9.

2.2K 233 37
                                    

"Kau adalah musim semi dan musim panasku. Meski festival telah berakhir, kenangan itu akan terus bersamaku seperti kembang api yang kita lihat hari itu."

Jeno, My Youth🎶

***

.

.

.

"Festival musim panas?"

Renjun mengangguk diselingi gumaman sebab ia seorang tengah menghirup minumannya dengan pikiran kosong. Fanny menatap curiga, kenapa sahabatnya diam-diam larut dalam kejenuhan sementara ia mendapat kesempatan melukis objek secara langsung tanpa terhalang kamera maupun kilatan memori samar.

"Mau temanin aku nggak?"

"Hari apa tuh?" tanya Fanny sesekali menyuap kue tart di hadapan. Tidak langsung merongrong sikap Renjun yang ia lihat akhir-akhir ini. Nanti aja tunggu si Cantik bercerita.

"Ya malam minggu nanti, kan penutupan di hari itu pasti."

Fanny meringis, secara tidak sengaja membeberkan sesuatu penting. Yang pasti tak ada Renjun di rencananya pada sabtu itu. "Pingin sih, cuman Kak Mark ngajakin aku kencan,"

Kali ini si Cantik mendengus, berusaha pelan tapi jatuhnya kencang banget sampao Fanny terkejut dan merasa bersalah sebab sudah meninggalkannya. "Hoes before bros huh?"

"Aku cewek ngomong-ngomong."

"Tytyd over persahabatan, I see." balas Renjun lagi menyilangkan lengan di depan dada, memandang Fanny penuh tuntutan sementara gadis berdarah Amerika tersebut mengendikkan bahu.

"I've been waiting for seven years to have this, of course I'll ditch you, wlek."

"Ish, kalau aku diculik gimana?" rengek pemuda menggemaskan itu seraya mengerucutkan bibir. Giliran Fanny yang mendengus, hampir melempar sendok kue ke teman seperjuangan.

"Nggak ada yang mau nyulik cowok jompo kaya kamu, Ren. Nebus uang jaminan aja kayaknya nggak ada yang bisa,"

"Kurang ajar! Aku ini irresistible, tahu."

"Nggak, nggak tahu." sahut Fanny menyengir lebar. Mereka kembali terlibat percakapan yang lain, dimana tempat nongkrong saat ini tidak terlalu ramai di sore hari. Jadi, kedua sekawan bebas membahas apapun, kecuali perasaan Renjun terhadap barista yang tidak punya shift di jam ini.

Sengaja dia memilih waktu nongkrong bertepatan dengan ketidakhadiran si J-word di kedai kopi.

Namun, semakin lama dipendam malah membuahkan keresahan di hati Renjun selama obrolan berlangsung, apalagi ia mendapati lukisannya lagi usai pertemuan terakhir mereka. Jeno mau apa sih? Mau dia tersenyum atau bagaimana? Mau dia senang atau tidak suka karena karya dia dipajang orang paling menyebalkan di hidupnya? Lantas kalau sudah begitu, mereka mau melakukan apa?

"Fan, aku mau cerita."

Fanny menghentikan ocehan soal dokumen klien dia yang hilang selembar setelah mendengar Renjun memotong sejenak. Gadis surai cokelat itu menyampirkan helaian rambut yang menutupi kedua telinga sebagai tanda ia siap mendengarkan. Renjun sempat cekikikan, lucu melihat kelakuan sang kawan.

TWO SIDES OF THE COIN [NOREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang