CHAPTER 7 : Anak Siapa?

17.7K 122 2
                                    

Bian keluar dari kamarnya menyampirkan ranselnya di salah satu pundah, berjalan menuju ruang makan yang mana hanya ada Gian sedang meminum kopinya di sana

Pria itu mendekat meletakkan tasnya di kursi sebelum kemudian mengernyit melihat tidak ada apapun di meja makan, hanya roti tawar dan selai strawberry yang terlihat

"Sepi amat, mbak Abel gak masak?"

Gian menggeleng "Buat sarapan sendiri dulu, Abel sakit udah dari semalem muntah-muntah, makanya gak gue bangunin biar istirahat"

Bian terdiam beberapa saat sebelum kemudian bertanya "Parah muntahnya bang?"

Sejujurnya ia agak khawatir. Sudah lima bulan sejak ia tinggal dengan abang dan kakak iparnya, tak pernah sekalipun Abel melewatkan membuat sarapan baik untuk Gian maupun Bian, bahkan meski sedang sakitpun wanita itu tetap mengusahakan untuk membuat sarapan sederhana sebelum kembali istirahat

Jadi agak mengkhawatirkan mendengar wanita itu sakit hingga melewatkan kebiasaannya itu

Menanggapi pertanyaan Bian, Gian mengangguk "Lumayan parah, lemes banget dari semalem juga, makanya gak gue bangunin, biar dia istirahat dulu"

"Gak lu bawa ke dokter?" Bian bertanya kembali mengambil sehelai roti tawar sebelum kemudian mengoleskan rotinya dengan selai strawberry

"Nanti siang, gue tadinya mau cuti seharian, cuma hari ini ada meeting penting, jadi baru bisa nganter siang"

Bian menganggukkan kepalanya mulai melahap rotinya, tak lama setelah rotinya habis, Bian dan Gian berdiri, seperti biasa berangkat bersama mengingat, namun baru beberapa langkah keduanya berjalan menuju pintu utama suara Abel menginterupsi keduanya

"Gian"

Meski yang dipanggil hanya Gian, Bian juga menoleh menatap Abel yang menghampiri keduanya dengan agak sempoyongan, Gian yang melihat itu dengan cepat mendekat setengah memeluk tubuh istrinya agar tidak jatuh

Sementara Bian melihatnya khawatir, wanitanya benar-benar terlihat sangat pucat dan sakit

"Kamu kenapa gak bangunin aku, Gi? Aku kan jadi gak buat sarapan--" sebelum kemudian dengan lemah wanita itu menatap Bian "--Bian belum sarapan ya?"

"Gue aman, udah makan roti tadi 4 biji"

Abel hanya mengangguk lemah sementara Gian menatapnya khawatir "Kamu ngapain keluar gini sih, istirahat aja di kamar, badan kamu juga dingin banget ini"

Wanita itu menggeleng "Gapapa, aku mau nganter kamu sama Bian sampe depan pintu"

"Sayang..."

"Gapapa, Gi, cuma lemes aja kok gak sakit yang gimana-gimana, cuma sampai depan pintu abis itu aku balik ke kamar"

Gian menghela nafas pelan, tidak ingin berdebat lebih panjang yang justru membuat Abel semakin lama berdiri pria itu akhirnya mengangguk menuntun istrinya berjalan hingga pintu depan, Abel langsung mencium tangan Gian bergantian dengan Bian yang kini mencium tangan Abel untuk berpamitan, dan jujur, Bian semakin khawatir merasakan tangan wanitanya yang begitu dingin

"Istirahat mbak, tangan lo dingin banget"

Abel hanya tersenyum tipis mengangguk "Yaudah, aku berangkat dulu ya, istirahat, nanti sekitar jam satu aku pulang nganter kamu ke dokter" lagi wanita itu hanya mengangguk lemah sebelum kemudian Gian dan Bian berbalik menuju mobil untuk berangkat dari sana

Namun, baru selangkah keduanya berbalik, tiba-tiba saja Abel dilanda rasa sesak yang luar biasa, matanya berkunang-kunang dan kepalanya terasa berputar sakit luar biasa

FORBIDDEN PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang