CHAPTER 18 : Kecewa

5.5K 79 21
                                    

Sudah hari ke-3 sejak Abel diharuskan bed rest di rumah sakit, kini wanita itu sudah diperbolehkan pulang, meski secara visual masih terlihat lemah, tapi dokter sudah memastikan bahwa tidak ada lagi yang mengkhawatirkan membolehkan Abel kembali ke rumah

Kini keduanya baru saja sampai di rumah, Bian dengan lembut memegang lengan Abel, memapahnya menuju kamarnya, sebelum kemudian wanita itu terduduk di tepi ranjang dan memutuskan untuk berbaring setelahnya

Bian membantu Abel mencari posisi nyamannya hingga ponselnya berdenting menandakan ada notifikasi pesan yang masuk

Setelah memastikan Abel nyaman dengan posisinya, Bian dengan segera membuka ponselnya dan langsung membaca pesannya ketika mengetahui bahwa anak buahnya-lah yang mengiriminya pesan

Kendrick
Keberadaan Tuan Gian sudah ditemukan
[📍: Share Location]

Mendapati pesan tentang keberadaan Gian dari salah satu anak buahnya yang bernama Kendrick, Bian segera membuka lokasi yang dibagikan dan kini ia mengangguk paham. Gian ternyata berada di rumah keluarga, rumah di mana dulu ia dan Gian masih tinggal bersama kedua orang tua mereka sebelum orang tua mereka memutuskan untuk memegang perusahaan pusat di Australia 4 tahun lalu. Rumah keluarga mereka di Bogor

Mata Bian kini beralih menatap Abel yang memejamkan matanya tampak lelah, Bian dengan segera keluar dari kamar mencoba menghubungi dokter Mela

"Selamat siang, Pak Bian. Ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat siang, dokter. Saya butuh bantuan dokter segera, siang ini rencananya saya akan pergi ke Bogor, tapi mengingat keadaan Abel saya khawatir kalau harus ninggalin sendirian, kalau dokter gak keberatan, apa bisa dokter ke sini untuk temani Abel selama sehari?"

Dokter Mela tidak langsung menjawab membuat Bian sedikit gugup "Hanya sehari, karena saya usahakan malam ini saya pulag cepat"

Lagi, hanya keheningan di antara keduanya hingga dokter Mela kini membuka suaranya

"Saya mau mau saja sebenarnya, tapi saya masih ada jadwal sampai jam 5 sore nanti. Kalau dibutuhkan urgent, saya gak bisa--"

Bian membuang nafas pelan, jujur ia tidak tahu harus meminta bantuan siapa lagi

"--tapi kalau memang urgent, saya bisa mengirim salah asisten perawat saya ke sana, bapak tidak keberatan?"

Bian yang sempat merasa bingung pada akhirnya kembali bersemangat mendengarnya

"Bisa dok?"

"Bisa, kalau bapak tidak keberatan perawat asisten saya akan ke rumah bapak sekarang"

"Gapapa, dok. Justru saya sangat berterima kasih karena dokter bersedia mengirim seseorang untuk menjaga pacar saya sementara"

"Baik, tolong kirim saja alamat rumahnya segera ya, pak, biar asisten saya, Lia namanya bisa segera pergi ke sana"

"Baik, dok"

Setelah panggilan terputus, Bian segera mengirimkan alamat rumah sebelum setelahnya pria itu kembali ke kamar, masih mendapati Abel yang terlelap

Bian duduk di tepian ranjang, perlahan dan hati-hati tangannya terulur memijat dahi Abel dengan lembut membuat tidur wanita itu terusik dan akhirnya membuka matanya

"Bian?"

Bian tersenyum, tangannya beralih kini menggenggam tangan Abel dan mengusapnya pelan

"Sayang, aku izin pergi sebentar ya?"

Abel mengernyit menatapnya "Ke mana?"

"Ke rumah keluarga di Bogor"

Abel tahu rumah itu, karena memang dulu saat pertama kali Gian memperkenalkan Abel dengan keluarganya juga ia di perkenalkan di rumah yang pernah menjadi tempat tinggal satu keluarga sebelum akhirnya berpencar antara anak dan orang tuanya

FORBIDDEN PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang