Eid Mubarak semuaa:)
Selamat menikmati santapan rendang, dendeng, sate dan yang lainnya😋🤗***
"Ra?"
Suara yang tidak asing lagi menelisik telinga Nara. Sang empu mendongak, menatap lawan bicara di hadapannya.
"Iya, ri?"
"Udah baca novelnya. Belajar lagi, bentar lagi lo kan--"
"Ini gue lagi belajar!" Nara mengangkat sebuah novel yang tengah ia baca, memperlihatkannya kepada Mentari.
Mentari memutar bola matanya jengah. Sudah diperingati berkali-kali, Nara tetap saja kekeh membaca novel. Memang sudah gawat, jika seorang Nara di hadapkan dengan sebuah novel.
"Gue lagi baca novel high school series, seru pisan!" Nara mengacungkan jempolnya.
Lagi-lagi Mentari hanya menatapnya datar. Memang menghadapi Nara harus penuh stok kesabaran, nggak cukup dengan selembar tisu, apalagi kalau dibagi dua.
"Baca novel juga harus tau waktu lah! Dasar aneh!"
Tak ada angin, tak ada badai. Novel di genggaman Nara terampas begitu saja.
"Eh, halamannya!" jerit Nara panik. Ia berbalik kebelakang, dan...
Abian.
Abian lagi?! Kenapa sih gue harus setiap hari ketemu dia terus. Muak sumpah! Hati kecil Nara memberontak kesal.
"Ih! balikin nggak?"
"Enggak!" jawab Abian tegas. Namun tangannya meraih tangan cewek di hadapannya, dan meletakkan novel yang ia rebut di atas telapak tangan Nara.
"Gue nggak ngelarang lo buat baca novel, ra. Cuma ya... tolong tau waktu dong,"
"Sebentar lagi kita lomba, ra. Jadi kita harus saling mengingatkan buat belajar." ujar Abian.
Tangannya refleks mengacak rambut Nara dan berlalu begitu saja.
Sepersekian detik, membuat jantung Nara berdebar-debar tak karuan.
"HAH?!" Nara memekik tiba-tiba.
Sementara Mentari yang sedari tadi menonton adegan mereka—yang seperti di k-drama, hanya mampu menutup mulutnya. Terlalu shock.
"Terlalu susah ditebak, nggak ngerti." Mentari menggelengkan kepala, ia menarik kursinya dan kembali duduk.
Matanya tiba-tiba beralih menatap sesosok insan di depannya.
Nara dengan rambut yang teracak-acak, sedang sibuk membaca novel. Atau mungkin, menelusuri perasaan dia yang sebenarnya?
"Salting bilang,"
***
DRAP! DRAP!
Nara menuruni tangga dengan cepat. Matanya melirik arloji di pergelangan tangannya, pukul 13.15.
Hari ini Nara benar-benar lupa dengan jadwal pelajarannya, dan malah keasyikan tidur di kelas.
Mentari yang sudah ia pesankan agar membangunkannya nanti, entah keluyuran pergi kemana.
BRAK!
Tanpa sengaja, tangannya langsung mendobrak pintu ruang guru dengan kuat.
Nara yang masih ngos-ngosan sedikit menunduk, menetralkan kecepatan jantungnya yang berdetak tidak beraturan.
"Minum dulu, Kak!" tawar Ghea—satu-satunya anak kelas sepuluh yang mengikuti olimpiade bahasa indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIANARA
Genç KurguTanpa diduga sekalipun, Nara menemukan cinta pertamanya di perpustakaan. Ralat, di parkiran. Baru hari pertama, sudah boncengan sepeda berdua. Walau dengan alasan konyol-Abian yang iseng menumpang. Masalahnya, Abian cowok misterius yang tertutup den...