Spam komen 150 yaaaa. Btw, sebelum baca beri emoticon 🌻 ini dulu dong hehe.
***
Angin yang melambai merayapi rambut sebahu Oryza Sativa Azizah, menciptakan gerakan indah yang seolah menari di udara. Dengan langkah santai, gadis itu melangkah menuju kelas, tetapi tiba-tiba, sebuah ingatan menyelinap masuk ke benaknya. Di tengah perjalanan, tangannya dengan ringan menepuk dahi, sebagai tanda bahwa sesuatu yang penting perlu diingat."Mampus, aku belum ngerjain PR MTK bisa-bisa diamuk sama macan tutul," ujarnya kemudian berlari dengan kencang menuju kelas.
Azizah menetralkan napasnya setelah berlari. Senyum terpancar begitu melihat Arhan Vigna Raidata hadir di dalam kelas. Dengan cepat, Azizah mendekati meja Arhan yang tengah sibuk membaca buku.
"Kamu udah ngerjain PR Matematika, Ar?"
Lelaki itu enggan merespons pertanyaan Azizah, masih asyik terbenam dalam bacaannya. Raut kesal muncul di wajah Azizah.
"Ck! Kamu nggak punya mulut?"
"Jangan mengganggu saya," tegur lelaki itu tanpa ekspresi. Bola mata Azizah berputar dengan malas. Dengan penuh keberanian, ia menarik tas lelaki itu dari meja.
"Arhan, aku mau nyontek!"
"Kamu nggak beradab, ya!" seru Arhan dengan nada kesal, mencoba merebut tasnya. Namun, gadis itu menjulurkan lidah dan melarikan diri dengan lincah.
"Astagfirullah."
Lelaki itu kembali duduk, berusaha menahan amarah yang meluap. Napasnya berembus dengan sabar, dan sebangku Arhan akhirnya bersuara.
"Kayaknya Azizah tertarik sama kamu, Ar." Ucapan temannya membuat lelaki tampan itu merotasikan bola mata dengan malas.
"Azizah emang cantik sih. Kenapa kamu nggak berusaha mendekatinya aja?"
"Bukan tipe saya," kata Arhan membuat temannya menggeleng heran.
Ketika bel masuk berdenting, Azizah memasuki kelas setelah menyalin jawaban dari tugas Arhan. Dengan wajah tanpa penyesalan, ia meletakkan tas Arhan dengan anggun, membuat lelaki itu menatapnya tajam.
"Santai aja natapnya, Ar." Azizah berkata sambil tersenyum, seperti biasanya membuat lelaki itu kesal.
"Tindakan seperti ini nggak mencerminkan perilaku seorang pelajar," tegur Arhan tegas.
"Maaf, ya. Aku khilaf."
"Nggak ada yang namanya khilaf setiap hari, Oryza Sativa Azizah!" Tegas Arhan.
Mendengar Arhan memanggilnya dengan nama lengkap, gadis itu terlihat bahagia. Azizah bahkan meminta Arhan untuk mengulang panggilan itu dengan mata yang memohon membuat Arhan mengerutkan dahi.
"Coba panggil nama lengkapku sekali lagi," ucap Azizah, mengetahui bahwa Arhan tidak begitu paham.
Arhan dengan malas mengulangi, "Oryza Sativa Azizah." Ternyata, reaksi gadis itu sungguh tak terduga, ia melonjak kegirangan.
"Seneng banget deh karena kamu manggil aku begitu," kata Azizah ketika melihat raut wajah Arhan heran.
"Dasar aneh! Udahlah sana, pergi. Jangan berdiri di depan saya terus!"
Azizah mematuhi permintaan Arhan. Kehadiran Arhan membuatnya tidak pernah membolos lagi. Lelaki itu merupakan pindahan dari pondok pesantren, mengajarkan Azizah tentang batasan interaksi antara lelaki dan perempuan. Bagi Azizah, ini adalah tantangan untuk mendapatkan hati seorang lelaki seperti Arhan.
Setelah pelajaran berakhir, gadis itu segera memanggil Arhan, tetapi tak ada respons dari lelaki tersebut. Tak pernah mendapat respons dari Arhan adalah hal yang biasa bagi Azizah. Gadis itu menarik kursi dan duduk di depan meja Arhan sembari memperhatikan wajah lelaki itu yang membuat kedua pipi Azizah merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Sandyakala
RomantizmOryza Sativa Azizah telah meninggalkan kota Pekanbaru selama sepuluh tahun dan rindunya terhadap kota itu terhapus dengan cara tak terduga. Ia menjadi istri pengganti dari sepupunya, bersatu dengan lelaki yang tidak ia duga sebelumnya. Apakah pernik...