Di Balik Luka Ada Kasih

1.6K 96 4
                                    

Jaemin mengantarkan Haechan ke rumah sakit yang terletak di luar kota, ditemani oleh Renjun. Jeno terbaring lemah di bangsal, dan ketika Haechan melihatnya, air matanya jatuh begitu saja. Ia berlari, memeluk tubuh Jeno yang masih terbaring, penuh kecemasan.

"Sayang..." Ucap Jeno dengan suara lemah, begitu Haechan mendekat.

"Kamu bisa menjaga dirimu nggak sih? Hiks... lihat kamu seperti ini, aku jadi sangat khawatir... hiks... huaa..." Haechan menangis, hatinya begitu sesak melihat kondisi Jeno.

"Ssstt... sayang, sudah, aku nggak apa-apa, cuma lecet-lecet sedikit dan kaki aku sedikit keseleo tadi." Jeno mencoba menenangkan, meski rasa sakit masih terasa di tubuhnya.

"Bohong, kamu patah tulang kaki," ujar Haechan dengan suara bergetar, menyelipkan rasa takut yang mendalam.

Di sisi lain, Jaemin dan Renjun memilih untuk memberi ruang bagi kedua sahabat itu. Dengan bijak, Jaemin mengajak Renjun untuk keluar, memberi kesempatan bagi Haechan dan Jeno berbicara lebih intim.

"Renjun, mari kita ke kantin rumah sakit. Aku lapar," kata Jaemin, dengan santai.

"Ya, ayo," jawab Renjun, mengikutinya keluar dari ruangan.

Haechan menatap Jeno dengan penuh kasih sayang, namun ada kekhawatiran yang menggantung di matanya.

"Kamu sudah makan?" tanya Haechan dengan lembut.

Jeno menggelengkan kepala, pelan. "Belum," jawabnya, suara seraknya terdengar.

"Kalau begitu, makan ya. Aku suapin." Haechan lalu mengambil mangkok berisi bubur hangat dan menyuapkannya kepada Jeno dengan penuh perhatian.

"Makan yang banyak, biar cepat sembuh," kata Haechan, mencoba menahan air matanya yang ingin kembali tumpah.

"Iya, sayang," jawab Jeno, sambil tersenyum lemah.

Setelah selesai menyuapi, Haechan memandang Jeno dengan penuh perhatian. "Apa semuanya sakit, Jeno?" tanyanya, masih khawatir.

"Tadi iya, sayang. Tapi setelah aku lihat kamu, rasanya semua sakit itu hilang," jawab Jeno dengan senyuman tipis, mencoba menghibur.

"Lagi sakit malah gombal," ujar Haechan, meskipun bibirnya tersenyum.

"Aku nggak sakit, sayang. Aku sehat kok," balas Jeno dengan ringan.

"Sok kuat banget ya, bapak lijen. Udah, rawat inap aja sampai sembuh, nanti kalau masalah tidur, aku bisa tinggal di hotel dekat sini." Haechan berkata santai, mencoba meredakan kekhawatirannya.

"Sendiri?" tanya Jeno, matanya masih tampak lelah.

"Enggak, kan ada baby." Haechan menjawab dengan tawa kecil, menatap Jeno yang masih terbaring.

"Lucunya istri aku," kata Jeno dengan senyum tipis di bibirnya.

"Cepat sembuh ya, bapak lijen." Haechan membelai rambut Jeno dengan penuh kasih.

"Iya, sayang. Aku janji, aku akan cepat sembuh demi kamu dan bayi kita," jawab Jeno, dengan tekad dalam suaranya.

Renjun kembali ke ruangan dengan Jaemin. "Njun, lo pulang duluan aja sama Jaemin. Gue bakal nginep sampai Jeno sembuh. Gue bakal cari apartemen atau hotel di sini," kata Haechan kepada Renjun.

"Gue temenin aja, kasihan lo lagi hamil besar," jawab Renjun dengan penuh perhatian.

"Trus, gimana lo bilang ke Baba Yuta dan Mama Win?" tanya Haechan.

"Itu urusan gue, Chan. Baba dan Mama pasti ngerti keadaan lo," jawab Renjun, tersenyum kecil.

"Yaudah, makasih ya, Njun. Mungkin kita lama di sini sampai Jeno sembuh," ujar Haechan, mengucapkan terima kasih pada sahabatnya.

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang