CHAPTER 11 : Bagaimanapun Akhirnya

10.4K 81 1
                                    

"Morning, sayang"

Abel mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengumpulkan kesadarannya secara penuh sebelum kemudian menoleh ke sebelah kirinya di mana Bian tengah menatapnya menyamping menyangga kepala dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya ia pakai untuk mengusap perut polos milik Abel

Abel tersenyum merona melihat Bian tanpa sehelai kain di sampingnya, wanita itu seketika teringat dengan bagaimana mereka menghabiskan malam yang panjang dalam kegelapan yang hanya diberi penerangan dari luar jendela karena mereka melakukannya dengan gorden terbuka

Namun, yang paling membuatnya merona adalah mengingat bahwa Bian melakukannya dengan sangat-amat lembut, dengan kasih sayangnya menahan diri untuk tidak menghentak Abel dengan keras dengan alasan bahwa pria itu tidak ingin menyakiti Abel dan anak mereka

Jadi, semalam Abel merasa dirinya diperlakukan layaknya seorang putri, dan Abel suka dengan gagasan itu

"Semalem tidur lo gak nyenyak" kata Bian kali ini tangannya yang mengelus perut Abel beralih mengusap lembut kepala Abel sembari merapihkan anak rambutnya

Abel mengangguk menyadari itu "Punggung aku nyeri"

"Gara-gara gue mainnya kasar ya?" dan Abel menggeleng dengan cepat menjawabnya

"Sama sekali engga, semalem itu justru adalah penyatuan paling lembut dan penuh kasih yang pernah aku rasain, aku seneng banget karena kamu rela nahan hasrat kamu karena mikirin aku dan anak kita--" tangan Abel terulur mengusap rahang tegas adik iparnya itu dengan lembut

"-- aku nyeri punggung itu emang udah setiap hari dirasain, karena little bian udah makin gede, jadi emang udah mulai sakit di seluruh tubuh dan itu normal dan itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan, jadi gak usah dipikirin, hm?"

Bian mengangguk mengecup sekilas bibir kesukaannya itu sebelum kemudian kembali bicara "Yaudah, kalau gitu lo siap-siap ya, sarapan karena gue udah pesen makanan tadi jam 6, sama kalau udah sarapan langsung ke kolam renang, gue tunggu di sana"

"Kolam renang? Kamu mau berenang?"

"Dan harus sama lo--sebenarnya karena semalam gue liat lo banyak keliatan sakit dan gak nyenyak pas tidur, gue inisiatif buat hubungi dokter Mela buat nanyain keadaan lo, terus katanya itu normal tapi buat diminimalisir coba diajak berenang dan jalan di dalem air karena banyak manfaatnya--"

Bian berbicara dengan serius sementara Abel terus mendengarkan

"-- kayak meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi tubuh termasuk meredakan nyeri punggung sama pembengkakan kaki, oh iya gue juga liat kaki lo yang agak bengkak karena bawa little Bian, lo mungkin gak percaya tapi semalem gue nangis liat sosok lo sebagai seorang ibu, makanya gue juga langsung telfon dokter Mela, jadi gue udah siapin semuanya, lo tinggal enjoy aja apa yang bakal kita lakuin, hm?"

Abel menatap Bian haru, tidak menyangka bahwa adik ipar yang ia pikir dulu adalah sosok pria brengsek yang meyetubuhi kakak iparnya sendiri, kini ternyata merupakan sosok yang sangat hangat dan penuh kasih

Bian tersenyum mengangguk "Makasih banyak ya, Bi"

"Gak perlu berterima kasih, ini gak seberapa sama semua perjuangan lo sebagai ibu anak gue, ini masih usia kandungan lima bulan tapi perubahan fisik lo udah banyak, belum lagi perjuangan lo yang bakal bawa anak kita ke dunia--"

lagi, Abel hanya tersenyim hingga ia merasakan bibir tebal Bian kembali bersentuhan dengannya, Abel tentu dengan senang hati memejamkan mata ikut membalas ciuman itu dengan lembut, hingga keduanya selesai dan Bian menatap wanitanya tepat di mata

"-- sehat-sehat terus dan tolong untuk selalu baik-baik aja sama anak kita ya, Bel, gue sayang banget sama lo" ungkap Bian memeluk pelan tubuh Abel sebelum kemudian bangkit dan berdiri

FORBIDDEN PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang