BAB 7-You Jump, I Jump

27 4 0
                                    

BAB 7—You Jump, I Jump

Marisela

Aku menatap gips yang sudah terlepas dari lenganku setelah menemaniku selama hampir dua bulan ini. Akhirnya, aku bisa merasakn kebebasan lagi, meskipun masih harus tetap melakukan kontrol perkembangan lenganku ini. Rasanya seperti beban yang diangkat dari tubuhku, tapi juga ada kekhawatiran tersisa tentang pemulihan yang sepenuhnya. Aku menutup lokerku yang tersimpan baju seragamku di dalamnya, berharap bisa segera kembali ke rutinitas normal.

Ruangan loker ini, yang biasanya dipenuhi dengan tawa dan obrolan riuh teman-temanku, sekarang sepi karena mereka semua sudah selesai latihan. Hanya ada suara gemercik air dari kamar mandi dan sesekali suara langkah kaki dari kejauhan. Aku menghirup napas dalam, merasakan aroma khas klorin yang selalu mengingaktanku pada hari-hari latihan yang intens. Kepalaku berputar otomatis ketika mendapati temanku yang baru saja datang dengan rambut basahnya, dia baru saja berganti baju setelah selesai melakukan latihan. Wajahnya bersinar oleh sisa-sisa air yang masih menetes dari rambutnya.

"Gimana tangan lo sekarang? Aman?" dia berjalan melewatiku, menggosok rambutnya dan duduk di atas bangku besi yang berada di tengah. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran, sesuatu yang membuatku merasa berharga sebagai bagian dari tim ini.

Aku menghampirinya, "masih harus terus dipantau perkembangannya, tapi sekarang udah bisa digerakkin." Jawabku dengan nada optimis, meskipun dalam hati aku masih merasa khawatir. Aku menggerakkan sedikit tanganku untuk menunjukkan kemajuan, meskipun ada sedikit rasa nyeri yang masih tersisa.

Dia memperhatikan aku yang sudah memakai baju renang sejak tadi, "lo mau ke kolam?" tanyanya. Ada nada heran dalam suaranya, mengingat aku biasanya hanya menonton di tribun ketika mereka sedang latihan. Pandangannya terarah ke tubuhku yang sudah siap terjun ke air.

Aku mengangguk, "gue diem di pinggir aja, gue kangen nih sama air." Rasanya seperti bertemu sahabat lama setelah sekian lama terpisah. Air selalu menjadi tempat pelarianku dari segala tekanan dan kebingungan.

"Ceilah, kangen segala, emangnya lo selama ini gak mandi apa?" candanya, berusaha mencerahkan suasana.

"Sembarangan lo! Ya mandi lah," ucapku tak terima, meskipun dalam hati aku tertawa kecil.

"Pak Ridwan kayaknya udah pulang, tumben banget lo kesini pas kita udah beres," ucapnya, "lo gak kasih tau Pak Ridwan?" lanjutnya bertanya.

Kali ini aku datang bukan untuk melihat teman-temanku latihan, dan mendapatkan ilmu yang takut aku lewatkan kalau saja aku absen. Kali ini, aku hanya ingin mendinginkan pikiranku. Hanya bersentuhan dengan air terkadang bisa membuatku tenang, menghapus segala kegelisahan yang ku rasakan.

Gita mengangguk, cewek berambut sebahu itu kini menatapku dan tersenyum, "lo harus cepet pulih buat jadi saingan gue lagi." ucapnya, ada semangat kompetitif dalam ucapannya yang mendorongku.

Aku terawa mendengarnya, "tentunya gue jauh lebih bagus daripada lo."

Cewek dengan mata kecil itu menyipitkan matanya, membuat bulatan hitam di matanya itu nyaris tenggelam, "oh ya? lo absen latihan cukup lama. Lo kira lo bisa ngalaih gue?

"Yakin banget lo," balasku sambil tersenyum, "eh, yang lain udah pada pulang?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Kayaknya sih udah, gue tadi yang terakhir di kolam soalnya."

"Oke, gue kesana dulu ya," pamitku meninggalkan Gita yang masih berkutat dengan rambutnya yang basah. Aku berjalan dengan langkah yang penuh semangat menuju kolam, membayangkan sensasi air dingin yang menyentuh kulitku.

***

Aku menaiki tangga yang akan mengantarkanku menuju platform dengan ketinggian 5 meter. Ya pada akhirnya aku tidak hanya diam dipinggir kolam dan memilih untuk menaiki tangga. Tangga itu terasa lebih tinggi dari biasanya, mungkin karena sudah lama aku tidak menaikinya. Setiap langkah terasa seperti perjalanan menuju masa lalu, mengingatkanku pada saat-saat berdiri di ujung platform ini dengan keyakinan penuh. Aku berjalan menuju ujung untuk berdiri di sana, melangkah dengan perlahan. Platform ini selalu memberikan perasaan campur aduk—antara keberanian dan ketakutan, antara semangat dan keraguan.

The Wind Beneath My WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang