10

6 0 0
                                    

dream within a dream

Rey terbangun . Yang pertama dilihatnya adalah Glenca yang tengah tertidur dengan kepala berada di atas tumpuan tangan .

"Glenca?.." beo Rey yang masih setengah sadar

Perlahan pria itu merubah posisinya dari baring , mendudukan dirinya dengan sedikit bersandar .

Mata indah milik Rey terus menatap Glenca yang masih memejamkan matanya , berselimut mimpi .

"Cantik.." ucap Rey tersenyum manis

Rey memusatkan matanya kepada gadis manis yang tertidur di sampingnya .

"Saat melihat Glenca , entah kenapa aku malah menjadi pujangga yang bersyair merdu dengan segenggam puisi terus beradu.."

Rey menatap jendela yang terbuka , tampak bunga mawar merah indah menggoda pandangan .

"Rasanya ingin ku petik bunga itu , lalu ku simpan di balik telinga cantik mu . Ku baca puisi yang penuh dengan pelangi , mata berpadu indah dengan wajah damai mu.." ucap Rey dengan nada syair

pria itu merasa senang , Glenca adalah gadis pertama yang menerimanya dengan tulus . Kehidupan merenggut haknya dalam memiliki keluarga , haknya mendapatkan kasih sayang manusia , haknya di mengerti dan di perhatikan .

Namun...

Glenca memberikan hak itu pada ku , pada Rey . Gadis itu memahaminya , mengerti dirinya , selalu mendukung dan menerimanya . Glenca lebih dari sekedar sahabat bagi Rey , Glenca lebih dari rumah .

"Glenca adalah ruang terindah milik Rey . Dan hanya Rey yang boleh mendapatkan ruang khusus dari Glenca!.." tegasnya dengan kukuh

perlahan Rey mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Glenca . Gadis manja dan cengeng itu kini tertidur lelap , Rey tersenyum miring .

"Meskipun kau tulus ,Glen . Jujur , kau sungguh munafik.." ucap Rey

"Kau berbohong kalau kau tidak perduli padaku dan keadaanku. Nyatanya , kau tetap menangis dan berharap aku kembali..." ucap Rey

perlahan tangan Rey mencoba mengusap rambut Glenca .

jleb!...

Rey membeku. Tangannya tidak bisa menyentuh tubuh Glenca .

Apa ini ? kenapa aku tidak bisa menyentuhnya?

Rey menatap tangannya , wajahnya penuh ketakutan .

"Kenapa aku tidak bisa menyentuhnya?.."

Rey menggeleng keras!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rey menggeleng keras!

"Tidak , tidak mungkin! Apa aku sudah tiada? Apa benar?.." racau Rey mengacak ngacak rambutnya

Sekali lagi , Rey mencoba menyentuh Glenca . Berharap jika semua ini mimpi baginya , dengan perasaan berdebar dia menyentuh kembali tangan Glenca. 

Namun , hasilnya nihil .

"Gkenca , bangun Glenca . Kamu bisa mendengar suara ku bukan? .." ucap Rey berteriak

perlahan Rey berdiri di samping Glenca yang masih setia di posisinya . Pria itu berharap banyak saat ini .

"Glen , ayolah bangun . Tidak mungkin kan aku mati?.. " ucapnya dengan bimbang di selimuti suara tawa

"Tuhan , jangan sekarang ku mohon!.."

Rey berjalan ke meja untuk mengambil ponselnya. Namun , Tangannya tidak bisa mengambilnya dan malah menembusnya.

"Ayolah! Kumohon jangan bercanda.."

Rey hampir frustasi karena dirinya kini tidak bisa menyentuh apapun , semua yang dia sentuh akan tertembus.

Semua ini hanya membuat ku semakin gila!

Rey kebingungan , dirinya ingin kembali seperti biasanya .

"Tuhan aku ingin normal , Glenca masih membutuhkanku.." ucap Rey

"Mungkin , jika aku kembali berbaring di tubuh itu aku bisa kembali.." ucap Rey mendapatkan ide

perlahan pria itu menidurkan kembali dirinya seperti tubuhnya yang terbaring di baranka.

"Semoga saja ini berhasil!.." ucapnya menghela nafas



-



Glenca terbangun dari mimpi indahnya . Wajah berseri itu kembali masam , setelah melihat Rey yang masih terbaring .

"Rey , apa kau sudah sadar?.."

Ini adalah pertanyaan ke-1000 kali nya Glenca ucapkan pada Rey .

meskipun tidak ada jawaban dari Rey , Glenca selalu mengulang pertanyaan itu dengan harapan Rey akan terbangun dan menjawabnya .

"Rey , kapan kau akan bangun dan melihat bahwa dunia sudah berubah . Bangun ya , masa lo gak rindu sama gue? atau sahabat lo yang selalu nunggu lo .." ucap Glenca menyentuh tangan Rey lembut

"Rey , gue selalu mengingat semua masa indah yang sudah kita lewati bersama . Gue butuh lo , Rey.."

Glenca menyandarkan kepalanya di bahu Rey yang terbaring . Gadis itu menatap wajah Rey yang masih menutup mata .

"Rey , Caca udah ga bully aku lagi . Aku juga sekarang jadi pilar di Seni , karena kamu aku jadi ketua divisi satu Seni ..." ucap Glenca dengan senang

"Aku nunggu kamu udah 3 bulan , apa kamu gak mau bangun Rey?.." lagi lagi Glenca bertanya sambil menatap wajahnya dari samping

"Rey , aku gak pernah merasa kehilangan meskipun Papi sekarang ninggalin aku . Tapi , aku merasa kehilangan saat kamu tidak ada Rey . Lelah menunggu kamu , Rey . Tapi aku yakin.."

"Kamu akan bangun , kita bersama lagi . Aku tunggu waktunya , Tuhan.." ucap Glenca

Gadis itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam saku jaketnya . Perlahan Glenca turun dari bed hospital.

"Kamu ingat foto ini?.." tanya Glenca

Glenca memeluk Rey dan mendekatkan wajah keduanya .

"Saat itu , adalah saat kamu membawaku ke bukit itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat itu , adalah saat kamu membawaku ke bukit itu . Masa dimana , aku merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan dari yang lain.."

Glenca menatap lekat foto di tangannya. "Aku melihat kedewasaan , keindahan , kebahagiaan , keyakinan , kehangatan , dan cinta . Dimata indah mu , Rey.."

Glenca sangat bahagia mengatakan semua itu , meskipun dia tau Rey tidak akan pernah mendengarnya .

"Asal kau bersama dengan ku , aku yakin dunia ku bahagia.."

merindukan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang