Masalalu Yang Membekas, Cinta Yang Menyembuhkan

1.6K 82 0
                                    

Setelah tiba di apartemen yang disebutkan oleh ayah Renjun, ia turun dari mobil dengan langkah tenang, meskipun ada perasaan ragu yang menghantui. Ia mendekati satpam yang sedang berjaga.

"Ada perlu apa, Mbak?" tanya satpam itu dengan suara ramah.

"Saya cowok," jawab Renjun lembut. "Huang Renjun."

"Oh, Anda putra sulung Pak Yuta?" satpam itu bertanya, tatapannya berubah lebih sopan.

"Iya, saya mau tinggal sementara di sini sampai teman saya sembuh, bisa?" tanya Renjun.

"Tentu, tadi Pak Yuta sudah menelepon saya," jawab satpam itu.

"Terima kasih," ucap Renjun seraya membungkuk ringan sebelum berbalik dan menuju mobil.

Jaemin yang sudah kembali ke mobil tersenyum. "Om Yuta cukup terkenal, ya?" ujarnya, berbicara pelan.

Renjun mengangguk, "Mantan Yakuza. Baba juga teman ayah Haechan, dan ayah Haechan sendiri mantan Mafia. Cukup terkenal, kan?"

Jaemin terdiam, menyadari apa yang dikatakan Renjun. Mungkin itu alasan mengapa Renjun dan Haechan begitu dimanja dan dilindungi oleh orang tua mereka. Keamanan dan kehormatan mereka adalah hal yang tak terbantahkan.

"Baru tahu aku," ujar Jaemin.

"Sengaja, aku dan Haechan sembunyikan. Kami hanya ingin hidup tenang, tanpa gangguan," jawab Renjun dengan nada yang lebih rendah.

Percakapan itu pun berhenti sejenak, hanya diiringi suara mesin mobil yang berputar pelan. Setelah beberapa lama, mereka sampai di rumah sakit.

"Chan, yuk, kita ke apartemen. Sudah clear," kata Renjun dengan senyum tipis.

Haechan yang mendengar itu langsung menoleh, "Jaemin bagaimana?"

"Ya, nggak tahu," jawab Renjun.

"Jaem, gimana? Mau tidur di sini atau langsung ke apartemen?" tanya Haechan lagi.

"Ikut saja, Jaem, tapi jaga jarak sama Haechan," ujar Jeno dengan penuh kasih sayang, namun ada nada candaan di ujung kalimatnya.

Jaemin hanya mengangguk pelan. "Yaudah, ikut saja. Gue akan menjaga kalian."

Haechan bangkit dari duduknya. "Jeno, aku ke apartemen dulu ya. Kalau ada apa-apa, telepon Jaemin atau aku. Renjun juga bisa," kata Haechan dengan perhatian yang jelas tergambar di wajahnya.

"Iya, sayang. Hati-hati di jalan," jawab Jeno dengan penuh kasih.

Dengan langkah cepat, mereka bertiga pergi, kembali menuju apartemen itu.

"Renjun, dejavu nggak sih?" tanya Haechan, sambil melirik teman dekatnya.

"Hmm? Dejavu kenapa?" tanya Renjun, sedikit bingung.

Tiba-tiba, Renjun teringat pada kenangan lama. Ketika pertama kali ia dan Haechan menginap di apartemen ini. Dulu, di tempat ini lah ia bertemu dengan Guanlin, lelaki yang meninggalkan bekas luka mendalam di hatinya.

"Lo nggak papa, kan?" tanya Haechan, merasa khawatir melihat perubahan ekspresi Renjun.

Renjun menarik napas panjang. "Nggak papa, Chan. Aku udah mencoba ikhlas," jawabnya dengan suara yang tegar meskipun hatinya masih menahan beban.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju parkiran apartemen, masuk ke dalam dengan langkah yang lebih ringan.

Setibanya di dalam, mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Jaemin, yang merasa sedikit bosan dengan suasana, mulai bermain game di ponselnya, sementara Haechan memilih untuk melakukan video call dengan Jeno, mengobrol hingga mereka tertidur. Renjun, di sisi lain, memilih untuk duduk di balkon, menatap malam dengan perasaan yang tak tertahankan. Tangisan yang dipendam akhirnya pecah, namun ia berusaha untuk tetap diam, takut suara tangisannya terdengar oleh Haechan dan Jaemin.

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang