BAB 6-Tanggung jawab dan Kesetiaan

20 4 0
                                    

BAB 6—Tanggung jawab dan Kesetiaan

Sagara

"Ini segini cukup? Apa mau lebih tinggi lagi?" tanya gue kepada Bella, gue saat ini sedang melakukan tugas seorang pria sejati kaya Kapten Jin yang ada di drama Korea yang cukup populer akhir-akhir ini. Gue gak tau jelas dramanya kayak apa, tapi Bella sering banget ngomongin dia sampe gue sedikit tahu kisah tentang Tentara Korea dengan Dokter cantik yang menjalin hubungan di tengah konflik besar. Sejujurnya, gue gak terlalu paham dengan daya tarik drama-drama Korea itu, tapi melihat antusiasme Bella saat menceritakannya, gue jadi sedikit tertarik juga.

Bella memutar kepalanya, sejumput rambut dari Bella sedang gue angkat tinggi-tinggi untuk menyesuaikan tinggi ikatan yang dia inginkan, gue jadi banyak belajar semenjak sering mengikat rambut Marisela—sedikitnya, gue lumayan udah jago nih, cowok idaman banget kan gue? dalam beberapa minggu terakhir, gue udah jadi semacam ahli dalam urusan mengikat rambut. Setiap kali Marisela minta tolong, gue bisa ngelakuin dengan cepat dan rapi. Ini bukan hal biasa buat cowok, tapi gue bangga ngelakuin ini apalagi untuk cewek gue.

Saat mengikuti rambutnya, gue merasa seperti seorang ahli yang sedang menciptakan karya seni. Setiap gerakan tangan gue atur dengan hati-hati, mencoba membuat ikatan yang sempurna tanpa memberikan tekanan berlebihan pada kepala Bella. Meskipun gue sering mengikat rambut Marisela, setiap pengalaman ini masih terasa seperti tantangan baru bagi gue.

Gue menyisir pelan rambutnya yang terasa lembut, merapikan anak rambutnya yang sedikit berjatuhan. Rambut Bella selalu terawat dengan baik, dan gue gak mau ngerusak penampilan sempurnanya dengan ikatan yang asal-asalan. Gue berusaha sebaik mungkin untuk bikin dia nyaman dan tetap terlihat cantik. Setelah dirasa cukup nyaman, gue mulai mengikat rambutnya seperti ekor kuda, menepuk pelan kepalanya akhirnya gue mengakhiri kegiatan gue. Ada perasaan puas setiap kali gue berhasil mengikat rambut dengan baik. Rasanya seperti ada ikatan emosional tersendiri dalam setiap helai rambut yang gue rapikan.

"Nyaman ga? Atau aku terlalu kenceng ngiketnya?" tanya gue, memastikan kepalanya tidak sakit.

Dia menggeleng, tubuhnya bergerak menghadap gue yang masih duduk di atas meja, "makasih." Ujarnya manis. Senyumnya bener-bener bikin hati gue meleleh. Ada sesuatu yang spesial setiap kali dia ngasih senyum kaya gitu, seakan-akan semua usaha gue terbayar lunas.

Gue tersenyum, dia cantik banget kalo udah senyum begitu, "sore nanti kamu jadi nonton aku tanding kan?" tanya gue, berharap Bella bisa ikut serta dalam momen penting bagi gue. Meskipun cuma pertandingan antar sekolah, tapi kehadiran dia bakal berarti banyak buat gue.

Bella mengangguk, "bisa, tapi nanti aku agak telat, gak papa? Aku ajak Sela sekalian." Mendengar nama Sela gue refleks berdiri, astaga! Gue lupa sesuatu! Pagi tadi Marisela meminta gue untuk mengantarnya check up ketika istirahat dan izin masuk terlambat kepada Guru. Dengan cepat gue merogoh saku untuk mengambil ponsel gue, ketika layar pipih itu hidup gue dapat melihat rentetan chat dan panggilan tak terjawab yang lumayan banyak dari Marisela.

Sebelum istirahat tadi, gue izin ke toilet dan dikarenakan jam-nya mendekati jam istirahat akhirnya gue gak sempat balik ke kelas dan pergi menuju kelas Bella, selepas itu kami pergi ke ruang Baca yang dimana sampai saat ini masih kami tempati. Sialnya, gue juga mengaktifkan mode silent, jadi gue gak tau sama sekali kalau ada pesan dan panggilan masuk dari Marisela.

Marisela: Lo dmn?

Marisela: Gw nunggu d parkiran y

Marisela: PING!

Marisela: PING!

Marisela: PING!

Marisela: NARUTOOOO

The Wind Beneath My WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang