Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading
"Udah sampai mana hubungan kamu sama Lucas, Ra?"
Baru saja pulang. Tapi Rara langsung di bombardir pertanyaan oleh Jennie. Rasanya sungguh kesal, ia tak mengidahkan perkataan Jennie. Malas sekali rasanya.
"Gak deket kok Kak, cuma pas SMA pernah ada kerja kelompok." Hanya itu yang Rara katakan, setelahnya ia berlalu menuju kamar.
"Qian Rara, asal kamu tahu. Dia bukan cowok yang baik. Jangan sampe menyesal nantinya."
Rara tetap berjalan tanpa mau mendengarkan Jennie.
Wanita seusia kakaknya itu menghela napas pelan. Tidak, ia tidak akan mengadu pada orangtua Rara. Mungkin ia harus lebih dekat pada gadis itu. Agar setidaknya Rara berpikir sebelum kebablasan.
"Arghh! Ngeselin banget sih Kak Jennie!" frustasi Rara sembari mengacak rambut. Membanting tubuhnya dengan kasar di atas kasur empuknya. Rara memejamkan mata sejenak, kenapa semakin hari wanita itu sok tahu sekali.
Tok! Tok!
Rara, ini ibu. Makan malam dulu sayang!
Rara berusaha menahan emosinya agar ibu tidak curiga.
"Iya Ibu, duluan aja. Nanti Rara nyusul."
Merasa tubuhnya tidak nyaman Rara segera berjalan memasuki kamar mandi. Ia mulai melepas satu persatu penutup tubuhnya. Bersatu dengan air dari atas shower yang menyegarkan.
"Arghh, Kak Jennie bikin stress. Masih mending Kak Kun sih. Cuma larang gue baju seksi, tapi gak ngusik hubungan gue sama orang. Huh!"
"Buruan nikah sana kalian!" Rara bergumam sendiri sambil menyabuni tubuhnya.
Selesai mandi ia segera berjalan ke dapur. Suasana sudah sepi, setidaknya ia bisa makan dengan tenang. Sebenarnya ingin sekali ia mengobrol dengan ibu. Tapi tak leluasa karena ada Jennie.
"Gimana masakan ibu, sayang?" Tiba-tiba suara ibu terdengar. Sosok nya duduk di hadapan Rara, menarik kursi yang tadinya sudah tertata.
Rara tersenyum. "Enak seperti biasanya, Bu."
"Kalau gitu makan yang banyak ya," ucap Ibu.
Rara mengangguk, ia malah beralih duduk di sebelah ibu kemudian makan dengan lahap.
"Sebenarnya, Rara kangen banget sama Ibu." Ia tidak tahan jika tidak mengungkapkan.
Ibu tersenyum, memeluk Rara dari samping. "Maafkan ibu ya sayang, karena ngebiarin kamu kesepian. Sekarang ibu bakalan 24/7 sama kamu."
Rara tersenyum girang. Namun aktivitas makannya terhenti. Ia penasaran akan sesuatu.
