Bima Wijaya

102 19 1
                                    

10 tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 tahun lalu

Janice memberitahu bahwa ia akan mendirikan sebuah Firma hukum yang akan menjadi tempat kami memulai profesi sebagai pengacara lantas ia mengenalkanku pada pria bernama Bima Wijaya, saat itu kami berdua sedang bercengkrama di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Jakarta dan kita merayakan penyewaan gedung pertama kali dengan makan siang lantas Janice berkata, "eh gue ketemu calon investor buat gedung kita nanti nih," ucapnya saat menyendokan spagetthi dan aku mengerutkan kening, "kok lo nggak nanya gue dulu sih, tiba - tiba banget," balasku.

Belum sempat ia menjawab, arah matanya sudah berada di tempat lain sambil melambaikan tangan kepada seseorang, aku menoleh dan melihat sosok pria yang cukup berkharisma dengan usia yang matang sedang berjalan menghampiri kami.

"Nah, Dan, kenalin, dia Bima, gue tahu dia dari senior kita, Mas Raka, tau kan?" Aku mengangguk pertanda memberikan jawaban lalu ia mengulurkan tangan sambil menyebutkan namanya begitu juga denganku yang membalas jabatan tangannya.

"Jadi Dan, Mas Bima ini dikenalin sama sepupu gue yang kerja di Amerika dan kebetulan dia juga pulang ke Indonesia, dia mau invest di firma hukum gue dan lo jadi senior partner, gimana?"

Mungkin karena Janice merasa sepupunya mengenali lelaki yang kini sedang duduk bersama kami, aku merasa tidak enak jika harus menolaknya karena menurutku dia bukanlah tipe yang dapat berinvestasi jangka panjang namun nyatanya pemilik utuh dari firma hukum ini adalah Janice.

"Gimana menurut lo?" Tanya Janice lagi.

"Gue sih gimana lo aja ya, gue kan nanti yang bantuin lo," balasku.

Kesepakatan investasi untuk Firma hukum Janice ternyata berjalan lancar untuk tiga bulan pertama apalagi kami menerima banyak kasus - kasus besar yang dapat ditangani cukup cepat meskipun diawal agak berat namun tim kami mampu membaca situasi dengan mudah. Semula awalnya semua terasa baik - baik saja sampai dimana kami harus melakukan makan malam bersama anak - anak kantor dan juga firma hukum lainnya pada sebuah acara penobatan Kepala Jaksa yang akan segera diangkat.

Berjam - jam aku harus bergabung dengan para senior dan juga pejabat agar setidaknya dapat memiliki koneksi yang cukup untuk bisa membangun relasi di masa depan dan untuk itu aku harus menurunkan semua egoku sampai ketika semuanya sudah bubar, Bima mendekatiku sambil memegangi gelas champagne nya.

"Udah mau pulang, Dan?" tanyanya sambil tersenyum.

"Iya nih, Mas. Mumpung masih jam sebelas," aku melirik jam tangan dan bersiap untuk pamit namun ia menahan lenganku, "tunggu dulu lah, tungguin saya minum," ujarnya.

Tentu saja aku menolak dengan halus lantaran wajahnya sudah mulai memerah dan menandai bahwa ia setengah mabuk.

Aku berusaha untuk menghindarinya bahkan kepalaku melihat sekeliling saat hampir semua orang sudah pulang, aku mencari - cari Janice yang sejak tadi asik bercengkrama dengan pria - pria tampan seumurannya yang benar - benar membuatku mengurut dada akan tingkah lakunya.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang