4

1.1K 112 7
                                    

🦩Olin

Aku akhirnya duduk lagi di mobil milik Naga, dia yang mengantarkan ku ke kantor "Kamu sadar gak sih Ga, kalau kamu selalu gagal soal hubungan asmara?"

"Emang kamu berhasil?" Aku otomatis memukul lengannya "Sama aja kayak kamu!"

"Gak ya, aku lebih lama kalau punya pacar!"

"Lama sadarnya kalau pacar-pacar kamu gila semua?" Dia melirikku kemudian tertawa "Tuh kan, kalau dibales ngambek, padahal kamu sendiri yang mulai,"

"Bodo ah!"

"Gak apa-apa gagal pas pacaran, asal jangan gagal pas nikah, di agama kita nikah gak bisa cerai selain cerainya mati Lin, enjoy aja daripada nyesel seumur hidup ya kan?"

"Kamu sadar gak kenapa selalu digoblokin cewek-cewek Ga?"

"Yang tadi gak goblokin aku," dia membela diri.

"Yang tadi kamu yang goblok Ga, terlalu jujur!"

"Emang aku kenapa kalau menurut kamu Lin?"

"Kamu tuh terlalu green flag, green field malah!"

"Bagus kan berarti?" Dia membelokan setirnya dan aku kembali bicara "Cewek tuh tertantang sama yang bad boy gitu,"

"Kan gak semua Lin,"

"Iya bener, tapi rata-rata begitu,"

"Tuh sahabat kamu ujungnya juga cari yang baik-baik kayak mas Juna!"

"Eh, tapi ternyata dia nakal dalam tanda kutip kan? Walau nakalnya ke adek kamu doang, mungkin itu yang bikin Jani kesemsem, selain emang pesona mas Juna silau banget sih kalau kata aku,"

"Terus menurut kamu besok-besok kalau aku deket lagi sama cewek langsung aku ajak ngamar aja gitu?"

"Ya gak se ekstrem gitu Ga! Emang berani kamu kalau mama Hera tahu?"

"Cowok tuh ya, kalau mau bandel kapan pun juga bisa Lin, cuma makin kesini makin banyak yang sadar kalau memang harus cari yang setara, kalau mau cewek baik ya harus jadi baik dulu kitanya,"

"Cari tuh mending yang sesuai sama fetish Ga!"

"Astaga mulutnya!" dia menegurku.

"Tuh sekarang juga masih banyak kok cowok yang sok ngelarang ceweknya pakai baju-baju terbuka eh tapi selingkuh sama yang baju-bajunya kurang bahan, kalau tahu maunya yang liar ya sudah langsung aja cari yang liar gak perlu susah-susah pakai topeng orang baik tapi kelakuannya melebihi setan!"

"Pengalaman ya, mbak?"

"Iya tuh dulu si Toni sialan, mana selingkuhannya ternyata LC udah idup dia masih pas-pasan, gak terlalu pinter otaknya, muka juga gitu-gitu aja, kok malah banyak tingkah itu loh, padahal aku juga gak nuntut dia yang aneh-aneh!"

"Anggap aja khilaf Lin, namanya juga kamu pas awal-awal kuliah, terjerat pesona mas mas bad boys yang ternyata gak modal, auch, sakit!" aku menggeplak kepalanya dan dia malah tertawa.

"Goblok! makanya jangan kayak dia, belajar dari aku biar kamu gak kelamaan harus remedial satu-satu, sama kurangin tuh green flag nya, muji dikit juga gak bikin kamu oleng Ga!"

"Aku suka muji kok!"

"Pokoknya jangan terlalu baik, malah dimanfaatin nanti! cewek tuh sebenarnya gak ada yang matre, realistis aja tapi kalau sudah kena duit, apa-apa dijabanin, kadang ada aja yang malah keenakan dan lupa daratan, lain kali kalau PDKT jemput pakai motor vario aja gak usah bawa mobil, tampang kamu menjual kok jadi gak buruk kalau cuma bawa vario mah!"

"Iya in aja deh, yang kasih saran juga banyak gagalanya," dia melirik ku kemudian kami sama-sama tertawa, mentertawakan kebodohan yang sedang kami bicarakan, bisa-bisanya si buta menuntun yang buta juga.

"Yang sableng nuntunnya yang goblok, udah klop, klop edannya!" kami tertawa lagi dan aku tahu kenapa kami sama-sama selalu gagal masalah percintaan, orang waras mana yang mau dengan kami yang agak gila ini? cover kami bagus kok, aku cantik, Naga cakep, cuma otak sama mulut kami aja yang agak--agak diskon.

🐉 Naga

Beberapa Minggu setelah kejadian Naka dan Olin benar-benar berakhir aku bertemu Olin yang ternyata juga nongkrong bersama Tora dan Rama di kedai mama.

"Weh anak baik kita akhirnya balik guys!" Ujar Rama sambil menarik tanganku agar lekas duduk di sampingnya.

"Udah kaya bro? Kerja terus perasaan, ambil proyek luar terus, hati siapa yang sedang kau kejar wahai anak tampan?" Rama menjawil-jawil daguku dan aku menampik tangannya "Geli!"

"Kerja muluk, gak inget rumah?" Kini Tora yang menyindir.

"Mumpung masih muda, gak ada cicilan apa-apa, belom ada tanggungan anak, gas aja kan ya Cok!"

"Bahas anak, ngeri bener, dah siap berkicau burung mu?" Olin menoyor kepala Tora "Burang burung, ini aku gak punya burung sendiri geli dengernya!"

"Nanti mas pinjemin Lin, gak usah marah gitu!" Kini tangan Olin telah menjewer telinga Tora dan Rama meringis melihatnya.

"Punya aku naga lah ya kali burung doang, ish cemen!"

"Haduh udah paling bener aku nongkrong di rumah Jani aja kalo begini mesum semua!" Kami tertawa mendengar ocehannya.

"Dah ah balik, bye!" Olin berdiri dan akan pergi tapi Rama menahannya "Naga juga baru datang, balik ntar aja Lin!"

"Males bahasannya mesum gini kalian!"

"Tuh Naga tuh duluan buka topik!"

"Dih apaan, otak kalian aja yang mengurusnya selalu kesana!" Aku membela diri.

"Udah sini dulu, kita belum kelar menganalisa gebetan kamu, biar besok gak salah ambil keputusan kelar date pertama!" Tora meminta Olin duduk kembali.

"Mau dating lagi?"

"Ya gitu deh, dasar cewek ya ga bisa single lama-lama!" Ledek Rama dan kini kotak tisu sudah mendarat di pangkuannya karena lemparan Olin.

"Buset, sumpah cowok itu kudu tahu kalau kamu se bar-bar ini Lin! Better dia punya asuransi kesehatan premium biar kalau kamu apa-apain dia gak rugi banyak!"

"Berisik!"

"Kayaknya dia tipe yang........" Tora memikirkan kata-kata yang tepat sambil memandangi ponsel Olin, karena lama aku merebutnya dan kini giliran aku yang melihat siapa cowok itu.

"Gak mau rugi nih Lin!" Ujarku langsung dan Tora mengiyakan "Nah!" Serunya.

"Maksudnya?"

"Minimal balik date minta grepe-grepe, cipok doang gak mau!" Ujar Rama seringan udara yang membawa kentut.

"Heh!" Dan kini Olin sudah melemparinya dengan mata yang melotot.

"Dih gak percaya, kalau kamu kuat, bisa jaga diri berangkat aja, apa mau kita temenin?"

"Aku first meet ya Ram bukan ajak anak-anak PAUD study tour!"

"First meet, klien sama vendor kali"

"Ketemunya dimana sih? Biar kita kawal dari jauh, seru juga nih begini,"

"Apaan sih Ga, gak mau aku kalian ikut-ikutan!"

"Dih dijagain juga, muka dia tuh udah mesum aslinya ketutup rapi aja dandannya, aslinya bahaya dari pada aku Lin!" Rama meyakinkan tapi Olin tetap bersikeras menyuruh kami untuk diam.

"Minimal pakai baju jangan dress deh, celana aja yang gak ngetat, sama pakai blouse aja kalau mau agak formal,"

"Heh sumpah ya, aku temenan sama cewek-cewek aja tuh ga seribet kalian yang kasih saran ini itu rek!"

"Ya soalnya kalau cewek cuma lihat dari tampang udah muji kalo bagus Lin, terus pasti takut kamu tersinggung misal ada pemikiran mereka yang gak sreg sama kamu, bersyukur deh punya kami di hidup kamu, mulut kita mulut-mulut jujur apa lagi sesama cowok!" Aku memberi tepuk tangan untuk Tora.

"Gak rugi dengerin kami pokoknya, good luck ladies!" Kini aku memberikan acungan jempol untuk Olin.

NagameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang