🐉 Naga
Aku mengecek semua pekerjaanku, memastikan semua kontainer yang akan dikirim tidak ada kendala, ya aku akhirnya bekerja untuk papa, seharusnya sekarang aku masih berada di pekerjaan lepas pantai, tapi setahun belakang mama meminta ku kembali.
Mama tidak bisa membayangkan lagi aku yang jarang pulang dan berada di tengah lautan, karena aku menjadi engineering disana.
Papa berencana pensiun dalam waktu dekat, dan aku semakin dia persiapkan untuk dapat mengurus semuanya, mulai dari hal terkecil sampai membangun kerjasama baru dengan klien-klien antar negara.
Di tengah keseriusan pekerjaan ku ternyata aku masih harus meladeni bubub ku yang tengah bingung memilih makan siang.
"Kamu mau yang mana?" Akhirnya aku menelponnya agar tidak berkali-kali mengetik, aku menelpon sambil memandangi PC di depanku mencoba masih fokus.
"Karena aku bingung makanya aku nanya kamu bub!"
"Kirim semua link nya, aku pesan semua aja biar kamu gak bingung."
"Kamu mau bikin aku gendut ya? Ngaku!" Aku memijat pelipis ku mendengar tuduhannya ini.
"Aku mau kamu gak bingung,"
"Makanya pilihin!" Suaranya ini terlalu mendominasi otak ku jadi aku mematikan sambungan telpon kami agar tidak tambah pusing.
.
Aku mengetuk meja kerjanya dan kepala gadis berisik ini sudah terangkat, ekspresi nya nampak terkejut melihat kehadiran ku di kantornya.
"Ayo makan di luar aja sama aku, daripada aku salah," aku langsung berjalan menuju mobilku setelah tadi aku mematikan sambungan telponnya, aku tidak mau dia marah hanya karena hal sepele dan aku tidak mau pilihan ku tidak sesuai harapannya.
"Kamu disuruh pilihin doang aja gak bisa, kenapa malah kesini?"
"Aku gak mau kamu makin bete kalau pilihan ku gak sesuai mau mu bub," dia menahan senyum setelah aku mengatakan bub.
"Aku gak maksa kamu begini loh ya!" Serunya sok tegas tapi sambil menyambar tas miliknya.
"Iya bubub ku!"
"Ya sudah ayok buruan!" kali ini dia sudah sibuk meranggkul tanganku dan sedikir menarik ku agar segera berjalan menuju ke lift.
.
Lihatlah akhirnya kami makan menu yang tadi sama sekali tidak ada yang menjadi opsi pilihannya, dia menikamti sushi nya dengan riang gembira sedangkan aku mulai memakan ramen pesananku "Makasih ya bub, gila peningkatan kamu oke juga, sering-sering begini ya bub!"
"Cepetan dimakan, gak usah bawel!"
"Ih bawel-bawel gini tetap kamu turuti kan!" Selalu saja menjawab.
"Kerjaan kamu gimana bub?"
"Lagi banyak," aku tidak berbohong.
"Kok masih bisa makan di luar gini sama aku?"
"Banyak bukan berarti gak bisa buat aku melakukan kewajiban dasarku Lin!"
Dia meletakan sumpitnya kemudian memandang ku dengan mata berbinar "Mencintaiku ya maksudnya?"
"Hah?"
"Itu kewajiban dasar yang harus kamu lakukan."
"Makan goblok!" Aku geli tapi bibir ku langsung terjepit dengan sepasang sumpit yang berada di tangannya "Bilang apa kamu? Goblok?" Dia memastikan dan aku memilih tidak menjawab detik ini.
"Gak boleh kasar! Nanti makin susah jodoh, paham?" Aku akhirnya mengangguk dan dia perlahan melepas jepitan sumpitnya dari bibirku.
Aku mengelus sebentar bibirku, berusaha menghilangkan rasa sakit yang baru saja dia terima "Bukannya kalau aku gak dapat-dapat jodoh berarti jodoh ku itu kamu ya?" dia langsung melirikku dengan tatapan tajam.
"Bubub beneran sayang ya ke aku?" Suaranya sudah riang, tandanya dia sudah normal.
"Ngebet banget kita jodoh!" Imbuhnya.
"Lah terus ngapain pacaran-pacaran begini kalau gak mau jadi jodoh?" Aku bertanya.
"Ish kan buat memperbaiki portofolio kamu yang selalu gagal bub!"
"Nah, berarti biar gak gagal kan harus sampai nikah, ya kan bub?" Kini aku yang membalasnya dan dia nampak terkejut dengan celotehan ku ini.
Dia tidak kunjung bergerak walau aku sudah memasukan 2 kali ramen ke dalam mulutku "Heh!" Aku mengguncang tubuhnya.
"Kenapa sih Lin ?" Aku mulai sedikit panik.
"Kamu beneran kepikiran nikah gitu?" Tanyanya pelan.
Aku akan meledakan tawaku melihat ekspresi berpikirnya ini "Heh, aku yang jadi anak mama Hera aja kadang merasa tertekan, apa lagi kalau istri ku kamu, aku gak mau kasih beban ke anak ku, yang gak bisa mereka hadapi, stress anak-anak aku kalau ibunya kamu bub!"
Aku sudah berkata panjang lebar dan dia dengan polosnya berkata "Bahkan ciuman aja kita belum pernah loh Ga, kamu bahas nikah?" Astaga gadis ini benar-benar memberiku energi lebih besar untuk bisa menghadapi pikirannya.
"Iya udah nanti kamu aku cium!" Tandas Ku tanpa pikir panjang.
.
🦩 Olin
Aku sudah berada di mobil Naga lagi, dan sekarang aku sudah memakai kembali lip glos ku "Tumben gak vanila?" Tanyanya sambil memakai sabuk pengaman.
"Kamu hapal biasnya aku pakai vanila?" Dia mengangguk dan aku sedikit tertegun karena ternyata dia memperhatikan.
"Iya bosen mau coba yang strawberry, mau?" Aku menawarkan.
"Gak, bibir aku gak kering,"
"Tapi bukannya kamu suka strawberry?" Aku bertanya lagi.
"Kalau gak kering terus mau coba, sini coba dari bibir aku aja langsung, tadi katanya mau cium aku juga kan? Nah ya udah ayok!" Aku mengerucutkan bibirku untuk menggoda Naga.
Dia melirikku dengan tatapan meledek "Gak banget," ujarnya sambil tersenyum meledek.
"Cepetan cobain ini strawberry nya enak bub!" Akhirnya aku benar-benar memancing iblis anak ini keluar, karena saat ini dia sudah melepas sabuk pengamannya dan sibuk mencondongkan tubuhnya padaku.
Wajah kami benar-benar dekat, bahkan telapak tangannya sudah meraih pipi ku, dia semakin maju bahkan hidung kami sudah bertabrakan, astaga aku baru sadar ternyata aroma tubuhnya se segar ini!
Pikiranku sudah kemana-mana karena tatapan yang Naga berikan begitu intens, aku memejamkan mataku karena takut tidak kuat menahan pesonanya yang seakan meronta-ronta untuk keluar.
Bibirku akhirnya tersentuh oleh sesuatu, tapi tunggu ini bukan sentuhan yang tercipta oleh sebuah bibir, aku membuka mata dan ternyata saat ini Naga tengah menyapukan ibu jarinya pada bibirku.
Setelahnya dia kembali duduk ke kursinya dan memasukan ibu jarinya tadi ke dalam bibirnya sendiri, sebentar seperti berpikir dan akhirnya dia mengangguk "Iya benar rasa strawberry" Ujarnya datar meninggalkan aku yang duduk dengan jantung yang sudah berdegup cukup kencang.
Dia tersenyum ke arahku seakan meledek "Bukan gitu caranya!" Aku sudah geram tapi dia masih nyaman tersenyum nyengir tanpa rasa bersalah.
Dia akan kembali memasang sabuk pengamannya tapi aku lebih dulu meraih kepalanya untuk aku bawa menghadap ku, aku langsung menyatukan bibir kami ke dalam sebuah ciuman yang aku ciptakan.
Mata Naga terbuka lebar, seakan tidak menyangka dengan apa yang aku lakukan, jadi aku juga membalasnya dengan tatapan yang tak kalah melebar juga.
Aku mengigit bibir bawahnya, aku benar-benar ingin membalas godaannya padaku, aku membuatnya mengeram, mungkin dia kesal, aku semakin bahagia!
Aku masih menciptakan ciuman ini dengan intens dan tanganku bergerak mengelus rahangnya yang tegas, membuat dia menekan kepalaku tapi setelahnya aku langsung memutus ciuman ini dan membiarkannya jengkel sendirian.
Aku kembali duduk pada kursiku dan sekarang sibuk memakai sabuk pengaman "Lebih terasa kan strawberry nya bub?" Ledekku dan dia melirik ku dengan sangat tidak santai tapi aku malah terkekeh.
"Yang tadi aku yang cium ya, kamu masih hutang cium aku!" Tandasku
Siapa suruh menggodaku lebih dulu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Nagameru
ChickLitJodoh kadang lucu ya, dicari selalu tidak terlihat, dikejar makin lari menjauh, sudah didapat tidak disyukuri, dan kadang yang paling dekat tidak bisa kita rasakan