13

1.1K 150 46
                                    

🦩 Olin

Sudah beberapa hari aku tidak lagi membalas komunikasi apa pun dari Naga, sejak tragedi belajar masak di apartemennya itu, aku jadi malas dengannya, entahlah rasanya dia seperti orang lain yang menyebalkan, biasanya dia juga menyebalkan tapi yang kemarin jauh lebih menyebalkan.

Oh aku tentu saja menuntaskan masakan ku saat itu, jadi dia benar-benar membuka pintunya agar aku bisa pulang saat masakan ku benar-benar jadi dan bisa dia rasakan, definisi anak pertama yang kaku dan keras kepala memang ada semua pada Naga.

Aku membaca pesan dari Tora, dia mengajak ku untuk nongkrong nanti malam bersama dengan yang lain, tapi aku masih malas jika harus bertatap wajah dnegan anak mama Hera itu, jadi aku berbohong padanya kalau ada kerjaan yang harus segera diselesaikan sebelum weekend ini.

Tora : Bos kamu udah sadar? sekarang dia yang nyetir kamu, bukan kamu yang nyetir dia lagi?

Yeah, sedari awal aku bekerja untuk bu Meti memang terkesan aku yang banyak menyetir beliau, bukan karena beliau tidak kompeten, hanya saja beliau mudah sekali terdistraksi jadinya hampir semua kendali pekerjaannya ada di tangan ku.

Olin : Iya nih puji Tuhan sadar doi.

Tora : Btw Lin, mau kenalan sama temen kerja aku gak? oke sih ini anak kayaknya cari yang bisa diajak serius.

Olin : Buset, pacar kamu aja deh Tor tawarin, aku bisa serius kalau soal menghitung kekayaan orang, selain itu gak dulu, makasih!

Tora : Kamu serius sibuk? kalau jawabannya panjang gini biasanya bohong!

Sialan! Bisa-bisanya aku terpancing taktik busuknya! Aku menghela napas dalam kemudian segera membuang ponselku kemana saja yang penting tidak dapat dijangkau oleh mataku lagi.

Naga mengirimiku chat setelah tragedi di tempatnya? iya, tapi hanya sekedar chat chat yang memastikan aku masih hidup walau tidak ada yang aku balas sama sekali, baguslah, setidaknya aku jadi membuatnya jengkel dan tidak macam-macam lagi dengan perasaanku!

Aku tahu tidak mungkin tipe pacar ideal yang Naga mau ada di aku, tapi jujur perasaanku akan semakin tidak aman kalau aku tetap memaksa hubungan aneh kami ini berjalan sesuai rencana.

Tidak aku pungkiri kalau dia tampan, pintar, finansial nya oke dan juga baik, hanya saja kalau hubungan ini berjalan dengan lebih serius rasanya akan sangat membosankan, tidak ada tantangan dan pasti akan hambar mengingat dia adalah laki-laki yang sangat lurus.

Sepertinya aku akan pergi ke salon saja sepulang ngantor untuk meredakan sedikit pikiran dan tubuhku, rasanya juga sudah lama aku tidak memanjakan diriku sendiri belakangan ini.

.

Pagi harinya aku terbangun dengan guncangan di pundakku, kebetulan posisiku terakhir adalah tengkurap, jadi tepukan dari seseorang ini terasa begitu nyata. Mataku mengerjap dan benar saja hari sudah cukup terang untuk aku bilang ini pagi.

"Non bangun, dipanggil bapak sama ibu." itu suara bibi.

"Hem...." aku meregangkan otot-otot tubuhku dan berusaha mengumpulkan kesadaran ku sepenuhnya, hal yang membuat aku senang adalah wangi rambutku, hasil aku ke salon semalam, rasanya segar!

"Kenapa bi?" akhirnya aku bertanya lagi pada bibi dan bibi menjelaskan bahwa aku segera diminta turun oleh Papi dan Mami.

"Iya nanti aku turun, bibi keluar dulu aja ya!"

"Sekarang non," ucap bibi terdengar ragu.

"Kenapa papi mami gak kesini langsung aja sih kalau butuh cepat?" aku mulai kesal tapi akhirnya aku duduk juga.

NagameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang