𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐚𝐫𝐚𝐰𝐢𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐢 𝟐𝟎𝟐𝟓. 𝐌𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐭𝐢𝐧 𝐲𝐚 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐢𝐧𝐢.
𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐝 𝐝𝐚𝐲𝐬. 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐤𝐮 𝐮𝐩 𝟏 𝐛𝐚𝐛. 𝐁𝐮𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐰𝐞𝐡 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫 𝐬𝐢𝐧𝐢.
~ Kamu alasan kenapa aku bisa tertawa. Walaupun sehari-hari terus menerima luka~
Saat ini Qaila sedang bersama anak anak LN di markasnya. Rutinitas malam yang kemarin sempat terhenti kembali ia jalankan.
Itu berkat orang tuanya yang sedang kembali sibuk perjalanan bisnis ke negara negara yang jauh dari jakarta. Setelah sore tadi basa-basi mengantarkan orang tuanya ke bandara gadis itu langsung tancap gas membawa dirinya ke sini.
"Eh liburan menjelang puasa ini kita healing yuk. Kayaknya gue butuh penyembuhan jiwa. Akibat kelamaan tertekan" Gadis yang sedang menyandar pada bahu Rafael itu tiba-tiba bersuara.
"Tapi ga semuanya yang dapat jatah libur sayang" Rafael memberi pengertian. Mengingat bahwa rata-rata dari mereka memiliki pekerjaan yang tidak mudah untuk ditinggal. Berbeda dengan kekasih kecilnya ini. Yang dapat waktu libur dari sekolahnya.
Maksud ucapan Rafael tadi disalahartikan oleh Qaila. Gadis itu mengerucutkan bibir. Mengira bahwa mereka sekarang sudah malas untuk bermain bersamanya.
Tak perlu pertimbangan Fathan langsung merespon "Gue sih bisa-bisa aja. Lagian project ramadhan di kantor emang deadline 3 hari sebelum puasa"
"Gue juga libur seminggu. Qaila pasti juga masuk tanggal 6 kan? "
Satya Dan Qaila lah anggota termuda. Dan masih menjadi siswa putih abu-abu di antara semua anggota LN yang lainnya.
"Ih ngga tau lah.., gue hari senin udah masuk" Qaila kembali merengut mengingat kembali pesan edaran di grup perihal libur menjelang ramadhan nya yang singkat.
"Yaudah gas lah. Ntar gue izin bokap beberapa hari ga masuk kantor. Kita liburan beberapa hari cukup lah" Gibral ikut-ikut mengusahakan wacana Qaila.
"Nah kalo kalian ga bisa gue sama mereka berdua aja" Qaila berlonjak senang karena sudah menemukan teman.
"Gak. Kita harus pergi semua. Udah lama juga LN ga ngadain acara. Gue usahain 90% bisa ikut ke sumbar. "
Bertambah lah kesenangan Qaila saat Rafael mengatakan itu.
"40-50 orang lah ya berarti kita usahakan biar ikutan. Nanti lah gue bantuin buat list" respon Arel
"Nah cepetan rel suruh isi list. Ntar gue yang cari villa. " Semangat Qaila ingin ikut membantu kelancaran rencana.
"Biar gue bantuin cari mobil buat anak-anak yang ga bisa bawa motor kesana. " Tambah Gibral.
"Bokap pulang kapan? " tanya Rafael, teringat gadisnya apakah sudah memikirkan wacana dan konsekuensinya.
"Mereka ga bakal pulang sebelum ujian gue selesai. Kesini kan cuma buat liat nilai gue. Kalo ga sesuai harapan, marah-marah, baru pergi lagi. " jawab Qaila tenang.
"Adek kamu ga bakal ngadu?" tanya Rafael lagi.
"Ya seperti yang kamu liat. Dia bodoamat selagi itu ga merugikan hidupnya. " jawab Qaila tanya kekhawatiran sedikitpun.
"Eh tapi lo posting posting momen di story bonyok lo ga ngeliat apa?" Fathan ikutan bertanya.
"Kalo pun liat mereka paling marah-marah nya di telpon kan?. Gue juga jarang angkat telpon mereka. Paling ntar minta tolong Au bilangin gue udah sibuk belajar lagi, jadi ga megang hp"
Qaila menceritakan kebiasaannya yang satu itu. Bersenang-senang di saat orang tuanya tidak ada. Dan beralasan tidak mengangkat telpon karena sibuk di meja belajar setelah sebelumnya pergi bermain.
Ibunya Karina dengan senang hati membantu Qaila melancarkan aksi bohong nya. Karena ia yang tidak tega jika harus melihat gadis itu dimaki-maki oleh orang tuanya.
"Ah punya orang tua sibuk juga enak ternyata." Lirih Satya, sekaligus merebahkan dirinya di sofa panjang.
Qaila terkekeh merespon pemikiran singkat cowok itu "Lo dapat rumah yang utuh malah mau-maunya punya orang tua kek bonyok gue. "
"Harusnya kemarin lo request sama tuhan biar lahir jadi kakak gue bub. " ucap Satya merespon kembali.
"Atau jadi adek gue aja. Tiap hari gue jajanin. Jadi kakak si Satya ga enak. Dikit-dikit lo di porotin. " sahut Gibral dari tangga.
Rafael ikutan buka suara, "Biar besok gue yang jadi suaminya. Ngubah warna suram di hidupnya. "
"Ah lama. Keburu terkikis habis tuh mental Qaila. " cibir Fathan.
"Cewek gue ini orang kuat. Dan selalu hebat. Ga ada cerita tiba-tiba dia nyerah" Rafael berkata begitu sambil mengacak gemas rambut gadisnya.
Qaila mengukir senyum mendengarnya. Senang rasanya ada laki-laki itu di hidupnya. Setidaknya ada alasan mengapa sampai saat ini dia masih bisa tertawa walaupun sehari-hari hanya menerima luka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Luka
Teen Fiction"Seenggaknya kalo ga bisa bahagia jangan ada luka. " Qaila meneguk habis air kuning di botol yang digenggam nya. Lalu melemparkan botol itu ke dinding. Beberapa detik selanjutnya terdengar suara pecahan kaca dari dalam kamarnya. "Anak kurang ajar...