Laksana Angin Bagaikan Hujan

9

Waktu berlalu dan tanpa terasa, satu bulan lainnya dilewati begitu saja. Sampai hari ini, masih banyak undangan yang datang dari rumah bangsawan ibu kota ke wastu Dipati Satya, baik yang dikirimkan sang nyonya rumah atau gadis-gadis muda mereka.

Semua itu hanya untuk pesta kecil, melihat pemandangan atau menonton perkumpulan cendekiawan yang membandingkan syair. Adapun tujuan sebenarnya dari undangan, orang-orang di kediaman memahami bahwa para bangsawan tersebut begitu rajin bukan hanya karena status wastu Dipati Satya, tapi juga karena penasaran tentang Serayu.

Belakangan, rumor mengenai penampilan jelek Serayu mulai memiliki perubahan. Tentu saja itu tidak menjadi lebih baik, melainkan berganti dari 'wajah yang jelek' menjadi 'wajah yang rusak'.

Rumor ini dimulai saat seseorang mengaku mengenal pelayan dari wastu Dipati Satya. Dikatakan bahwa beberapa tahun lalu, Serayu pernah pergi bersama ibunya ke kuil saat mereka berada di Kota Paseng. Sekembalinya dari sana, rombongan mereka bertemu dengan bandit.

Untuk melindungi ibunya, Serayu tanpa sengaja terluka oleh senjata salah satu bandit dan tidak sampai di sana, dia juga terjatuh menuruni tebing. Menurut penuturan pelayan itu, Serayu terluka parah ketika ditemukan. Dipatni Satya bahkan pingsan ketika melihat tubuh anaknya yang penuh darah.

Kemudian mereka mengetahui bahwa tidak hanya wajah Serayu yang rusak, bahkan tubuhnya yang sudah lemah semakin diperburuk karena dia baru ditemukan setelah pencarian sehari semalam.

Entah bagaimana, kejadian mengenai pelayan Sakala yang kembali ke wastu Dipati Satya untuk mengambil salep wajah Serayu saat berada di anglung Rajapati Inker juga diketahui oleh beberapa orang. Menyambungkan titik ini, mereka menemukan rangkaian cerita yang lengkap.

Penampilan Serayu mungkin sebenarnya tidak jelek, karena dia memiliki orang tua yang seperti itu dan melihat penampilan dua saudara lelakinya, Serayu sendiri seharusnya cukup cantik. Itu adalah luka akibat kecelakaan di masa lalu yang menyebabkan Serayu selalu menutupi penampilannya.

Berpikir seperti ini, beberapa orang merasa menyesal. Apa yang paling menyakitkan menurut mereka adalah, tidak masalah jika Serayu tidak cantik sejak awal, tapi kemungkinan besar kecantikannya rusak karena ulah seseorang, yang benar-benar sangat disayangkan.

Namun, jika memang benar Serayu terluka karena melindungi ibunya, terlepas dari bagaimana penampilannya, sikap itu pantas dipuji. Ada berapa banyak gadis muda yang berani melawan bandit untuk melindungi keluarga mereka, bahkan mengorbankan tubuhnya sendiri. Paling-paling, para nona muda ini sudah pingsan paling awal.

Ketika Serayu mendengar isi gunjingan orang luar mengenai dirinya, tidak banyak reaksi darinya. Hanya satu dua rumor, itu tidak akan membuat Serayu kehilangan daging. Bahkan, keluarganya dengan sengaja tidak berusaha membantah kabar itu, membiarkan orang-orang berpikir bahwa informasi kali ini benar adanya.

Lantas, setelah orang luar memperhatikan sikap orang-orang di wastu Dipati Satya tidak menolak membabi buta, mereka mengambil kesimpulan mungkin keluarga itu merasa lebih baik biarkan rumor tersebut memberi orang-orang persiapan sehingga tidak akan begitu terkejut ketika secara kebetulan melihat Serayu di masa depan.

Sebenarnya, Serayu justru sangat bersyukur ada desas-desus yang demikian. Jadi meskipun dia tidak hadir di banyak acara, orang-orang itu akan maklum dengan sendirinya. Hemat uang untuk hadiah dan tenaga untuk memasang senyum palsu, siapa yang tidak senang?

Sementara itu, baik Lasmana atau Dwita juga mengambil sikap diam. Bukannya mereka tidak peduli mengenai omongan orang di luar sana mengenai Serayu, tapi setelah dipikir kembali, ini juga bisa melindungi Serayu sementara waktu. Dengan rumor seperti itu, beberapa orang yang awalnya berniat meminang putri mereka dengan tujuan tertentu pasti akan berpikir ulang, sehingga juga menghemat upaya pasangan Satya tersebut untuk menolak mereka semua tanpa perlu memikirkan alasan.