Penantian Yang Tiba" Terealisasi

4.6K 206 4
                                    

Pagi itu, Haechan sudah berada di dapur, menyusun masakan dengan penuh perhatian. Setelah mandi pagi, ia langsung menyibukkan diri dengan aroma rempah yang memenuhi ruangan.

"Morning, sayang," ucap Jeno lembut saat turun, masih mengenakan piyama yang sedikit berantakan, rambutnya acak-acakan oleh tidur yang masih tersisa.

"Hai, morning," jawab Haechan, menoleh sebentar ke arah Jeno yang masih tampak mengumpulkan nyawanya.

"Mandi dulu sana, baru dapat morning kiss," Haechan tersenyum manis, menggoda.

"Iya," jawab Jeno, dengan langkah malas menuju kamar mandi.

Skip

Jeno memeluk Haechan dari belakang setelah selesai mandi, membenamkan wajahnya di leher Haechan, sementara Haechan membalasnya dengan ciuman di bibir Jeno, sesuai janjinya tadi.

Jeno melepaskan pelukannya, memandang Haechan yang masih sibuk di dapur.

"Udah, kamu duduk aja. Gak capek apa, berdiri lama-lama di sini?" Haechan berkata dengan nada lembut, mengusir kekhawatiran.

"Iya," jawab Jeno dengan senang hati, langsung duduk di meja makan, menikmati kehangatan suasana pagi.

Haechan segera menyajikan masakan yang telah selesai, dan Jeno melahapnya dengan lahap, seolah tidak sabar menikmati setiap suapan.

Setelah sarapan selesai, Haechan keluar menuju taman belakang, berlari kecil bersama Samoyed peliharaan mereka yang ceria. Jeno, di sisi lain, masuk ke ruang kerjanya. Di dalam mansion itu, Jeno telah mendesain sebuah ruangan pribadi, tempat di mana ia bisa bekerja dengan fokus. Namun, meski sibuk, ia tetap mengawasi Haechan dari layar monitor.

Haechan asyik bermain dengan Samoyed, melempar mainan kesayangan mereka. Tanpa sengaja, mainan itu terlempar jauh, meluncur masuk ke dalam kolam.

"Yaaah... ke kolam," keluh Haechan, kesal.

"Gimana ya?" gumamnya, kemudian berlari mencari jaring pembersih kolam. "Bentar ya, aku ambil mainanmu di sana."

Namun, di balik monitor, Jeno terlihat semakin sibuk dengan berkas-berkas yang harus diselesaikan. Pekerjaan mendesak datang begitu cepat, memaksa perhatian Jeno teralihkan sejenak dari layar.

"Eungh... sedikit lagi..." Haechan berusaha keras meraih mainannya yang semakin menjauh ke tengah kolam, hingga akhirnya ia terjebak dalam kegelisahan.

Tiba-tiba, suara jatuh terdengar keras, disertai dengan percikan air.

Byur...

Haechan terjatuh ke dalam kolam, tubuhnya tenggelam dengan panik. Ia tak bisa berenang.

"Haumph... Jenhmp..." Haechan berjuang di dalam air, tubuhnya semakin kelelahan, hampir kehabisan napas.

Jeno yang mendengar kegaduhan itu segera menoleh ke layar monitor. Melihat Haechan yang terjerumus dalam kolam, jantungnya serasa berhenti berdetak. Tanpa berpikir panjang, ia segera mematikan komputernya dan berlari ke bawah, mengabaikan segala yang ada.

Jeno segera terjun ke dalam kolam, mengarungi air yang dingin untuk menyelamatkan Haechan yang hampir tenggelam. Dengan hati yang tak menentu, ia berhasil membawanya ke daratan.

"Haechan!! Sayang!!" teriak Jeno panik, menepuk-nepuk pipi Haechan agar sadar dari ketakutan dan kelelahan.

Dengan penuh kewaspadaan, Jeno menggendong Haechan, membawanya ke kamar dengan hati yang tak henti berdebar. Di sepanjang perjalanan, Jeno menelepon dokter agar segera datang ke mansion.

Dokter pun segera tiba. Setelah mengganti pakaian Haechan dengan lembut, dokter memeriksa kondisi tubuhnya.

"Kondisi Nyonya baik-baik saja, hanya pingsan karena kehabisan oksigen. Tapi ada hal lain yang perlu diperhatikan, Tuan. Sepertinya Nyonya sedang mengandung. Perutnya sedikit membesar dan terasa keras," ujar dokter, mengejutkan mereka berdua.

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang