga punya ayah,dibanding punya orang tua bedebah~

Biasanya Qaila hanya akan di hukum seminggu di kamar. Tidak pergi sekolah, tidak ikut makan bersama,tidak selangkah pun kakinya di izinkan melangkah melewati pintu.

Namun kali ini papanya mengurung nya di basement. Sebenarnya itu tidak akan terjadi jika Qaila tak mencoba kabur  tengah malam setelah KSN itu.

"Anjing, udah tua. Masih banyak gaya, kesungkur di tanah mati lo " semua barang barang di meja panjang itu berjatuhan.

Nafas Qaila tercekat, disusul air mata yang mengalir deras. Sudah tiga hari ia di ruangan pengap ini. Kerjanya hanya marah-marah, setelah itu nangis sesenggukan.

"Gue lebih milih ga punya ayah,dibanding punya orang tua bedebah" ucap Qaila lirih. Badannya sudah merosot kebawah, terlalu lama ia berdiri. Menendang apapun yang ada disana.

"Selalu minta hasil yang bagus, proses nya ga pernah ditemani "

Qaila menghapus kasar air di pipinya. Lalu kembali berdiri,

"Makin hari makin pengen bunuh tu orang rasanya " tangan gadis itu mengepal, mengumpulkan semua amarah di genggamannya.

"Lebih baik langsung diciptain jadi hewan gue, kalo tau disini diperlakukan ga kayak manusia"

"Mending gue lahir dari rahim pengemis dibanding terlahir di keluarga ambisius begini" Qaila menjatuhkan badannya ke ranjang tidur. Menenggelamkan wajahnya di bantal.

Hanya beberapa saat keadaan hening, tak lama terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Dan mendekat.

Ceklek

"Ila, ibu nyuruh aku bawain kamu roti. Sepertinya makan malam nanti akan aku antar sedikit telat, nunggu tuan dan nyonya pergi dulu" suara lembut gadis yang dibencinya itu memasuki indra pendengaran nya.

Selama menjalani hukuman,Qaila hanya diperbolehkan pak tua itu makan siang. Namun jika kepala keluarga itu pergi bersama istrinya di malam hari. Ibu Karina langsung buru-buru menyuruh anaknya mengantarkan makanan apapun untuk Qaila.

"Terserah lo" Qaila tak berniat mengangkat kepalanya sedikitpun.

"Kalo kamu butuh sesuatu, sekitar 2 jam lagi aku akan kembali " Karina memberitahu.

"Gue butuh sesuatu " Qaila langsung mengubah posisi menjadi duduk.

"Gue mau minta tolong ambilin laptop gue di laci kamar" lanjut Qaila.

"Karin ga berani Ila, gimana kalo ketahuan tuan" Cicit Karina.

"Bokap gue ga tau laptop gue yang itu, laptop yang biasa udah disita juga kemarin"

"Tapi-"

"Payah lu ah, tadi nawarin bantuan kalo gue butuh sesuatu. Ya ini, gue butuh tu laptop!" Qaila berbicara jutek karena Karina berniat menolak.

"Ya-yaudah, tapi tunggu tuan pergi ya. Mereka pergi sekitar jam 8 nanti"

"Aich, lama banget. Suruh mereka pergi sore ini juga"

"Kan Karin ga punya wewenang apa-apa disini ila, Karin cuma anak pembantu" Raut wajah Karina memperlihatkan kekesalannya.

"Yaudah terserah deh, intinya gue mau lo secepatnya bawa tu laptop kesini!"  Qaila mengacak-acak rambutnya,frustasi sekali rasanya beberapa hari ini tidak megang hape.

"T-tapi ada.. "

"Adek gue?, udah dia ga cepu kok orangnya. Santai aja udah" Qaila mengerti apa yang ditakutkan gadis itu. Adik laki-laki nya, anak itu jarang ikut orang tua mereka saat ada acara bisnis.

"Yaudah Karin pergi dulu, takut tuan keburu bangun" gadis culun itu melambaikan tangannya sekilas, lalu berlari kecil kembali naik ke atas. Tingkahnya itu membuat Qaila tertawa kecil.

"Untung ada tuh bocah, kenapa ga dari kemarin gue suruh ya" Qaila masih tersenyum tipis sambil melangkah mengambil gunting yang tadi ikut terjatuh ke lantai.

"Kenapa sih orang kalo stres harus potong rambut?" gadis itu bertanya sendiri sembari melihat gunting yang di pegang nya.

"Kenapa ga kepalanya yang dipotong, kan lebih ampuh ngilangin pikiran. " gunting di tangannya mulai menyentuh rambut nya yang di cepol asal.

"Kalo gue potong rambut yang hilang apanya?" Qaila masih berbicara sendiri sambil menatap pantulan nya di cermin bulat.

"Ya yang hilang rambutnya doang ga sih, emang iya stres nya bakal ikutan hilang?" gadis itu masih memikirkan kebenaran potong rambut saat sedang banyak pikiran.

"Awas aja kepala gue masih berat, gue potong juga nih kepala" Qaila melihat penampilannya di cermin. Rambut pendek tidak seburuk itu juga.

"Masih cantik kok gue, mau gimana pun kayaknya tetap cantik" ucap Qaila percaya diri, sesekali menyisir rambutnya dengan jemari lentiknya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kenapa like lebih banyak daripada komentar? Karna menyukai lebih gampang daripada mengungkapkan

( Komen 3 kata juga gapapa :] )

𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧.

Titik LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang