Antara Cinta dan Kekhawatiran

1.8K 90 4
                                    

Sepulangnya dari rumah kakaknya, hampir larut malam, dengan usaha gigih dari Jeno dan Minji, mereka akhirnya berhasil membujuk Haechan untuk kembali pulang.

Setibanya di rumah, Haechan segera mengganti pakaian dan terlelap dalam tidur yang nyenyak, disusul oleh Jeno yang kemudian merebahkan tubuhnya. Kini, usia kandungan Haechan telah memasuki bulan kelima, dan setiap perubahan pada diri Haechan semakin memikat hati Jeno. Dia merasa, tak ada yang lebih indah daripada melihat sang istri yang semakin cantik dan menggemaskan.

Namun, saat ini Haechan tengah merajuk, merasa kecewa karena permintaannya tidak dituruti oleh Jeno.

"Tapi aku mau itu, No!" ucap Haechan, mendengus.

"Tidak bisa, sayang," jawab Jeno lembut.

"Apa susahnya sih? Kan kamu kaya!" rengek Haechan, dengan nada manja.

"Aku tahu, sayang, tapi mana ada badak duyung?" jawab Jeno sambil tersenyum, berusaha menenangkan hati Haechan.

"Ada! Aku pengen lihat badak duyungnya!" tegas Haechan, menunjuk ke arah danau.

"Sayang, tidak ada," ujar Jeno, menggelengkan kepala.

Haechan terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Pulang."

"Ya sudah, kamu capek?" tanya Jeno dengan lembut.

"Mau ice cream," jawab Haechan sambil mengerucutkan bibir.

"Ya sudah, ayo kita beli ice cream," ujar Jeno, mengantar Haechan pulang. Di rumah ternyata ada persediaan ice cream, jadi mereka menikmati waktu bersama.

Di dalam mansion yang sunyi, Haechan duduk di kursi ayunan di taman belakang, menikmati ice cream coklat sambil Jeno duduk di sampingnya, membaca koran.

"Jeno, Jeno!" panggil Haechan dengan antusias.

"Iya sayang?" jawab Jeno tanpa mengalihkan pandangan dari koran.

"Dedeknya gerak!" ucap Haechan, dengan sorot mata penuh kebahagiaan.

"Oh, iya?" jawab Jeno, tersenyum dan meraih tangan Haechan, menempatkannya di atas perut sang istri yang mulai membuncit.

"Ah, sakit No, adek gerak," Haechan berbisik, suara kecil penuh keluh.

"Ya sudah, aku elus ya, sampai hilang sakitnya," jawab Jeno dengan lembut, mengelus perut Haechan hingga rasa sakit itu mereda.

"Jeno, aku ngantuk," ucap Haechan, matanya mulai terpejam.

"Istirahat aja dulu ya sayang. Tidur siang, nanti makan," jawab Jeno penuh perhatian.

Haechan mengangguk lemah, lalu bangkit dibantu Jeno menuju ke kamar. Sejak hamil, Haechan menjadi lebih manja dan Jeno sangat menikmati setiap momen itu. Ia menyayangi Haechan lebih dari yang bisa diungkapkan kata-kata, dan perasaan itu semakin dalam saat melihat betapa lucu dan manisnya Haechan selama masa kehamilan ini.

Haechan tidur lelap, menikmati mimpi-mimpi indah, sementara Jeno melanjutkan pekerjaannya di ruang kerjanya, menandatangani kontrak-kontrak perusahaan yang harus segera diselesaikan.

Saat sore tiba, sekitar pukul 16.00, Haechan bangun, berjalan menuju ruangan Jeno dengan langkah pelan. Ia mengetuk pintu dan dengan lirih memanggil, "Jeno."

"Iya sayang, kok bangun?" tanya Jeno, menoleh sambil tersenyum.

"Pengen peluk," jawab Haechan, berjalan mendekat dan memeluk Jeno dengan erat.

Jeno membalas pelukan Haechan dengan hangat. "Tumben minta peluk, sayang," ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Ngga tahu, pengen aja," kata Haechan manja, membuat Jeno semakin terenyuh.

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang