25. Azizah Jadi Ojol?

108 7 45
                                    

Kalau sampai 40 komentar, aku bakalan rajin up. Ingat, spam komentar isinya review cerita ini yaaa🙏❤️

***
Waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Kini, Azizah tenggelam dalam kesibukan berbagai ujian. Bahkan, pekan depan ia sudah harus menghadapi try out. Gadis itu merebahkan tubuhnya di sofa, sesekali mengembuskan napas lelah, seakan menanggung beban seluruh dunia. Danis datang menghampiri, membawa dua kaleng minuman. Lelaki itu memandangi kakaknya dengan dahi yang berkerut.

"Kakak udah kayak nggak makan seminggu deh," celetuknya. Azizah langsung menatap adiknya dengan wajah penuh beban.

"Cape fisik sama psikis tahu, Dan."

Danis langsung menggeleng. "Aku emang nggak tahu apa yang kamu rasakan, Kak," jawabnya polos. Mendengar jawaban dari Danis, rasanya Azizah ingin menenggelamkan wajahnya sekarang ke dalam tumpukkan buku.

"Kak kok malah rebahan sih? Bukannya baca buku," ujar Danis ketika sang kakak memilih tiduran di atas karpet sambil memejamkan mata.

"Kakak harus belajar!" seru Danis.

Ia mendengkus kesal mendengarnya. Apa Danis tidak melihat, jika dirinya sudah merasa bosan membaca buku sedari tadi?

"Biarkan aku bernapas dulu, Danis," ujarnya sambil menutup mata kembali

"Dih, Kakak dari tadi udah bernapas. Kalau nggak bernapas udah mati dong." Azizah hanya memutar bola mata malas ketika kalimat tersebut terlontar.

"Itu minuman buat kakak, 'kan?" tanya Azizah mengalihkan pembicaraan.

"Iya, Kak!"

"Makasih, Ganteng."

***
"Mau pulang?"

Azizah baru saja duduk di atas motornya ketika pandangannya langsung tertuju pada lelaki itu. Seketika, ia memutar mata dengan enggan saat berhadapan dengan sosok yang selalu merusak suasana hatinya.

"Udah tahu aku mau pulang, pake nanya!" katanya sewot.

"Pulang ke Rahmatullah?" tanyanya membuat mata Azizah terbelalak.

"Astagfirullah ... aku emang percaya, Ar kalau manusia akan kembali ke sisi-Nya, tapi nggak gitu juga konsepnya."

"Hmm."

Azizah benar-benar lelah menghadapi lelaki seperti Arhan. Ingin menendang, tapi tenaganya tidak sekuat itu. Ingin menjambak, tapi nyalinya tidak cukup besar. Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah kesabaran. Meski, sulitnya tidak terkatakan.

"Anterin saya pulang, ya." Arhan langsung duduk di belakang membuat Azizah tersentak kaget.

"Eh, apaan sih? Turun dari motor aku, Ar!"

"Nggak mau," ujar Arhan santai sambil memasang helm yang ia memang ia bawa sendiri.

"Aku bukan ojol, ya, Arhan!"

"Padahal kamu cocok loh jadi ojol," sahut Arhan membuat Azizah bertambah kesal.

"Skill ojekmu harus diasah, Za. Supaya semakin mahir. Yuk, antarin saya ke Perumahan Bulan Purnama."

"Enggak mau! Turun, Arhan!"

"Saya juga nggak mau, Za."

"Ya udah aku nggak mau jalan," ancam Azizah. Ia berdoa semoga ancamannya ini berhasil.

"Saya juga nggak mau turun dari motor kamu. Ya udah kita begini saja sampai besok ataupun tahun depan."

Heh! Ada apa dengan lelaki ini? Azizah benar-benar dibuat kesal. Arhan, lelaki yang selalu ingin menang sendiri. Dengan hati yang penuh kekesalan, gadis itu akhirnya menyalakan motornya.

Seindah Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang