spada. karna bonusnya panjang, kita bagi per-chapter aja ya. protes cium. muah.
***
.
.
.
Male Pregnancy and Everything
.
.
.
***
"Sebentar Dok!"
Dokter Kim tahu pasien dia yang ini pasti akan meminta penjelasan panjang kali lebar kali tinggi beserta jumlah sisi rusuk maupun diagonal dari isi surat yang mereka baca. Terlihat sangat jelas dua lelaki dewasa di hadapan tampak pucat dan tidak percaya pada apa yang tengah menimpa mereka.
"Hamil? Maksudnya gimana hamil? Pacar saya kan laki-laki, Dok? Punya tytyd, nggak punya 'itu' cewek, apalagi rahim buat ngandung anak saya." Renjun, saking terlalu fokus sama ocehan Jeno tiba-tiba nahan senyum pas Jeno bilang 'anak saya', kayak meleleh aja gitu dibuatnya.
Sang Dokter masih mematri senyum, mengangguk sangat paham akan keterkejutan tersebut. "Jadi seperti yang saya bilang, Mas Jeno. Mas Renjun ini punya kemampuan bisa dihamili, tapi-" sebelum Jeno mau memotong bila dilihat dari gelagat napas dan mulut terbuka, Dokter Kim telah memberi aba-aba agar dia harus mendengarkan sampai tuntas, lama-lama dokter umum ini jika kesabarannya diuji terus sama Jeno, niscaya lelaki surai hitam itu kena sembur racikan obat ilegal. "kasus Mas Renjun ini tergolong sangat langka. Dari 10 kasus, cuman ada 1 atau 2 orang yang mengalaminya. Sebenarnya sangat sulit dideteksi secara dini sampai ditemukan adanya janin. Gejalanya sama seperti wanita hamil kebanyakan, morning sick, sakit kepala, pusing, moodswing, dan pasti perut Mas Renjun ada yang ngaduk-ngaduk kan?"
Yang ditanya mengangguk pelan, membenarkan segala penuturan. Dokter Kim tersenyum, "Saran saya, setelah ini Mas Jeno dan Mas Renjun segera konsultasi ke dokter spesialis kandungan terdekat, di klinik ini juga ada kok, untuk sementara waktu, saya tetap menyarankan minum anti nyeri sama anti muntahnya kalau dalam beberapa jam ke depan masih nggak berhenti, ya."
Datang ke dokter, niat periksa antara salah makan atau keracunan, eh malah dapat hasil yang lebih mengejutkan.
Sepasang kekasih itu berpamitan setelah konsultasi berobat selesai, sepanjang perjalanan dari ruang dokter, mereka terlibat dalam pemikiran masing-masing, walau saling bergandengan tangan, tanpa menjauhkan jarak antarlengan. Hiruk pikuk klinik tidak ada yang berhasil mengalihkan pikiran kedua sejoli, sampai akhirnya Jeno mengutarakan sendiri.
"Mau nikah nggak?"
Mendengar pertanyaan sekaligus penawaran yang sama mengagetkannya dengan berita kehamilan Renjun, pemuda surai pirang secara spontan menjawab dengan nada sewot. "Mau lah."
Jeno menggumam, jari-jemari mereka tetap dalam posisi bertautan seiring langkah berdampingan menuju parkiran berada. "Mau dilamar kayak mana?"
"Terserah Mas Jeno, aku nerima aja kok."
"Ish, nanti kalau kamu nggak suka, Mas dong yang repot. Ingat, Mas baru pertama kali loh ngelamar orang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO SIDES OF THE COIN [NOREN]✔️
FanfictiePertemuan tidak terduga di tempat tak disangka oleh seorang pelukis freelance dan barista di kedai kopi. Meet the sunshine and the grumpy one! ⚠️ : boyslove ; top!jn ; bot!rj ; update tidak menentu (tergantung hati penulis) ; painter!rj ; barista/ba...