Azizah datang ke sekolah dengan muka berseri-seri. Gadis itu sudah bertekad akan tetap semangat walaupun kemarin sempat sedih. Azizah menyapa teman sebangkunya dan gadis berkhimar cokelat itu pun menyapa Azizah kembali.
"Hari rabu semangat baru, ya, Za."
"Bukan hari rabu aja kali semangatnya Alya, tapi harus tiap hari."
Gadis itu mengangguk setuju. Azizah mengeluarkan buku tulisnya dari dalam tas dan menyengir lebar ke arah Alya. Alya yang sudah paham memutar bola mata malas.
"Kebiasaan, ya, Za! Mau nyontek PR prakarya, 'kan kamu?"
Ditanya seperti itu membuat Azizah menyengir lebar seraya mengangguk mengiyakan. Dengan omelan panjang, gadis berkhimar itu tetap memberikan buku tugasnya kepada Azizah
"Cuma kamu ... temen terbaik aku, Al," puji Azizah dengan cengiran khasnya
"Hilih! Cepat sono salin." Azizah tertawa renyah melihat teman sebangkunya menahan kesal.
Di sisi lain, Arhan baru saja datang dan meletakkan tas di atas meja. Elkan yang melihat teman sebangkunya itu lesu hanya mengangkat alis penasaran. Kalau bertanya juga percuma karena Elkan yakin lelaki di sampingnya itu tidak akan pernah menjawab sekali pun ada hujan badai yang menerjang.
"Hei, kau mau bunuh diri!" teriak Elkan membuat seisi kelas menatap ke arah meja mereka. Arhan yang mendengar teriakan Elkan hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Ngapain sih kau bawa-bawa pisau cutter segala, Ngab? Kalau mau bunuh diri jangan di sini! Nanti, nih kelas jadi horor."
"Berisik sekali kamu, El. Saya hanya ingin memotong kertas ini, tidak berniat bunuh diri. Bunuh diri hanya untuk orang yang lemah iman." Mendengar ucapan Arhan membuat Elkan bernapas lega. Seketika, seisi kelas menyorakki Elkan membuat lelaki itu mendengkus sebal.
Ketika sedang memotong kertas. Tangan Arhan disenggol tanpa sengaja oleh Andri sebab lelaki berjambul itu dikejar oleh Cia. Akibatnya, ibu jari Arhan terkena goresan pisau dan menyebabkan darah keluar. Azizah yang melihat itu langsung bangkit dari duduknya.
"Andri! Ci! Kalian kalau mau main kejar-kejaran di luar! Lihat akibat tingkah kekanak-kanakan kalian, Arhan jadi korban!"
Azizah buru-buru keluar dari kelas untuk mencari kotak P3K. Gadis itu menuju kelas Alvira karena biasanya Alvira rajin membawa kotak P3K. Ketika mendapatkan keinginannya. Azizah langsung kembali ke kelas dan ke meja Arhan bermaksud mengobati lelaki itu. Melihat Azizah khawatir dan terburu-buru membuka kotak P3K membuat lelaki itu bangkit.
"Udah berapa kali saya bilang ke kamu, jangan pernah peduli ke saya!" teriak Arhan menarik paksa kotak P3K itu dari tangan Azizah. Kemudian, Arhan melemparkan kotak tersebut membuat Azizah terkejut.
"Saya muak sama sikap sok peduli kamu, Oryza Sativa Azizah!"
Setelah membentak Azizah. Lelaki itu langsung meninggalkan Azizah yang mematung sembari matanya mengeluarkan buliran bening. Hati gadis itu benar-benar sakit mendengar bentakan dari Arhan.
"Kamu boleh cuek ke aku, tapi aku nggak bisa dibentak kayak gitu. Sakit hati aku, Ar," lirih Azizah membuat seisi kelas menatap iba ke arah Azizah
Alya langsung menarik tangan Azizah dan mendudukkan gadis berponi itu. Air mata Azizah mengalir deras membuat Alya tak tega.
"Aku beneran peduli sama, Arhan. Apa salah, Al?" tanya Azizah dengan nada bergetar. Gadis berkhimar itu bisa merasakan sakit yang dirasakan oleh Azizah.
"Kamu salah karena udah peduli sama cowok modelan kayak Arhan, Za." Azizah terdiam setelah mendengar ucapan dari Alya.
"Sekuat apapun aku berjuang ternyata sekuat itu pula kamu menolaknya, Ar," batin Azizah meremas kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Sandyakala
RomanceOryza Sativa Azizah telah meninggalkan kota Pekanbaru selama sepuluh tahun dan rindunya terhadap kota itu terhapus dengan cara tak terduga. Ia menjadi istri pengganti dari sepupunya, bersatu dengan lelaki yang tidak ia duga sebelumnya. Apakah pernik...