27. Perpisahan

114 11 30
                                    

Spam 30 komentar yukkk, isinya review cerita ini yaaa.

***
Mumpung kelas 12 diliburkan, Azizah memutuskan untuk lari pagi. Ia sudah siap dengan pakaian olahraganya. Ketika sedang mengikat tali sepatu di teras, Faiz dan Alvira tiba-tiba muncul, juga mengenakan setelan olahraga. Tanpa banyak bicara, Faiz mengajak mereka berdua masuk ke dalam mobil untuk menuju lokasi jogging. Taman Anggrek menjadi tujuan mereka, karena letaknya strategis dan air mancurnya yang memukau. Berolahraga di sana tidak akan terasa melelahkan, karena pemandangannya begitu memanjakan mata.

Tak butuh waktu lama, mereka tiba di Taman Anggrek. Setelah turun dari mobil, mereka mulai berlari. Faiz dan Alvira melesat lebih dulu, sementara Azizah tertinggal di belakang. Dengan malas, ia memutar bola matanya, melihat kedua sahabatnya berlari begitu cepat.

"Padahal ini cuma jogging loh bukan lomba lari," gerutu Azizah. Gadis itu berusaha menyusul mereka, tetapi tetap saja langkah mereka terlalu cepat.

"Faiz, Alvira ... huh ... huh," panggil Azizah dengan napas yang tidak beraturan. Tangan Azizah sudah bertumpu pada lutut. Napas gadis itu sudah tersengal-sengal. Di dalam hati, Azizah sudah merutuki habis kedua sahabatnya itu.

"Khem!"

Deheman seseorang membuat Azizah menegakkan tubuhnya. Gadis itu segera mendongak menatap seseorang yang berada di hadapannya. Netra Azizah membulat dengan sempurna kala melihat Arhan.

"Saya perhatikan kamu baru lari segitu udah kayak mau mati aja."

Azizah melotot mendengar ucapan Arhan, lalu tanpa ragu, ia memukul bahu pemuda itu dengan handuk kecil yang dibawanya.

"Ayo, lari lagi," ucap Arhan santai, seolah tak terpengaruh oleh pukulan Azizah, malah mengajaknya untuk kembali berlari.

Azizah pun mengikuti langkah Arhan. Pada awalnya, ia mampu mengimbangi, namun seiring waktu, langkahnya mulai melambat. Hingga akhirnya, ia berhenti dan duduk di trotoar tanpa alas, menunduk sambil mengatur napas yang terengah-engah, bahunya bergerak naik turun. Menyadari Azizah tertinggal, Arhan menoleh ke belakang.

"Ck! Payah banget," cibirnya sambil berjalan mendekat.

Setelah duduk di samping Azizah, Arhan menyodorkan botol air minum yang masih tersegel. Azizah langsung menerimanya dan meneguk hingga setengah isinya. Arhan memperhatikan wajahnya yang memerah karena kelelahan.

"Gimana? Udah mendingan?" tanya Arhan ketika melihat wajah merah Azizah mulai memudar dan napasnya mulai kembali normal.

"Aku dulu pernah menang lomba lari loh," ujar Azizah menyengir membuat Arhan menatap tak percaya.

"Mana mungkin. Lari segini saja kamu udah kelelahan."

"Bener, Ar. Aku itu pernah menang lomba lari dari kenyataan." Azizah tertawa sedangkan sudah menatap gadis itu dengan datar.

Kemudian, Azizah menatap sekitaran taman. Bola mata gadis itu langsung berbinar kala melihat tukang siomay. Sontak saja, Azizah menoleh ke Arhan.

"Beli siomay yuk, Ar," ajak Azizah dengan wajah berseri-seri.

"Niat kamu ke sini mau buang lemak atau nambah lemak sih?" tanya Arhan datar membuat Azizah mencebik sebal.

"Aku mendadak lapar. Mau ikut nggak? Kalau nggak, aku pergi sendiri," kata Azizah sambil beranjak menuju tukang cilok. Arhan, tanpa sadar, mengikuti langkahnya.

"Kenapa sih aku malah ngikutin dia?" gumam Arhan heran pada dirinya sendiri.

Azizah yang melihat Arhan duduk di hadapannya tersenyum senang karena kini ada teman untuk makan siomay. Ia sudah memesan siomay campur tahu pada penjual.

Seindah Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang