We will convene for another meeting

144 20 2
                                    

Baru pertama kalinya gue duduk di meja makan besar bersama dengan keluarga Sarah beserta dengan kedua orang tuanya karena selama dua minggu itu gue selalu berada di luar atau sedang kerja part time di cafe, sisanya gue habiskan waktu di kamar tanp...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru pertama kalinya gue duduk di meja makan besar bersama dengan keluarga Sarah beserta dengan kedua orang tuanya karena selama dua minggu itu gue selalu berada di luar atau sedang kerja part time di cafe, sisanya gue habiskan waktu di kamar tanpa pernah menyentuh properti yang ada di rumah ini. Awal mula gue pindah kesini pun gue kaget karena rumahnya Sarah terletak di tengah kota masuk ke dalam perumahan elit di Yogyakarta, dengan luas hampir 500 meter persergi dengan rumah dua tingkat yang hanya dihuni oleh tiga orang menurut gue itu terlalu besar, bahkan gue baru tau kalau Om Indra itu seorang Jaksa penuntut di kantor Kejaksaan Negeri Yogyakarta di jalan Sukonandi yang jaraknya hanya delapan kilometer dari perumahan tersebut. Begitu duduk, gue langsung disajikan makanan gudeg dan juga bakpia yang ada di ruang tengah, kemudian kami berbincang.

"Jadi, masalahmu dengan Robert sebenarnya tidak ada?" tanya Om Indra.

"Enggak ada, Om. Saya juga bingung kenapa dia nggak suka sama saya, ternyata karena mungkin dia suka sama Daniar," balas gue sambil menggigit kerupuk.

"Lalu Daniar sendiri?"

"Saya nggak tahu Om, waktu itu saya diliputi rasa kecewa dan marah, alhasil saya nggak tahu sebenarnya ada apa antara Daniar dan Robert."

"Bisa jadi Robert ngancam mbak Daniar, iya kan?" Sarah menimpali.

"Sarah benar, lebih baik kita selidiki lebih jauh. Tapi gimana caranya, ya?" Om Indra nampak sedang berpikir keras karena kerutan wajahnya jelas terlihat, bahkan kami bertiga terdiam karena memikirkan ide yang cocok untuk kasus ini sampai akhirnya Om Indra kembali bersuara, "gimana kalau kita undang Daniar?" Gue terbatuk dan Sarah menepuk - nepuk punggung gue lalu membalas, "hah? Gimana Om?"

"Iya, kita undang Daniar ke kantor saya, dan saya akan merekomendasikan kamu ke kampus agar bisa lulus secepatnya," ini Om Indra melanturnya diluar nalar, bahkan gue aja belum setahun disini.

"Tapi om, saya aja baru sembilan bulanan disini, syarat lulus aja paling tidak dua tahun. Itu pun sudah waktu yang pas," ucap gue.

"Ya makanya, mau cepat lulus nggak? Kalau mau, saya bilang ke kampus tapi tentu saja tidak gampang karena kamu pasti akan mendapatkan ujian yang lebih berat."

Gue mengangguk agak ragu tapi setidaknya sekarang gue memiliki fondasi yang kuat untuk menghancurkan Robert.

"Boleh om."

Keesokan harinya gue berangkat barengan dengan Sarah lalu tiba - tiba seisi kampus heboh saat gue keluar dari mobilnya Sarah padahal gue cuma nebeng doang dan enggak ngapa - ngapain bahkan sampai ada yang ingin memotret kami sampai Lala datang menghampiri, "Sar, Jen, lo berdua jahat banget sama gue," ucapnya dengan nada ketus yang bahkan gue aja nggak tau penyebab Lala berkata begitu.

"Maksudnya apaan, La?" tanya gue.

"Lo berdua pergi ke gunung nggak ajak gue. Gue kira si Jendra sendirian taunya malah bareng sama Sara," gerutunya dengan kesal kemudian dia menatap gue dengan curiga, "atau jangan - jangan kalian berdua nih sebenernya ada hubungan, ya kan?"

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang