CHAPTER 10 : Bertiga

11.9K 87 1
                                    

"Gila perjalanan dua jam doang rasanya udah kayak perjalanan 7 hari 7 malam" Bian berkata heboh membanting tubuhnya di atas sofa ruang tengah resort yang sudah Gian pesan

Gian hanya menggeleng melihatnya sembari menyusun barang-barangnya dengan Abel sementara wanita itu sibuk melihat-lihat jendela yang langsung memperlihatkan pemandangan pantai yang indah

"Suka view-nya, sayang?"

Abel menoleh menatap mengangguk menatap suaminya yang tersenyum mendekat ke arahnya kemudian memeluk Abel dari belakang melingkarkan tangan kekarnya di perut bulat istrinya

"Puji Tuhan, kalo mamanya happy semoga baby gum juga happy"

Abel menyandarkan tubuhnya di tubuh bagian depan Gian sambil menoleh untuk mencium pipi suaminya lembut "Makasih ya, Gi" Gian membalasnya dengan anggukan sambil sesekali mencium pundak dan leher istrinya

Bian menghembuskan nafas kasar melihatnya sebelum kemudian berdehem dengan keras menyita perhatian keduanya

"Jadi dimana ini kamar gue sodara-sodara?"

Keduanya menoleh, Gian entah sudah yang keberapa kalinya memutar bola matanya malas "Bebas, di sini ada 4 kamar, lo pilih aja sendiri asal jangan kamar depan yang ada mini swimpool di balkonnya, itu kamar gue sama Abel"

Bian tidak menanggapi, memilih untuk mengambil barang-barangnya dan memindahkannya ke kamar manapun yang jauh dari kamar pasangan suami-istri itu

Abel melihatnya lirih sementara Gian kembali memeluk istrinya dari belakang, mengusap perut bulatnya penuh kelembutan menikmati keindahan pantai yang berpadu dengan langit biru, cukup lama keduanya pada posisi tersebut hingga lama-kelamaan keduanya terbawa suasana Gian perlahan mulai memberikan ciuman-ciuman singkat di telinga istrinya

"Udah dua bulan ya, Bel, sejak tau ada baby gum di perut kamu--" Abel mengangguk membiarkan Gian melanjutkan perkataannya "-- kemarin pas kontrol, kata dokter trisemester 2 aman kan ya?"

Abel terkekeh mendengarnya "Kenapa? Kamu mau?"

Tanpa ragu Gian mengangguk "Udah 2 bulan dari yang terakhir kali, aku kangen banget sama kamu, boleh ya? Aku main pelan"

Abel tidak langsung menjawab, tapi sebagai seorang istri yang tidak memiliki halangan apapun memang harus melayani suaminya ketika suaminya membutuhkannya menuntaskan hasrat biologisnya kan?

Jadi, ketika dari belakang Gian menarik dagu Abel untuk menengok ke belakang dan menciumnya, Abel tidak menolak. Wanita itu mebiarkan Gian melakukan apapun yang ia inginkan sebagai suaminya, meski jujur, ada rasa bersalah di hati Abel mengingat ada Bian di sini, tapi Abel tidak punya pilihan lain selain menunaikan hak dan kewajibannya sebagai seorang istri

Gian benar-benar menyalurkan rasa rindunya saat itu, mencium istrinya penuh kelembutan, tanpa nafsu berlebih atau tuntutan apapun, lewat kelembutannya ia hanya ingin Abel tahu bahwa Gian sudah sangat merindukannya

Cukup lama mereka berciuman dengan posisi Abel yang membelakangi Gian, kini tubuhnya berbalik menghadap suaminya dan kembali saling bercumbu dengan manis, tangan Gian juga tidak tinggal diam, mulai mengerayangi perut bulat Abel sambil perlahan naik menuju dua sumber makanan calon anaknya, meremasnya hingga tanpa sadar Abel mengeluarkan desahannya "Ngghh Giannhh"

Wanita itu mulai terangsang, perlahan mulai memudarkan rasa bersalah yang sebelumnya sempat hinggap di hatinya, Gian dengan lihai membuka satu persatu kancing  dab menurunkan satu sisi kemeja kebesaran yang Abel gunakan memperlihatkan payudaranya yang terturup bra berwarna hitam

Gian melepas ciumannya, menatap dua payudara dalam genggamannya dengan kagum
"Perasaan terakhir kali gak sebesar ini, Bel, apa pengaruh hormon ya?"

"Kayaknya iya, dokter sendiri kan kemarin bilang kalau bakal ada banyak perubahan bentuk tubuh aku yang berkaitan sama beberapa hormon yang juga meningkat, makanya mungkin jadi lebih besar karena ada makanan adek juga"

FORBIDDEN PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang