Spam komen 150 yaaaa. Btw, sebelum baca beri emoticon 🌻 ini dulu dong hehe.
***
Ketika tiba di UKS, Azizah segera mendekati brankar yang ditempati oleh lelaki tersebut untuk beristirahat. Wajah gadis itu mencerminkan kekhawatiran yang mendalam."Kamu tunggu di sini, aku akan beli makanan buat kamu," ujar Azizah pada Arhan yang terlihat merasakan rasa sakit.
"Nggak perlu."
"Maaf, ini bukan pertanyaan, tapi pernyataan."
Azizah telah memesan seporsi nasi lengkap dengan lauk pauk, lalu kembali dengan harapan dan doa dalam hati agar Arhan segera pulih. Ia sungguh tidak tahan melihat Arhan menderita seperti itu.
"Ngapain ngajak aku, Azizah?" tanya pemilik nama lengkap Faiz Bambang. Sulit tidak merasa kesal ketika sedang menikmati semangkuk bakso, tapi ditarik paksa oleh sahabatnya untuk menemani ke UKS.
"Arhan itu nggak suka berduaan aja sama perempuan. Jadi, kamu harus ikut aku. Biar aku bisa temenin dia."
"Sadar sayangku! Arhan itu sebenernya ogah deket sama kamu."
"Jangan sok tau!"
"Dih, nggak percayaan. Dari bahasa tubuh Arhan aja udah kebaca."
"Iya, tau kok kalau aku jauh dari kata saliha, tapi apakah salah jika aku menginginkan lelaki baik seperti Arhan?"
Faiz terkejut mendengar kata-kata dari Azizah. Bahkan, ekspresi wajah gadis itu berubah menjadi melankolis. Dengan cepat, ia merangkul sahabatnya.
"Kenapa tiba-tiba kamu jadi melow gitu Nggak ada yang salah kok."
"Tadi, kenapa kamu ngomong begitu?"
"Lagi nyoba kekuatan mental kamu aja." Azizah memutar bola matanya. Ingin sekali memukul kepala Faiz, tapi sedang memegang piring.
"Aku bawa piring, Faiz. Jangan rangkul-rangkul! Aku tonjok kamu, ya!"
"Wah, ngeri banget, Mbak." Faiz cepat melepaskan rangkulannya. Ia khawatir kalau Azizah benar-benar akan memberikan tonjokan.
"Kenapa nggak masuk kelas sih?"
"Jam kosong, Za. Bu Melati nggak bisa datang karena calon istriku sedang sakit."
"Hah, calon istri?" tanya Azizah dengan kaget.
"Iya, calon istri! Anak Bu Melati, 'kan, calon istriku," ujar Faiz cekikikan.
"Dih, anak Bu Mawar masih 5 tahun, Iz! The real pedofil!" Lelaki itu hanya terbahak mendengar perkataan Azizah.
"Seandainya minjem uang di bank buat modal nikah. Nah, kalo nggak sanggup bayar itu gimana, Za?" tanya Faiz membuat gadis itu menoleh dengan pandangan mikir.
"Ya, gampang! Berarti istrinya ditarik sama bank," ujar Azizah dengan polosnya. Faiz terpingkal mendengar jawaban dari sahabatnya.
Keduanya saling melemparkan guyonan. Faiz dan Azizah memang sudah bersahabat sejak masa Taman Kanak-Kanak, ditambah lagi mereka tetanggaan. Tidak heran kalau kedekatan mereka terlihat begitu akrab.
Faiz dengan seksama mengamati interaksi mereka. Bahkan, lelaki itu tersenyum melihat ekspresi cemberut Azizah saat Arhan menolak untuk disuap. Arhan menghela napas ketika melihat ekspresi wajah gadis itu yang kini terlihat kecewa.
"Silakan pergi ke kelas, Azizah. Saya baik-baik aja, nggak perlu melibatkan dirimu sejauh ini."
"Aku khawatir loh, Ar. Apa kamu nggak paham?"
"Iya, saya paham, tapi ada baiknya kamu kembali aja ke kelas. Setelah minum obat, saya juga akan sembuh."
"Sebenarnya, aku nggak mau masuk kelas, Ar. Aku ingin di sini aja nemenin kamu. Nanti kalau aku pergi ke kelas, khawatirnya kamu tiba-tiba meninggal karena Faiz." Bola mata Faiz terbelalak mendengar perkataan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Sandyakala
RomanceOryza Sativa Azizah telah meninggalkan kota Pekanbaru selama sepuluh tahun dan rindunya terhadap kota itu terhapus dengan cara tak terduga. Ia menjadi istri pengganti dari sepupunya, bersatu dengan lelaki yang tidak ia duga sebelumnya. Apakah pernik...