Selingkuh? Drama Dalam Kehidupan Haechan

1.7K 76 7
                                    

Setelah drama pagi yang penuh dengan ketegangan, Jeno akhirnya berada di kantor, duduk bersama sahabatnya, Jaemin.

"Tumben siang lo berangkat?" tanya Jaemin sambil mengangkat alis, melihat Jeno yang tampak lelah.

"Iya nih, Haechan ngambek pagi-pagi," jawab Jeno dengan nada capek, mengelus pelipisnya.

"Kan wajar, namanya juga lagi hamil, kan mau ada Haechan kedua," ujar Jaemin sambil terkekeh.

"Huh... satu aja susah, apalagi Haechan dua. Aduh, bisa baby blues gue," keluh Jeno, merasa sedikit kewalahan.

"Tapi seiring nanti anak lo lahir dewasa, lo bakal kangen masa-masa istri lo ngidam, anak lo rewel, tawa nyaring anak lo, karena semakin besar anak nanti akan mendem sendiri masalahnya," kata Jaemin bijak, mencoba memberi perspektif positif.

"Iya juga, makanya gue nikmatin masa-masa Haechan hamil ini. Lo juga tahu kan perjuangan gue sama Haechan buat punya anak itu selama apa?" jawab Jeno, suaranya penuh dengan rasa syukur.

"Iya, gue tahu. Semua akan terbayarkan nanti, pas anak lo lahir," jawab Jaemin dengan senyuman penuh harapan.

"Eh, dan lo kapan nikah?" tanya Jeno, ingin mengalihkan pembicaraan.

"Belum waktunya," jawab Jaemin dengan santai.

"Udah, sono deketin Renjun. Pepet terus, baba-nya juga udah nerima lo, kan mama-nya juga. Itu peluang lo, Jaem," usul Jeno, mengangkat bahu.

"Gw tahu, tapi dia kayaknya nggak suka sama gw," jawab Jaemin dengan ragu.

"Overthinking mulu lo, ah. Nggak asik. Gue dulu juga gitu, dapetin Haechan juga sama kayak elu, tapi gue pepet terus sampe si Haechan nyerah dan mau sama gue," ujar Jeno, sambil tertawa kecil.

"Gw takut Renjun ilfeel sama gw," jawab Jaemin, terlihat sedikit khawatir.

"Eh, Tuan Jaemin yang terhormat, walaupun sedikit bego, lo ganteng, lo kaya, lo pinter masak, bisa apa aja, kurang apa coba, hah? Lo liat aja mantan Renjun, bahkan di bawah lo," kata Jeno dengan percaya diri.

"Gw belum siap, Pak Lee Jeno yang terhormat, presdir bego. Biarin Renjun berdamai sama masa lalunya dulu baru gw pepet," jawab Jaemin, sambil menghindari tatapan Jeno yang penuh penasaran.

"Ngga sopan lo, ya, sama atasan," ujar Jeno sambil berkacak pinggang, pura-pura marah.

"Diem lo, gw mau urusin jadwal rapat lo," kata Jaemin sambil berjalan keluar dari ruangan Jeno, meninggalkan Jeno yang masih setengah tertawa.

Sementara itu, di mansion, Haechan sedang duduk di taman dengan Samoyed-nya yang manja duduk di bawah kursinya.

"Sepertinya kita harus jalan-jalan, Samoyed. Sudah cukup lama kita tidak berjalan bersama," ucap Haechan sambil mengusap kepala anjing peliharaannya, lalu membawanya keluar dari mansion untuk menikmati sore.

Ia berjalan di taman, kemudian duduk di bangku, melepas tali pada Samoyed. Dengan riang, Samoyed langsung berlarian kesana-kemari, melompat-lompat dengan gembira. Melihat itu, Haechan tersenyum sumringah, bahagia melihat anjing kesayangannya bermain.

Sementara itu, Jeno masih berkutat dengan berkas-berkas di kantornya, belum bisa mengalihkan pikirannya dari pertengkaran dengan Haechan.

Haechan terus menikmati waktu di taman hingga mendekati waktu makan malam. Saat hendak pulang, ia tak sengaja berpapasan dengan seorang pria yang tampak tidak asing, meskipun Haechan tak begitu ingat siapa dia.

Begitu sampai di mansion, Jeno sudah pulang dan duduk di ruang tamu, wajahnya terlihat kacau seolah dipenuhi masalah.

"Jeno sudah pulang, tumben sekali," ucap Haechan sambil tersenyum manis dan duduk di samping suaminya.

"Iya, kamu dari mana aja?" tanya Jeno, memperhatikan Haechan yang baru datang.

"Dari taman sama Samoyed tadi," jawab Haechan polos.

"Yakin cuma sama Samoyed aja?" tanya Jeno, mengernyitkan dahi, seolah merasakan ada yang aneh.

"Ya iyalah, sama Samoyed. Sama siapa lagi?" jawab Haechan dengan nada tak peduli.

Namun, Jeno langsung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Haechan yang sedang tertawa bersama seorang pria yang tampaknya asing baginya.

"Siapa dia?" tanya Jeno dengan nada serius.

"Aku nggak tahu, aku nggak kenal!" jawab Haechan dengan cepat.

"Bohong! Berani bohong sama aku?" Jeno menatap tajam, merasa cemas.

"Ya ampun Jeno, yaudah kalau kamu nggak percaya, tanya aja sama Samoyed. Ajak tu anjing bicara!" jawab Haechan dengan nada kesal, lalu pergi meninggalkan Jeno dan menuju taman belakang.

"Haechan!! Aku belum selesai! Haechan!!!" pekik Jeno, namun Haechan tidak menggubrisnya.

Keesokan harinya, suasana rumah menjadi canggung. Sarapan yang biasanya diiringi canda tawa kini hanya diisi dengan diam, masing-masing tenggelam dalam ego mereka.

Jeno berangkat ke kantor, sementara Haechan memutuskan untuk menemui Renjun di apartemennya.

"Ada apa, Chan? Tumben ngajak ketemu," tanya Renjun, baru saja tiba.

"Gue berantem sama Jeno," jawab Haechan, dengan wajah yang masih tampak kesal.

"Hah! Kok bisa? Kenapa?" tanya Renjun, tampak terkejut.

"Ada orang yang mau jebak gue, dengan menuduh gue selingkuh," jelas Haechan.

"Mau gue bantu cari? Gue hacker, lo Chan," tawar Renjun, ingin membantu sahabatnya.

"Ngga usah, biarin aja. Biar dia cari tahu sendiri," jawab Haechan dengan tegas, meski masih kesal.

Renjun hanya mengangguk. "Cepet lahir ya, keponakan gue," ucap Renjun sambil mengelus pelan perut Haechan yang sudah membesar.

"Biar ibu lo nggak kesepian," tambah Renjun, sedikit bercanda.

"Njun, beliin gue kimchi mujjigae dong," ucap Haechan dengan senyum kecil.

"Oke, gue beliin. Lo jangan kemana-mana ya, keponakan gue," jawab Renjun, pamit pergi.

"Makasih, bestie gue," ucap Haechan dengan suara manja.

"Diem ah, gue pergi," ujar Renjun sambil melambaikan tangan sebelum akhirnya pergi keluar dari unit apartemen Haechan.

BERSAMBUNG...

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang