⚠️ : ini isinya FULL SMUT! Boleh diskip kalau tidak suka, kalau suka boleh dibaca sampai tuntas bahaha. Semua hal-hal berbau dewasa ada di chapter ini. Resiko tanggung ndiri🙏
.
.
.
enjoy 5k words of mature content fellas
at your own risk baby
.
.
.
*** 🔞🔞🔞 ***
.
.
.
Lima menit berlalu, Renjun belum ada niatan keluar mobil walau kendaraan tersebut telah terparkir secara mulus di depan gedung apartemennya. Fisik mendadak panas dingin mengingat tautan bibir tadi, semacam membangkitkan sesuatu tak kasat mata untuk melakukan hal lain.
Jeno juga bukannya bilang mereka sudah tiba lima menit lalu, malah menyandarkan punggung seraya mengetuk-ngetuk jemari di stir kemudi. Tap, tap, tap. Menikmati keheningan yang menyelimuti kedua sejoli yang anehnya tidak merasa canggung sama sekali terhadap atmosfer tersebut.
Renjun berkali-kali melemaskan dan mengepalkan tangan kiri, mata jelalatan memandangi banyak objek dalam mobil sampai akhirnya bertemu netra Jeno yang menoleh ke kanan.
"Um.. Mas mau.. mampir?"
Mata Jeno tampak menyiratkan sebuah kilatan setuju, namun yang terucap di bibirnya berbanding terbalik dengan sorotan itu. "Boleh?"
Sang seniman mengangguk, bak robot, naik turun, berusaha menahan malu, atau takut terlihat putus asa. "Boleh." jawabnya sangat pelan. Mendapat persetujuan tentang kemampiran, mereka keluar dari kendaraan. Membawa barang-barang Renjun kemudian berjalan beriringan ke dalam gedung.
Perut Renjun terasa digelitik begitu mereka bersampingan di lift. Aroma tubuh Jeno yang seharusnya berbau parfum mahal entah kenapa membangun kabut di otak. Rahang tegas Jeno seakan memanggil telapaknya untuk bertengger di sana selagi mereka kembali berpagutan panas.
Alert. Alert. You're too desperate, Renjun! Apa ini masuk dalam agenda 'butuh tytyd' yang tidak tercapai dari kemarin-kemarin?
Usai Renjun membuka kuncian pintu dan mempersilakan Jeno masuk. Barang-barang di genggaman mendarat di sembarang tempat lantaran Renjun keburu mengikis jarak mereka. Jeno tentu dengan senang hati membalas seraya menangkup kedua pipi tembam, menerima tautan menggebu-gebu itu dengan perasaan yang sama jua.
Renjun mundur sejenak buat mengatur napas, dua ranumnya terbelah membuka jalan untuk oksigen dan karbondioksida, mengerang halus ketika Jeno menunduk mendaratkan kecupan di leher seorang.
"Mas.. mmh.. aku nggak keliatan.."
"Keliatan desperate?" bisik Jeno sesekali meniup permukaan yang sedang ia cium, mengundang tubuh Renjun menggelinjang kegelian terhadap sentuhan. Dia mengalungkan lengan di leher pemuda di depan, meremat anak surai di belakang sana diikuti anggukan. "nggak, saya nggak keberatan,"
"Mas jangan terlalu formal ih, kayak mau kiwkiw sama guru aja," protes Renjun menangkap gelak tawa mengalun di mulut Jeno. Pemuda itu mensejajarkan wajah mereka, lucu mendengar cara Renjun mengganti istilah seks dengan kata lain. Senyuman terus mengembang di wajah tampan, memanaskan pipi tembam lelaki surai perak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES OF THE COIN [NOREN]✔️
Fiksi PenggemarPertemuan tidak terduga di tempat tak disangka oleh seorang pelukis freelance dan barista di kedai kopi. Meet the sunshine and the grumpy one! ⚠️ : boyslove ; top!jn ; bot!rj ; update tidak menentu (tergantung hati penulis) ; painter!rj ; barista/ba...