Buat Malu

9 5 0
                                    

~ Kita sama-sama tidak suka. Hanya saja cara penyampaian ku yang berbeda ~

Malam jumat waktunya Qaila melatih siswa dilapangan sekolah. Dengan tekad dan keberanian nya, Qaila berhasil keluar dari rumah tanpa ketahuan orang rumah.

Shea mengganti hoodie dengan seragam silat nya. Dia jadi harus repot-repot ganti baju sebelum turun ke lapangan. Karena tidak menggunakan seragam dari rumah.

Seorang adek kelasnya di SMK berlari kearahnya, setelah sampai di depan Qaila baru buka suara. "Mbak aku yang megang ya, ntar habis istirahat baru gantian kamu"

"Oh yaudah silahkan, aku juga cuma mau liat liat aja malam ini" balas Qaila ramah. Lalu berjalan ke tepi lapangan.

"Tumben la lo boleh keluar rumah, padahal besok ada ulangan mtk"

"Ku tebak mbak ini kabur lagi dari rumah" Rendy menyauti Fateh dari pendopo.

"Gue udah belajar dari jam 7 tadi. Pulang dari sini gue juga belajar lagi kali" Jawab Qaila tak santai.

"buset ngomong lu kek ga senang bener dah" respon Roy

"Dia itu kesini mau nenangin pikiran cok. Kalian malah bawa-bawa  pelajaran, ulangan mtk pula lagi yang di bahas" Rangga menimpali karena melihat raut wajah Qaila yang sudah tidak mengenakan.

"Masalahnya kan mbak Qaila ke lapangan pas malam minggu. Itupun kalo lagi ga ngapel sama cowoknya. Tapi kok ini malam jumat bisa kesini gitu. Pasti bobol pintu rumah sendiri"

"Lancar banget tu mulut ngomong nya. Datang atau ngga nya gue kesini jadi urusan lo banget apa? " ucap Qaila mulai tak terima dijadikan topik pembicaraan mereka.

"Buset, sengit bener mulutnya"

Ucapan reflek Dilan membuat Qaila juga melemparkan tatapan sengit pada cowok itu.

Dengan mood yang menurun tiba-tiba Qaila pergi menjauh. Sambil membayangkan bagaimana jika tiba-tiba dirinya mencakar wajah setiap orang yang membahas kebiasaan kabur nya.

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

"QAILA!"

Baru Qaila ingin menggunakan sabuk, teriakan yang memanggil namanya membuat ia menoleh ke gerbang sekolah.

"Kamu yang kesini atau saya yang menarik kamu mendekat!? " Pertanyaan lantang itu membuat atensi orang-orang mengarah pada pria di depan gerbang sana dan Qaila.

Qaila menggaruk kepalanya meskipun tidak gatal. Bukti betapa stres nya dia ketika sekarang melihat papa nya menyusul ke sini.

"Lanjut gerakannya, yang megang juga diliat siswa nya kenapa malah diam semua!" Qaila menggertak mereka yang sedang berhenti dari aktivitas nya tadi.

Dengan ogahan Qaila berjalan mendekat ke depan pak tua itu. Sampai di depan papa nya, Qaila berkacak pinggang.

"Papa ga malu apa, datang langsung marah-marah. Diliatin orang masalahnya lo"

"Kamu yang jadi anak tak tau malu. Sudah dikasih kebebasan, masih saja mau lebih bebas. " balas Petro sengit

"Aku bukan balapan pah. Kenapa masih ga dibolehin ke lapangan sih? " lirih Qaila.

Papa nya itu menatap nyalang wajah Qaila. Terlihat raut wajah tak sukanya melihat Qaila yang aktif bela diri.

"Jangan berlagak seolah kamu anak laki-laki. Cari kebiasaan yang sering dilakukan perempuan. Saya tidak mau orang orang mengira saya salah mendidik anak"

Mendengar suara Petro yang sedikit memelan. Qaila segera berlari mengambil motornya. Sebelum pria  itu semakin terpancing emosinya.

"Kemana lagi kamu!? " Petro berteriak kembali saat menyadari Qaila menjauh.

Qaila berdecak sebentar sambil menyalakan motornya. "Ambil motor ah elah, tu aki-aki suka bener teriak-teriak"

Qaila berpamitan pada teman-temannya di pendopo. Lalu melajukan motornya keluar dari pekarangan sekolah.

"Sumpah malu banget"

Gadis itu meringis dibalik helmnya. Sesekali melirik sinis mobil yang mengikutinya lewat spion.

"Demi apa semua orang ngeliat gue tadi. Ga tau lagi apa yang ada dipikiran mereka pas ngeliat bokap marah marah. "

Qaila menghela nafas panjang saat tiba di bagasi rumah. Dengan cepat ia turun dari motor dan berlari masuk.
Bermaksud menghindari papa nya.

"Qaila saya  belum selesai bicara" Suara papa nya terdengar dari bagasi. Sepertinya pria itu juga tergesa-gesa menyusul Qaila.

Dengan tergesa-gesa pula Qaila menaiki satu persatu anak tangga. "Besok aja pa. Qaila cape mau ke atas"

Titik LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang