Sedih tak berujung

101 14 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                                                                 Robert Sudirman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                                                                 Robert Sudirman

Badan gue masih menggigil tetapi membaca pesan singkat Daniar yang hanya menulis nama gue aja, gue udah tersenyum kecil meski pada kenyataannya balasan gue ke dia tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hati. Masih terasa luka yang begitu dalam mengingat bagaimana mudahnya dia meninggalkan gue dengan alasan sampai sekarang belum bisa gue terima. Bahkan sampai hari ini gue masih merasakan kehadirannya, wanginya, dan semua tentang dia yang masih membekas. Kepala gue masih terasa pusing namun tidak seperti kemarin lantas gue mengambil remote dari atas nakas kemudian menyalakan televisi untuk mencari saluran yang dapat membuat gue setidaknya melupakan Daniar sejenak, namun nyatanya Tuhan tidak memperkenankan itu semua karena ketika gue memindahkan saluran, tiba - tiba saja ada berita bahwa Robert Sudirman, pembicara yang pernah ngisi di kampus sekaligus anak dari pengusaha Andre Sudirman itu kini mengumumkan pertunangannya dengan Daniar. Dada gue terasa sesak, baru dua hari perpisahan kami dan dikejutkan dengan berita yang sama sekali tidak pernah gue duga, padahal Daniar baru saja mengirimkan pesan. Gue tersenyum miris, mungkin dia memanggil gue untuk memberitahu hal ini dan gue tidak ingin mendengarnya.

Gue melirik jam yang ada di dekat meja kerja, masih jam sembilan malam dan perasaan gue seakan dicabik - cabik sedemikian rupa bahkan tanpa sadar pun air mata gue mengalir begitu saja, tidak ada juga teman yang bisa gue andalkan. Gue sendirian disini, andai saja ibu masih ada, mungkin gue bisa kabur bertemu dengannya untuk cerita semuanya tapi apa gue juga harus mati untuk bisa ketemu sama ibu?

Ketukan pintu terdengar dari luar dengan kepala yang masih terasa berat gue menyibakan selimut, menurunkan kedua kaki serta berjalan perlahan agar tubuh gue tidak ambruk, gue membuka kenop pintu dan melihat Lala disana sedang berdiri bersama dengan gadis yang waktu itu, Sarah kalau tidak salah namanya.

"La, lo ngapain kesini?"

Dia melangkahkan kakinya untuk masuk tanpa meminta persetujuan gue.

"Jen, gue tahu lo sakit dari status wa lo. Tapi setelah gue melihat berita soal Daniar itu gue— dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu namun mungkin dia merasa tidak enak.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang