Selama kegiatan berburu, mungkin satu-satunya yang suka menghabiskan waktu di dalam kamar hanyalah Serayu seorang. Bercontoh pada pertemuan tidak sengaja sebelumnya di kebun kesemek, Serayu enggan untuk keluar lagi karena malas terlibat masalah yang tidak penting.
Cuaca di ibu kota mungkin tidak lebih panas daripada Kota Paseng, tapi saat ini sedang musim berangin sehingga Serayu benar-benar lenggana bergerak karena rambutnya akan selalu mudah berantakan. Jadi selain berjalan-jalan di sekitar halamannya, Serayu jarang berkumpul dengan nona muda lain.
Jika para tamu memanfaatkan kesempatan itu untuk bertukar sapa dengan bangsawan berbeda, atau mungkin melakukan pertemuan kebetulan dengan seseorang yang menarik perhatian mereka, Serayu justru sibuk mencicipi hidangan yang disajikan pelayan dari wastu Rajapati Inker. Sakala bahkan berkata pada Sanjaya jika Serayu mau mengikuti kegiatan ini justru karena alasan tersebut, menikmati menu baru dari keluarga kerajaan.
Namun, kedua saudara itu tidak pernah memaksa adik mereka untuk berinteraksi di luar. Selama Serayu senang, biarkan saja dia melakukan sesukanya. Bahkan, sebenarnya itu juga bagus mengingat jika saat ini ada banyak pemuda yang diam-diam sedang mengawasi dan bertanya tentang Serayu, putri yades yang baru.
Sampai malam terakhir mereka menginap di anglung Rajapati Inker, Serayu akhirnya keluar dari halaman bersama Larasasi dan teman-temannya untuk menghadiri pesta penutupan. Setelah Rajapati Inker, yaitu Daneswara sendiri memberi hadiah pada para pemenang acara berburu, perjamuan makan dimulai dengan cara yang meriah.
Pendra, tuan muda dari rumah kedua Patih Saksuma, secara tidak terduga memenangkan juara ketiga. Saat ini dia duduk di meja yang dekat dengan para bangsawan paling terhormat dan dijamu dengan hangat. Bahkan, Ajipati Khandra juga bersulang tuak dengannya untuk mengucapkan selamat.
Setelah jamuan pesta selesai, Serayu berjalan kembali dengan Larasasi menuju halaman mereka. Di depan gapura taman, keduanya kebetulan bertemu dengan orang lain yang tinggal di bangunan seberang.
Gadis lain itu berhenti sebentar, menatap Larasasi dan Serayu seolah menunggu sesuatu. Namun, baik Larasasi atau Serayu tidak bergerak untuk menyambutnya, sehingga gadis itu harus berbicara lebih dulu. Siapa yang meminta ayahnya hanya sebagai anggota Kementerian Ritus dan Budaya, sementara dua lainnya tidak hanya keluar dari rumah bangsawan langsung tapi juga memiliki ayah berpangkat tinggi di pemerintahan sehingga mereka memiliki status lebih unggul.
"Salam, Nimas Larasasi dan Nimas Serayu," ucap gadis itu, Rayagati, dengan senyum sopan yang dipaksakan. Diam-diam dia melirik Serayu dan berpikir, ini adalah orang yang tanpa sengaja bertemu dengannya di kebun kesemek dua hari lalu.
Sebenarnya, Rayagati salah paham saat mengira Serayu serta Larasasi menunggunya memberi salam lebih dulu. Padahal, keduanya hanya sedikit terkejut saat melihatnya di sana. Selama beberapa hari ini, baik Larasasi yang sesekali keluar ataupun Serayu yang lebih banyak tinggal di kamar hampir tidak pernah bertemu dengan Rayagati meskipun tinggal di halaman yang sama.
Serayu dan Larasasi mengembalikan salam itu dengan sopan, berpura-pura tidak menyadari pengamatan Rayagati. Sampai kemudian yang lain mungkin menyadari ketidaksopanannya, dia buru-buru berpamitan dan pergi lebih dulu.
"Apakah Dijani tahu kenapa aku menyuruhmu untuk tidak dekat dengan orang itu?" bisik Larasasi saat keduanya berjalan kembali. Melihat Serayu menggeleng, dia berkata setelah memastikan tidak ada orang luar di sana, "Selain karena pamannya, Patih Lurang, berada di faksi Rajapati Inker, Nimas Rayagati sendiri adalah orang yang aneh."
"Aneh?" balas Serayu.
Larasasi sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi menyadari lokasinya saat ini, dia akhirnya hanya berkata pelan, "Dia mungkin memiliki pikiran yang berbeda dengan paman dan ayahnya. Juga, meskipun sopan, tapi sikapnya tidak terlalu ramah terhadap orang dengan status yang lebih tinggi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Angin Bagaikan Hujan
Historical FictionSebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika Maharaja menjodohkannya dengan seorang ajipati, haruskah Serayu bertindak sebagai wanita yang sesua...