🦩Olin
Kami selesai nonton dan Bagas bertanya aku buru-buru pulang? Aku jawab gak karena besok aku libur, dia kembali bertanya mau menemaninya sebentar untuk menyapa temannya yang sedang ulang tahun "Serius aku lupa kalau acarnya hari ini,"
"Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, aku langsung antar kamu balik ke rumah," aku tampak berpikir sejenak, mami dan papi sedang tidak ada di rumah, setidaknya aku tidak ada yang mengomeli kalau pulang larut malam.
"Emang nya dimana Gas acaranya?"
"Di pub sih, dekat sini," aku mencium hal yang janggal dan sepertinya dia merasakan kegelisahanku, tapi jujur aku tidak mau ini berlalu begitu saja, aku tidak mau meninggalkan kesan yang terlalu kaku untuknya, aku hampir 25 tahun tapi masih menumpang dengan orang tua, pekerjaan masih gitu-gitu aja, dan apa iya aku harus bilang kalau punya jam malam dari papi?
Oke kali ini saja aku berjuang lebih, lagi pula Bagas tipe laki-laki yang aku mau!
"Oke, gak lama-lama kan tapi Gas?"
"Aku cuma takut gak enak sama teman kamu yang punya acara,"
"Easy Lin, dia supel kok kayak kamu gini,"
"Oke deh!" Akhirnya Bagas menjalankan mobilnya sambil mencoba mencari topik obrolan lain dengan ku.
.
Hanya 20 menit berkendara dan kami pun sampai ke sebuah pub yang sebenarmya aku pernah datangi satu kali bersama beberapa teman kantorku untuk merayakan naik jabatan salah satu dari mereka. "Ayo Lin!" Bagas sudah mengulurkan tangannya padaku dan aku langsung meraihnya.
Benar saja dia menemui teman-temannya yang sedang asik di 1 meja bersama, aku dia kenalkan sebagai pacarnya dan mereka semua menggoda kami riuh, aku sedikit tersipu saat Bagas mengaku seperti itu.
Aku sibuk melihat sekeliling ketika Bagas bicara dengan seorang teman wanitanya dan menunjuk sebuah ruangan "Oke oke thanks Ra!" Setelahnya dia mendekatkan bibirnya pada telingaku "Teman aku yang punya acara ada di ruangan sebelah, kita kesana bentar terus balik, oke?" Aku mengangguk dan tangan Bagas menuntunku lagi untuk memecah lautan manusia disini.
Jujur saja, aku tidak terlalu suka masuk ke tempat seperti ini, menurutku terlalu berisik walau aku pun jenis manusia yang berisik, Bagas ternyata sudah membuka ruangan di depan kami dan menggandeng ku masuk ke dalam, tapi disana tidak ada siapa pun "Kok kosong?" Tanyaku sambil mundur sedikit sambil memegang pintu yang masih terbuka.
"Iya ya? kita tunggu aja sebentar ya Lin?"
"Aku pulang duluan aja deh Gas kalau gitu, gak apa-apa kalau kamu disini, nanti aku kabari kalau sudah di rumah," aku masih memastikan tanganku ada pada pintu dan aku langsung mundur lagi satu langkah tapi tangan Bagas langsung menarik ku dengan kuat, membuat tubuhku maju ke depan, lebih tepatnya sudah berada dalam dekapannya.
Aku menjerit kencang dalam hati, dan saat ini mencoba melepaskan diri dari cekalan Bagas ini "Sebentar aja Lin, gak akan lama," desisnya tepat di telingaku dan itu semakin membuat bulukuduk ku kompak berdiri, aku menggeleng kemudian masih mencoba menciptakan jarak dengannya tapi sekarang yang aku dapat malah kenyataan bibirnya yang telah menyapu leherku, aku tercekat dan jantungku langsung berdetak tak karuan, tubuhku kaku dan mendadak aku tidak tahu harus berbuat apa.
Pergerakan Bagas terjadi begitu cepat dan kini mataku mengikuti gerakan tangannya yang membelai leherku dan perlahan turun ke bawah, bahkan saat ini tangannya sudah berada di bagian tengah payudaraku, aku semakin takut tapi rasanya otak dan pergerakan lumpuh, hanya mataku yang mampu melihat semuanya tanpa bisa melakukan hal lain, ternyata air mataku sudah menetes.
Leherku terasa sakit karena ternyata tangan Bagas sudah berpindah untuk mencekik leherku, tubuhku ia rebahkan di sofa yang ada di ruangan ini dan aku semakin tidak karuan, ketakutan ku membuat semuanya terjadi semakin jauh, aku memejamkan mata saat bibir Bagas bergerak di wilayah wajahku, dia mulai menciumi ku dan aku bertekad untuk bisa pergi darinya, aku mengumpulkan semua sisa-sisa keberanian yang aku miliki, dan akhirnya aku mendorongnya dengan cukup keras, aku rasa.
Bagas terhuyung kebelakang dan itu cukup menciptakan jarak diantara kami, aku langsung mencoba berdiri tapi dia malah menampar ku dan dengan brutal mencekik ku lebih keras "Aku hanya ingin kita bersenang-senang sebentar Lin, kamu gak perlu jual mahal!"
"Aku tahu kamu langganan dipakai kan sama bos-bos kamu di kantor?" aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar ini dan aku langsung tidak terima "Aku bukan pelacur, bangsat!" tanganku akhirnya bisa memberinya sebuah pukulan yang cukup keras pada perutnya, dan kini aku balik menyerangnya dengan cukup gila.
Dia menangkap tanganku tapi kaki ku langsung menendang pusat dirinya, membuatnya kesakitan dan berlutut di hadapanku, aku langsung balik mencekiknya hingga terlentang, dan kini menekan dadanya menggunakan lututku, aku sudah tidak bisa membendung amarah ku kali ini.
"Siapa yang bilang aku langganan bos-bos kantor? Jawab!" Bentak ku kesal dan dia nampak tidak percaya aku melakukan ini.
"Cepetan jawab, gak punya mulut?" Aku menampar pipinya dan saat ini seseorang sudah masuk ruangan dengan cukup heboh bersama ekspresi wajahnya yang tidak santai "Olin!" panggil Naga keras.
Dia sedikit terkejut melihat ku sedang mencoba menjinakan Bagas "Astaga, kenapa begini?" Naga mencoba melepaskan serangan ku dari Bagas.
"Jangan paksa aku berhenti Ga! Biar dia dapat balasan dulu dari aku langsung, benar-benar kurang ajar!"
"Roni.....Roni yang bilang," akhirnya satu nama tersebut dari bibir Bagas sendiri.
Roni adalah teman satu kantor ku yang kalau ku ingat memang pernah aku tolak sebelumnya, sepertinya ini cara dia membalas dendam.
"Aku minta buktinya Ga!"
"Iya...iya Lin.....tapi ada di ponsel, bisa biarkan aku duduk?" Tanyanya dengan nada bergetar.
Aku langsung menarik kerah kemejanya dan mendorongnya cukup kerasa sampai punggungnya membentur tembok.
Tangannya bergetar mengambil ponsel yang ada di saku celananya, dia menunjukan chat bersama dengan Roni di depanku dan juga Naga "Screenshot, kirim ke aku selengkap-lsngkapnya kalau kamu gak mau aku bikin laporan pelecehan ke polisi!"
"Su..sudah," dia menunjukan bukti chat itu.
"Sampai kamu hapus, kamu blok aku, aku datangi kantor kamu, aku bakal koar-koar disana pakai TOA tentang apa yang sudah kamu lakukan ke aku, paham?" Bagas mengangguk berkali-kali dan akhirnya aku mendorongnya kemudian pergi dari tempat itu.
•
🐉Naga
Sudah aku bilang, anak 1 ini memang harus punya tim penyelamat khusus, aku mencari dimana ruangan mana tadi dia masuki dengan Bagas.
Dari kejauhan aku tahu di nampak bingung harus menolak dengan cara apa, aku melihat sebuah tangan yang mengganjal pintu agar tidak tertutup, dari cincin yang dia pakai aku tahu itu tangan Olin.
Aku sudah akan semakin dekat tapi beberapa orang berhasil menahan ku untuk maju, tempat ini benar-benar digilai manusia, padahal aku pusing sendiri ketika masuk, gimana mereka bisa enjoy disini?
Butuh usaha lebih untuk masuk ke dalam ruangan ini, aku sudah siap memukul, menghajar Bagas jika dia macam-macam dan memaksa Olin melakukan hal yang dia tidak mau.
Sayangnya aku salah duga, malah kini gadis yang aku kenal dari kecil yang menindih tubuh teman kencannya, tapi dari wajahnya aku tahu dia emosi parah, dia menekan dada Bagas dengan lututnya dan tatapan yang sangat menusuk.
.
Ku tunggu banyak komen tentang isi bab ini dulu ya, baru aku lanjutin, makasih banyak atas bentuk dukungan yang sudah kalian berikan bagi yang udah meninggalkan komentar ttg isi cerita ini 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagameru
Literatura FemininaJodoh kadang lucu ya, dicari selalu tidak terlihat, dikejar makin lari menjauh, sudah didapat tidak disyukuri, dan kadang yang paling dekat tidak bisa kita rasakan