Haechan tertidur hingga sore, tubuhnya terlelap dalam kedamaian yang menyelubungi mansion. Begitu bangun, ia memutuskan untuk mandi dan menikmati udara sore yang segar. Setelah itu, ia turun ke bawah, berencana untuk berjalan-jalan santai di taman. Dua bodyguard setia mengikutinya, menjaga jarak dengan penuh kewaspadaan.
"Cuaca sore ini begitu indah," ucap Haechan sambil mengelus perutnya yang semakin membesar. Udara yang hangat dan angin yang lembut membuat hatinya tenang.
Ia tak membawa ponsel, ingin menikmati momen tersebut sepenuhnya, jauh dari gangguan teknologi. Taman di sekitar mansion tampak mempesona dengan bunga matahari yang bermekaran, menyambut Haechan dengan keindahannya.
Jeno pulang dan merasa ada yang tidak biasa di rumahnya. Istrinya tidak ada di dalam. Dengan rasa khawatir, ia menelepon bodyguard yang mengawal Haechan.
"Nyonya Tuan Besar menelpon," ujar bodyguard.
"Berikan padaku," jawab Jeno, suaranya penuh rasa cemas.
Haechan mengambil alih ponsel bodyguard-nya, "Ya, kenapa, Jeno?"
"Kamu dimana, sayang?" tanya Jeno, suara penuh khawatir.
"Aku di taman dekat mansion," jawab Haechan santai.
"Aku kesana," jawab Jeno, langsung bergegas menuju taman.
"Eung... iya," balas Haechan, menutup percakapan dengan lembut.
Saat Haechan mengembalikan ponsel pada bodyguard-nya, ia melanjutkan mengamati bunga matahari yang bermekaran di hadapannya, bersama kedua bodyguard yang mengawasinya dengan penuh perhatian.
"Bunga ini cantik, bukan?" ucap Haechan sambil menoleh pada bodyguard.
"Iya, Nyonya, bunga ini sangat cantik," jawab bodyguard, menyetujui dengan senyum.
Tak lama kemudian, Jeno tiba di taman dan mendekati Haechan. Para bodyguard dengan hormat mundur dan membungkuk pelan.
"Sayang," sapa Jeno, menghampiri Haechan.
Haechan menoleh, matanya memancarkan rasa bosan. "Kenapa, Jeno?"
"Ayo kita pulang," ajak Jeno dengan lembut.
"Tidak mau," jawab Haechan, mendesis sedikit. "Aku bosan di rumah."
"Tapi ini sudah mau malam, nggak capek?" tanya Jeno, memperhatikan wajah lelah Haechan.
"Nggak tuh, kan aku kuat, baby-nya juga," jawab Haechan sambil terkekeh, meskipun sedikit kelelahan.
"Sini peluk dulu," pinta Jeno, langsung memeluk Haechan dengan penuh kasih sayang.
Haechan mencium bau alkohol dari tubuh Jeno. "Kamu minum ya?" tanyanya, sambil menarik napas pelan.
"Sedikit," jawab Jeno dengan nada menyesal.
"Jangan minum-minum, nggak baik," nasihat Haechan.
"Iya, aku janji ini yang terakhir," ucap Jeno, mengelus rambut Haechan.
Mereka terus berjalan-jalan sambil berbincang santai, menikmati waktu bersama.
Saat kembali ke mansion, Haechan memutuskan untuk bermain dengan Samoyed, anjing kesayangannya. "Jeno, kamu mandi aja dulu, aku mau main sama Samoyed," ucap Haechan, berbalik menuju taman belakang.
"Baik, kalau capek istirahat saja," jawab Jeno, sebelum masuk ke kamar mandi.
Haechan duduk di taman belakang, berinteraksi dengan Samoyed. "Apa Samoyed-ku lapar?" gumamnya sambil mengelus rambut putih halus anjing tersebut.
"Iya, lapar," jawab bodyguard, melihat Haechan kesulitan berdiri karena perutnya yang semakin besar.
Jeno keluar dari kamar mandi dengan cepat, menyadari Haechan kesulitan. "Udah duduk aja, aku ambilkan," ucap Jeno dengan penuh perhatian.
"Iya, tolong ya," jawab Haechan dengan nada manja.
Jeno memberikan makanan Samoyed, memastikan Haechan tidak terlalu lelah. "Nih, ingat perutmu sudah besar, jangan kecapean," ujar Jeno dengan lembut.
"Iya, iya, bawel," Haechan menyahut sambil tersenyum nakal, "Aku gini juga kamu selalu mengingatkan."
"Lucunya istri siapa sih?" ujar Jeno gemas.
"Istri-nya Jeno," jawab Haechan dengan senyum manis.
Setelah makan malam yang sederhana dan sunyi, mereka menghabiskan waktu masing-masing, Jeno sibuk dengan pekerjaan di ruangan kantornya, sementara Haechan sudah terlelap di tempat tidur.
Pukul 22.50 malam, setelah meeting selesai, Jeno menuju kamar dan bergabung dengan Haechan, tidur di sampingnya.
Pagi hari, Haechan yang terbangun lebih dulu mencoba membangunkan Jeno, yang tampaknya enggan melepaskannya dari pelukan.
"Iiiihhh... Jenoo... lepashh... aku mau mandii..." Haechan menggerutu, berusaha melepaskan diri dari pelukan Jeno.
"Ngga mau wlee," jawab Jeno, tetap memeluk erat Haechan dan mencium wajahnya dengan penuh kasih.
"Jeno... bauu... kamu belum mandi... minggir, Jenoo..." Haechan menggeliat kesal.
"Kenapa sih, sayang, sini tidur lagi aja," Jeno mengajaknya kembali tidur sambil tersenyum penuh perhatian.
"Ngga mauu... aku mau mandii..." Haechan sedikit kesal namun mulai lelah, dan untuk pertama kalinya, ia berhenti memberontak. Jeno, yang heran melihat perubahan sikapnya, akhirnya mendengar isakan kecil dari Haechan.
"Hei, kok nangis? Jangan nangis, sayang," ucap Jeno dengan lembut, menghapus air mata yang mengalir di pipi Haechan.
"Hiks... kamu... jail..." Haechan semakin kencang menangis, menahan marah.
Jeno tertawa kecil dan segera membawa Haechan kembali ke dalam pelukannya. "Iya, iya, maaf ya, maaf sayang," ujar Jeno, dengan suara penuh kasih, "Nanti jadi jelek loh kalau nangis terus."
"Biarin!" jawab Haechan dengan suara terisak, namun tetap membentak.
Akhirnya, Jeno melepaskan pelukannya, dan Haechan menatapnya sinis sebelum pergi ke kamar mandi. Jeno hanya bisa terkekeh melihat tingkah lucu istrinya.
Setelah keduanya mandi, mereka menuju meja makan untuk sarapan.
Namun, drama pagi belum selesai. Haechan kembali merajuk, dan Jeno terpaksa membujuknya.
"Sayang, kenapa? Marah?" tanya Jeno, mencoba menenangkan Haechan yang duduk dengan cemberut.
"Apaan sih, sana berangkat sana," jawab Haechan dengan suara manja.
"Yaudah, aku berangkat aja," Jeno berpura-pura pergi, namun di tengah pintu, Haechan berhenti sejenak.
Melihat itu, Haechan berdiri, menghentakkan kakinya lucu, hingga lututnya menabrak meja.
"Duagh!" terdengar suara keras saat lutut Haechan menabrak meja, membuatnya terjatuh kembali ke kursi.
Jeno yang terkejut langsung menghampiri. "Sakit? Mangkanya jangan marah-marah," ucapnya khawatir.
"Jeno jahat... huwaaa... Jeno jahat..." Haechan menangis kencang, membuat Jeno segera memeluknya erat.
"Kok aku yang jahat?" Jeno tercengang, bingung.
"Pokoknya Jeno yang jahat!" jawab Haechan dengan penuh keyakinan, membuat Jeno hanya bisa tertawa kecil, merasa bingung namun juga gemas.
BERSAMBUNG...

KAMU SEDANG MEMBACA
Always Together (Nohyuck) ✔✔
FanfictionHaechan menemukan cinta sejati dengan Jeno, suami super perhatian dan melindungi nya dari segala bahaya "Jeno suamiku yang selalu menjagaku"- Haechan Nohyuck area Jeno top Haechan bot NO PLAGIAT 🚫 Start: 15 Juli 2024 End: 7 November 2024