LDR 2

99 13 0
                                    

Aku sedang dalam fase sibuk - sibuknya dengan kantor yang terus mendapatkan kasus yang baru karena aku hanya mengabari Jendra sesekali begitu juga dengan dirinya yang sibuk mengerjakan tugas serta mengikuti beberapa seminar di Yogyakarta. Aku sendiri terkadang masih selalu merindukan kami dua bulan lalu yang selalu memberi kabar satu sama lain setiap selesai melakukan kegiatan masing - masing. Aku melihat lengan kiriku, masih jam tiga sore bahkan aku sudah lupa kapan terakhir makan nasi karena yang aku makan hanyalah roti, mie instant dan roti lagi bahkan Janice sempat marah - marah karena aku makan makanan yang tidak bergizi.

"Dan, makan yuk, kerjaan udah beres bahkan kita skip jam makan siang, jangan sampai lo sakit terus gue laporin ke Jendra, ya," ancaman Janice benar - benar membuatku nurut dan menyusun meja yang berantakan kemudian mengikutinya makan di nasi padang pagi sore.

"Gaji lo aman, gue yang traktir soalnya. Lagi happy," ujar Janice ketika aku hendak memasukan kaki ke dalam mobil, "ngikut aja gue."

Begitu mobil Janice berjalan baru sepuluh menit tiba - tiba hujan turun dengan deras hingga membuat kami berdua bingung dibuatnya, "ini beneran hujan gede padahal dari tadi matahari masih ada woy, nggak mendung tapi langsung deras gini," Janice melihat langit sekilas begitu juga denganku.

"Ini hujan gini kita jadi makan nasi padang, Jan?" tanyaku.

"Hooh, gue ngidam banget makan tunjang."

Janice memutar setir belok ke kanan menghindari macet namun tetap kami terjebak.

"Jan, kita makan yang deket kantor aja deh, nanti kalau mau balik lagi ribet sama macetnya."

"Ya udah deh, kita ke Pasific Place aja."

Begitu sampai, Janice langsung menggeretku ke sebuah restoran all you can eat yang cukup ramai karena kata Janice di mobil tadi ada promo bisa makan lebih dari dua jam dengan harga normal dan itu membuat Janice tertarik.

"Janice, ini kita makan all you can eat banget, nih?"

Yang ditanya hanya menyunggingkan senyumnya sampai terlihat gigi putih yang berderet bersih.

"Kan lumayan bisa ngegosip lama sambil bakaran daging," balasnya.

"Dan, gimana hubungan lo sama Jendra? Aman kan?" Janice mengambil daging dari piring yang baru saja diantar oleh pelayan kemudian menaruhnya diatas pembakaran.
"Aman, tapi gue mau nyusul dia boleh nggak sih? Kayanya dia lagi mumet banget sama tugasnya, kemarin dia cerita kalau dia harus ke beberapa tempat notaris di Yogya lalu ikut seminar dan ikutan kuliah juga lewat zoom meeting. Hampir nggak ada waktu buat dirinya sendiri apalagi gue."

Yang aku suka dari seorang Jendra, dia selalu mengabarkan hal sekecil apapun meskipun nantinya ketika aku balas pesannya, responnya selalu beberapa jam setelah aku mengirim pesan dan aku maklumi itu. Bahkan ia sampai meminta maaf karena waktunya jadi tersita banyak untuk tugasnya dan bukan untukku, kalau hal seperti ini saja dia minta maaf apalagi nanti, that's what I love about him.

"Boleh aja lo nyusul, tapi kerjaan lo disini tuh masih banyak, awas aja kalau ninggalin," ancam Janice.

Setelah aku menelan daging yang baru matang itu pun aku membalas, "ya enggaklah, gila. Gue ada tanggung jawab, nanti kalau semua udah selesai."

"Janice!" Seseorang memanggil Janice dan ia menoleh sedangkan aku tidak tahu dia siapa namun setelah melihat ekspresi Janice yang terkejut, bisa disimpulkan mungkin dia teman lamanya.

"Robert! Aaarggh!" Janice bangkit dari kursi kemudian memeluk lelaki itu seperti sudah lama tidak bertemu.

"Gilaaa, kok lo bisa ada disini? Mami, mana?" Kepala Janice celingukan mencari - cari seseorang.
"Nggak perlu nyari, gue nggak sama mami. Gue sama temen - temen, kita baru banget landing dari New York semalam."

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang