16. Sampah!

153 19 33
                                        

Halo-halo, aku comeback nih! Kangen gak? Btw, ramaikan 30 komentar yaaaaa biar akuu semangat hehe

***
Arhan tetap setia menemani adiknya hingga upacara bendera berakhir. Meskipun sang adik menatapnya dengan ekspresi sebal, terutama ketika Arhan memaksa dia untuk makan. Arhan mempertahankan pandangannya yang tajam, tidak mau adiknya menolak untuk taat pada perintahnya.

"Makan lagi!"

"Kenyang, Bang," rengek Nandya, membuat lelaki itu memutar bola mata kesal.

"Makan, Nan!" desak Arhan dengan nada dingin yang langsung membuat Nandya bergidik ngeri. Ia akhirnya menerima suapan dari sang kakak.

"Kalau disuruh makan, ya, makan. Gak perlu bandel," tambah Arhan tegas.

Nandya mendengus kesal mendapat teguran dari Arhan. "Nyusahin Abang aja kamu," keluhnya.

"Aku makan sendiri aja, Bang. Mending, Abang pergi ke kelas aja," pinta Nandya dengan tatapan manja yang memohon. Lebih baik baginya berada sendirian di UKS daripada terus bersama Arhan yang suka mengomel.

"Nggak!"

"Pergi, Bang!"

"Nggak!"

Akhirnya, gadis cantik itu menyerah karena tidak mampu melawan perintah Arhan. Nandya merasakan betapa sulitnya melawan kakaknya itu. Sekarang, lelaki itu kembali menyuapi adiknya. Dengan wajah cemberut, Nandya mengunyah makanannya tanpa sepenuh hati.

Di sisi lain, Sandy dengan lembut menempelkan minyak angin di bawah lubang hidung Azizah, berharap gadis itu segera membuka mata. Sebelumnya, Azizah telah diperiksa oleh dokter di sekolah yang menyimpulkan bahwa pingsannya disebabkan belum sarapan. Melihat Azizah mulai menggeliat, lelaki itu segera merasa lega.

"Aku di mana? Aku siapa? Kamu siapa?" tanya Azizah dengan nada dramatis.

"Baru bangun langsung akting, ya, Bun," ucap Sandy dengan nada kesal, membuat Azizah tersenyum tipis. Gadis itu segera duduk meskipun kepala masih terasa berat.

"Makan dulu."

Sandy menyodorkan piring berisi nasi dan lauk-pauk. Azizah tersadar bahwa memang belum sempat sarapan. Tidak heran ia pingsan tadi.

"Apa, mau ngajak balikan? Nggak mau deh!" Sandy tertawa mendengar celaan Azizah.

Memang benar, Sandy dan Azizah pernah menjalin hubungan di awal masuk SMA, yang hanya bertahan tiga bulan.

"Kenapa ogah, Za? Aku kan makin tampan sekarang," goda Sandy sambil mengangkat dan menurunkan alisnya, membuat Azizah menatap lelaki itu dengan ekspresi sebal.

"Berisik! Aku lagi makan!" seru Azizah sambil menyendok nasi ke dalam mulutnya.

"Dulu, kamu kenapa putusin aku, ya, Za?"

"Aduh, jangan pura-pura lupa! Aku putusin kamu karena kamu nggak bisa main uno," jawab gadis itu setelah menelan makanannya. Sandy terkekeh sambil mengacak rambut Azizah. Tanpa disadari, sepasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Mereka dulu pacaran ya?" batinnya.

Entah mengapa hati lelaki itu terasa pedih. Ia kembali ke brankar adiknya untuk memberi minum. Sebelumnya, ia sempat mendengar suara gaduh dari brankar dekat galon air. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengecek dengan membuka tirai brankar sedikit. Terlihat sepasang manusia sedang tertawa bersama.

"Lama banget ngambil minum sih? Aku udah seret nih sampe Jogja," kesal Nandya sambil mengambil gelas berisi air dari tangan Arhan

"Udah kenyang, 'kan? Udah segeran juga?"

Seindah Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang