Perhatian yang menenangkan

2.1K 75 2
                                    

Setelah pesta berakhir, Jaemin mengantar Renjun hingga ke kediamannya.

"Eum... terima kasih, ya," ujar Renjun, sedikit ragu.

"Iya, sama-sama," jawab Jaemin, tersenyum hangat.

"Kalau begitu, aku masuk dulu, ya."

"Iya, aku juga sekalian pamit."

"Dadah," Renjun melangkah masuk ke dalam rumahnya, sementara di balkon atas, ayah Renjun sejak tadi mengamati dengan penuh perhatian.

Begitu Renjun memasuki pekarangan rumah, ia melihat sang ayah berdiri di balkon, menatapnya.

"Baba! Kenapa baba di situ?" teriak Renjun dengan nada heran.

"Tidak apa-apa," jawab sang ayah sambil tersenyum, namun tidak turun.

Jaemin tetap berdiri di luar, memastikan Renjun masuk dengan selamat.

"Baba, tidurlah! Sudah malam," Renjun berkata dengan suara lembut namun penuh perhatian.

"Hei, nak, mampirlah dulu!" Ayah Renjun, yang bernama Yuta, dengan cepat turun menemui Jaemin.

"Mampirlah dulu, jangan buru-buru," ajak Yuta dengan penuh keramahan.

Jaemin terkejut namun akhirnya mengangguk, "Eh, iya."

Renjun mengernyitkan kening melihat tingkah laku ayahnya yang tidak biasa.

Yuta pun menuntun Jaemin masuk ke dalam rumah.

"Duduklah, Injun! Buatkan minuman dan makanan!" perintah Yuta, suaranya hangat dan penuh keakraban.

"Siap, Raja," jawab Renjun sambil berlalu menuju dapur untuk menyiapkan kopi hangat untuk Jaemin, teh untuk Yuta, serta cookies yang baru saja ia buat.

"Ini minumnya," ujar Renjun sambil meletakkan gelas di depan Jaemin, kemudian duduk di sampingnya agar tidak merasa canggung.

"Siapa namamu, nak?" tanya Yuta dengan nada ramah.

"Jaemin, Om," jawab Jaemin dengan suara lembut.

"Nama yang bagus. Nama saya Yuta," ujar Yuta, memberikan senyuman yang hangat.

"Eh, iya, Om Yuta," jawab Jaemin dengan sedikit kikuk.

"Minumlah, nak Jaemin, dan cobalah cookies buatan Renjun."

Yuta hendak mengambil cookies tersebut, tetapi segera dihentikan oleh Renjun.

"Tidak, Baba lupa betapa tinggi gula darah Baba?" tanya Renjun, khawatir.

"Hehe, satu saja, sayang," jawab Yuta sambil tertawa kecil.

"Tidak ada. Teh saja," ujar Renjun dengan tegas.

Jaemin tersenyum geli melihat pertengkaran kecil antara ayah dan anak itu.

Ibu Renjun kemudian turun, "Yuta, jangan ngeyel!" tegurnya dengan lembut.

"Iya, sayang!" jawab Yuta, segera menundukkan kepala.

Ibu Renjun duduk di samping Yuta. "Siapa dia, Renjun?" tanya ibu dengan lembut.

"Dia temanku, Ma. Jaemin," jawab Renjun, sedikit canggung.

"Bukankah kamu putra Doyoung?" tanya ibu, mengenali sosok Jaemin lebih dalam.

"Eh, iya, itu ibu saya," jawab Renjun, sedikit terkejut.

"Kau sudah besar rupanya, nak. Dulu, kamu sering bermain bersama Renjun," ujar ibu dengan senyum kenangan.

"Hah? Maksud mama?" Renjun terperanjat, bingung.

"Kamu lupa? Dia teman masa kecilmu. Bahkan dulu, ketika kami ke Jepang, kamu sakit berhari-hari karena kangen Jaemin," kata ibu, tertawa kecil.

Always Together (Nohyuck) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang