"Penulis sialan, bandit kecil! Kurang ajar!" Sebenarnya Janika pun tidak tahu berapa usia orang yang sedang dia kutuk. Hanya saja ini menyebalkan, sangat-sangat menyebalkan.
Seorang artis papan atas yang sudah muak dengan ketenaran dan rasa cinta setelah berkarir sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, kini jatuh cinta dengan sebuah cerita amatir di sebuah platform baca tulis.
Meski menyebalkan Janika akui bahwa tulisan dengan sedikit pembaca itu indah, sepertinya dia gila. Itu hanya permainan imajinasi dari seseorang tak dikenal, tapi seandainya saja Janika punya lelaki seperti Sagara---pemeran pria dalam cerita yang dia baca.
***
Berbanding terbalik dengan citra dunia nyata, Janika Sahara merupakan sosok selebriti dengan senyum baik hati. Halus dalam bercakap adalah salah satu tipu muslihat yang ia gunakan selama bekerja dengan sepenuh hati, Janika tidak pernah berhenti berakting bahkan setelah kamera mati. Semua orang harus mengenalnya sebagai sosok lemah lembut dan sesuci malaikat, terbukti belasan tahun pun dia masih kukuh dalam akting yang tak kunjung berhenti. Meski sebenarnya Janika hanyalah gadis biasa yang tidak jelas suasana hatinya, suka berteriak kesal saat sendirian, dan sedikit gila.Malam ini Janika menatap scenario untuk ia hafalkan. Besok dirinya harus berperang bersama awak film untuk merampungkan project sulit, karena Janika harus memerankan sosok yang belum pernah dia coba sebelumnya. Akan tetapi kepalanya sedang dipenuhi oleh Sagara, Sagara, dan Sagara.
"Ih Sagara!" Janika mengambil ponsel yang semula diisi daya, baterai ponsel keluaran terbaru itu hampir tandas. Siapa yang peduli dengan baterai? Ia hanya menunggu apakah penulis yang sedang dia benci sekaligus kagumi itu memposting sesuatu yang baru.
Tidak ada, notifikasi platform baca digital itu tidak berubah semenjak kemarin sore.
Tanpa pikir panjang Janika mengiriminya sebuah pesan singkat."Dibaca doang? Oh my god, siapa yang baca chat dari Janika tanpa membalasnya?"
***
Sementara di tempat yang lain yang punya suasana lain pula. Sedang terjadi perdebatan kecil di sebuah rumah yang tak begitu besar, mungkin cukup untuk menampung anggota keluarganya saja. Seorang gadis berseragam putih abu-abu adalah pemantik dalam pertengkaran dengan seorang pemuda yang sedang menyiapkan beberapa perlengkapan ke tas kerjanya.
"Bisa nggak, sih lo stop, Ga?" tanya gadis itu, suaranya tinggi dan badannya menghadang pergerakan Sagara. Pemuda setinggi 179cm itu kemudian menghindari adiknya tak ingin membuat suasana pagi menjadi kacau.
Tak menyerah, gadis belia itu masih mengikuti kemana pun langkah kakaknya pergi. Bahkan sekarang dia mencoba menggagalkan aksi Sagara memakai kaos kaki dengan merebut sebelahnya.
"Balikin nggak?" tanya Sagara, tapi adiknya tidak bergeming.
"Ibuuu, Ruby gangguin aku!" teriak Sagara, sang Ibu datang dari dapur tergopoh-gopoh karena suara pertengkaran itu juga sedikit membuatnya terganggu dan pecah konsentrasi.
"Ada apa, sih?" tanya wanita paruh baya itu, di tangannya masih memegang spatula di tangan kanannya yang berkacak pinggang.
"Gue mau lo istirahat aja, Sagara!" ucap Ruby sebagai bentuk pembelaan diri.
Sagara merebut kaos kaki dari tangan Ruby selagi dia bisa. Pemuda itu menggunakan kaos kakinya lalu berdiri tepat di hadapan sang adik hingga terlihat perbedaan tinggi badan mereka yang begitu tidak setara.
"Sagara, benar kata Ruby. Sepertinya kamu harus istirahat," ucap sang Ibu, matanya penuh dengan binar nelangsa melihat putra sulungnya seperti sedang membelah maut karena kemarin setelah project film terakhirnya Sagara sempat sakit dan sekarang project ini harus tetap dilanjutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-sign [Terselesaikan]
Teen Fiction"Tanpa Sagara, lautan dan samudra hanya akan menjadi gurun besar seperti Sahara." Seorang aktris besar jatuh cinta justru hanya karena hal kecil. Membaca cerita lalu tidak terima dengan endingnya yang begitu pilu, Janika Sahara terobsesi dengan isi...