Ketika Sanjaya kembali tiga hari kemudian, mereka diantar oleh banyak pelayan dan didampingi oleh saudara lelaki tertua Diranda sebagai perwakilan keluarga. Tidak ada lagi upacara yang harus dilakukan, jadi ini hanyalah formalitas sebelum pengantin baru tersebut menetap.
Diranda hanya membawa satu ibu pengasuh yang telah merawatnya sejak kecil dan tiga pelayan wanita, yang benar-benar sangat sederhana mengingat statusnya sebagai anak seorang adipati. Namun, dia membawa banyak sekali sesan, yang menunjukkan betapa keluarga tersebut sangat menghargai putri ini dan berharap orang-orang di wastu Dipati Satya akan memperlakukannya dengan baik.
Sikap wastu Adipati Asasta juga meninggalkan kesan baik bagi keluarga Dipati Satya. Hanya membawa sedikit pelayan, yang menunjukkan bahwa Diranda akan menganggap orang-orang di kediaman Dipati Satya sebagai miliknya sendiri, sehingga dia tidak perlu membawa orang kepercayaan dari luar.
Itu juga hari terakhir Sakala meminta cuti, sehingga keluarga mengadakan makan malam pertama dengan anggota keluarga baru.
Saat Serayu datang ke ruang makan keluarga, dia mendengar suara tawa sang ibu dari dalam. Sesekali akan ada tanggapan dari samping, tapi kebanyakan yang berbicara adalah suara wanita.
Seorang pelayan menyambut Serayu dan mengangkat tirai, ketika dia berjalan masuk, semua orang di sana menoleh.
"Serayu ada di sini, kemarilah. Kamu juga belum sempat berbicara banyak dengan Diranda sebelumnya," sambut Dwita dengan senyum lebar.
Di hari pernikahan, Serayu hanya sempat bertukar salam singkat dengan Diranda sebelum yang lain harus melakukan banyak hal. Hari ini ketika Sanjaya dan Diranda kembali, Serayu juga tidak muncul karena ada banyak orang di sana. Jadi ketika waktu makan malam tiba, barulah Serayu akhirnya keluar.
Dia berjalan mendekat dengan langkah pelan nan anggun, berdiri di depan Diranda dan menyatukan telapak tangannya sejajar dagu. "Bhrahayuhatu Diranda, salam. Selamat datang di rumah, semoga Bhrahayuhatu cepat menyesuaikan diri di sini."
Diranda sebelumnya sudah siap untuk segala situasi, tapi justru berakhir tertegun ketika melihat penampilan adik iparnya. "Ya, ya ...." Dia hampir tergagap, sebelum buru-buru memperbaiki nadanya, "Dijani, salam kenal. Ini sedikit hadiah dariku, semoga Dijani Serayu tidak keberatan."
Sambil memberikan peti kecil yang sebelumnya dipegang pelayan pribadinya, Diranda dalam hati memarahi semua orang yang telah menyebarkan rumor mengenai Serayu. Jika penampilan seperti ini disebut buruk rupa, lalu apakah masih ada yang bisa dikatakan cantik?!
Dikatakan bahwa Ajimasayu Piri dan Nimas Tyasti dari wastu Adipati Kalung adalah gadis paling cantik di ibu kota, Diranda setuju. Tapi menurutnya, jika Serayu dibandingkan dengan keduanya, adik iparnya ini juga tidak akan kalah. Itu tergantung selera pengamat untuk menentukan siapa yang paling rupawan.
Adalah tradisi bagi generasi perempuan yang lebih tua untuk memberi hadiah kepada yang lebih muda di pertemuan pertama mereka. Jadi Serayu tidak menolak hadiah Diranda dan mengambilnya dengan santai.
"Berterima kasih kepada Bhrahayuhatu." Gadis itu membuka tutup peti, mendapati sepasang gelang bersepuh emas dengan hiasan dari batu nilam yang tampak sangat indah. Jelas bahwa hadiah ini telah dipertimbangkan dengan matang, sehingga orang bisa melihat ketulusan yang lain. "Sangat cantik, aku menyukainya."
"Itu bagus selama Dijani menyukainya." Diranda merasa sangat lega.
Setelah bertukar beberapa kata lagi, Lasmana juga datang dan keluarga itu akhirnya berkumpul. Mereka makan malam dengan bahagia, diselingi dengan beberapa percakapan ringan dan tawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laksana Angin Bagaikan Hujan
Historical FictionSebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika Maharaja menjodohkannya dengan seorang ajipati, haruskah Serayu bertindak sebagai wanita yang sesua...