🐉 Naga
Ponselku berdering ketika mataku masih setia terpejam, tanganku berusaha meraih benda hitam itu dan segera mengangkat panggilan yang sedang masuk "Halo?" bahkan suaraku masih serak ketika menyapa penelpon yang entah siapa di seberang sana.
"Bukain pintu!" suara Olin, sangat khas galaknya.
"Astaga bub, kamu salah telpon ke nomor papi?" aku meyakinkan, tapi semalam aku memulangkannya dengan benar di rumah orang tuanya.
"Aku di depan apartemenmu, cepat buka!" aku menghela napas kasar dan memaksa mataku terbuka saat ini juga "Astaga!" aku gemas tapi tetap saja aku berjalan keluar kamar menuju pintu utama unit ku, menekan beberapa kombinasi angka di layar dan setelahnya pintu ini pun terbuka "Selamat pagi bub!" dia mencium pipi kanan ku dengan wajah riangnya "Ngapain ka....." belum sempat aku bertanya dengan benar dia sudah menabrak tubuhku dan masuk begitu saja ke dalam.
"Kamu barusan banget bangun? Haduh mau jadi apa jam segini baru bangun bub?" dia sudah sibuk membongkar barang bawaannya di atas meja pantry.
"Kamu lupa semalam kita balik jam berapa?" dia malah tersenyum lebar seakan tidak merasa menganggu ku sama sekali, padahal kami baru saja sampai Surabaya jam 3 pagi.
"Katanya kamu tahan banting bub? baru nyetir segitu aja kok ngomel sih?"
"Terserah," aku berjalan kembali menuju kamar, tapi tangannya menahan kesibukan ku ini.
"Gak, gak, gak, gak boleh balik tidur!"
"Kamu ngapain sih kesini?" aku mulai kesal.
"Mau habisin weekend sama kamu lah! ayo masak, aku sudah bawa bahan-bahan yang bisa kamu masak!"
"Kamu nyuruh aku yang masak?" aku menegaskan dan dia mengangguk, tapi buru-buru dia menggeleng "Aku mau belajar masak sama kamu! biar sweet!"
"Astaga bub, aku masih ngantuk banget!"
"Masa gak bisa melek sih bub! payah banget!"
"Cuci muka sana!" dia malah menyuruhku.
"Gak mau ah, ngantuk bub!"
Cup! Tanpa aku duga sebelumnya dan hal ini terjadi lagi, Olin sudah menciumku tepat di bibir "Nah, gak ngantuk kan!" Serunya riang.
"Makin ngantuk!" Balasku agar dia berhenti melakukan hal random yang bisa membuat pikiranku semakin berharap padanya.
"Ya sudah gini aja!" Kini Olin sudah menggandeng tanganku dan berjalan menuju ruang TV, dia mendorongku sampai terduduk di sofa dan yang paling membuatku tidak percaya adalah, dia langsung duduk di pangkuangku! Menghadapku!
"Mau apa kamu Lin?" Tanyaku serius, jujur kesadaranku jadi meningkat setelah dia menduduki ku, ambigu, karena yang dia duduki bukan hanya aku tapi "aku" versi yang lain juga!
Olin sialan!
"Biar kamu bangun!" Kini dia sudah kembali sibuk mengulum bibirku, tangannya memegang kepalaku, dan yang lain mengelus pipi kiriku, ciuman ini berbeda dari yang pernah dia ciptakan sebelum-sebelumnya.
Dia semakin jauh, kini lidahnya sudah bergerak menelisik lidahku, aku memejamkan mata, meminta diri ini agar tidak membalasnya detik ini juga, aku merapalkan doa agar terhindar dari godaan setan, karena satu setan dalam bentuk Olin ini sudah semakin menjadi.
Remasan jarinya pada rambut-rambutku membuatku seakan terombang-ambing dalam kabut sensual yang bisa kapan saja menenggelamkan ku.
Desahan yang keluar dari bibirnya yang membuatku langsung tertampar kalau ini semua harus segera dihentikan, dan aku lah yang bisa!

KAMU SEDANG MEMBACA
Nagameru
ChickLitJodoh kadang lucu ya, dicari selalu tidak terlihat, dikejar makin lari menjauh, sudah didapat tidak disyukuri, dan kadang yang paling dekat tidak bisa kita rasakan