End of Beggining

175 21 10
                                    


Happy for you Sagara.
Kamu pulang dengan tenang, di pelukanku kemudian ke pelukan bintang. Diantarkan orang-orang dengan perasaan duka mendoakanmu agar tenang, orang baik selalu mendapatkan tempat terbaik. Kamu sudah berakhir dengan bahagia, lalu denganku bagaimana?

Akhir untukku bagaimana? Apa aku tidak berhak berakhir sama indahnya? Dunia berputar, meninggalkanku sendirian di perasaan kacau yang merindukanmu setiap malam.

Papan iklan di tengah-tengah gemerlap kota berlahan menghapusmu dari sana, para penggemarmu juga mulai menemukan idola barunya. Aku termenung, di balkon kamarmu setiap malam. Tempat terbaik untuk menelungkupkan wajahku yang penuh dengan air mata rindu di lipatan lenganku, Jakarta terlalu kota cepat untukku yang tidak bisa beranjak.

Sagara, kamu dilupakan orang-orang. Jika kadang mereka mengingatmu, itu semua seperti adegan kecil dari sekian banyak momen di dunia ini. Tidak sepertiku, aku merasa ini adalah akhir dari bahagiaku. Aku tidak sempat bahagia lagi setelah kepergianmu setahun lalu.

***

"Selamat, Janika! Atas kemenanganmu di anugrah film awards!" Ucapan selamat dari orang-orang sama sekali tidak ingin aku dengar, aku tidak peduli. Aku terus bekerja agar fokusku tidak hanya ada di sana, di pusaran makam Sagara.

Kamu tahu, Sagara? Aku selalu datang ke penjual nasi goreng untuk memesan sebungkus nasi lalu dimakan di apartemenmu, terkadang juga aku pulang ke rumah kecilmu untuk memberikan bungkusan itu ke Ruby dan suaminya. Kamu mengajarkan aku hal-hal sederhana yang baik tanpa mengguruiku di sana, aku terkesan.

Aku kerap memakai baju lengan panjang, karena aku sadar tidak ada Sagara yang akan menghangatkanku lagi sekarang.

Aku kerap melihat bintang, membiarkan meteor jatuh tanpa membawa permohonan. Biarkan mereka jatuh dan beristirahat dengan tenang, agar mereka tidak selelah dirimu, Sayang.

***

Aku masih menanyakan tentang diriku, tentang bagaimana aku menemukan kebahagiaan baru? Aku ingin bahagia, setidaknya tidak sedih sepanjang waktu.

Aku membuka diri, Sagara. Kamu tahu aku ingin segera menganggapmu sebagai orang yang telah mati! Aku menganggapmu sudah selesai di dunia ini, aku ingin segera melupakanmu. Aku makan malam bersama pria lain, tidak sekali dua kali, tapi semuanya hanya berhenti di sini. Tidak ada yang sanggup menjadi Sagara milikku yang sempurna.

***

Kelvin kalang kabut juga karena aku yang tidak bisa menjadi Janika yang seperti dulu, aku tidak bisa berpura-pura baik-baik saja, aku sudah kehilangan kemampuan akting di belakang kamera semenjak bersamamu. Bahagia bersamamu itu tidaklah fiktif, terlalu nyata dan menjadi favoritku sepanjang masa.

Aku sudah tidak bisa menahannya, Sagara. Aku merindukanmu sampai hilang waras, aku tidak tahu akan ada kehangatan lain selain jaketmu. Aku tidak tahu bagaimana caranya hidup? Aku sudah mencoba melakukannya, aku mencoba melakukan apa pun untuk hidup lebih lama, dan ternyata aku masih merindukan berada di pelukanmu selamanya.

Kaki telanjangku berjalan ke arah lautan, menenggelamkan diri di tempat yang paling aku sukai mungkin cara mati terbaik yang bisa aku pilih. Aku sudah tidak bisa dipeluk Sagara, tapi katanya arti namamu itu laut.

"Jangan gila!" Seseorang menarik tanganku tepat setelah aku hampir menenggelamkan diri di pantai, tempatmu pergi, air sudah menyentuh dagu.

Aku memang gila, jadi kenapa? Hariku berat tanpa Sagara.

"Ada cara lain selain mati!" Pemuda tak dikenal itu membentakku, Sagara kamu tidak pernah melakukan itu.

Aku menangis karena tidak ada orang yang bisa memperlakukanku sebaik kamu.

"TERUS CARA LAIN BIAR GUA BISA KETEMU SAGARA GIMANA?" Aku menjerit, memukul-mukul air di sekitarku sampai menciptakan kecipak air yang mengganggu.

Gelombang ombak menyapu, aku jatuh di pelukannya yang lebih tinggi dan kokoh. Dia menarik paksa tubuhku ke bibir pantai, dia terlalu kuat sampai aku tidak bisa melawan.

Kami duduk di sana memandang tempat ini dengan tatapan yang berbeda, aku masih melihat bayanganmu di sana sementara mungkin orang di sebelahku ini tidak tahu apa-apa soal perasaanku dan hilangnya kamu.

"Janika, kamu nggak pernah dengar, ya? Kalau mati bunuh diri itu bisa masuk neraka? Kamu pikir kamu akan dapat tempat yang sama baiknya dengan Sagara? Meski mati, kamu tidak akan bertemu dengan dia."

Aku menghela napas, bahkan sampai mati pun semuanya terasa buruk. Aku dan kamu tidak berjodoh, itu menyebalkan.
Tanpa Sagara perasaanku akan kering tak bertepi seperti Sahara.

"Makasih, ya? Udah nolongin gue, meski gue gak tahu gue bakal inget kata-kata lo itu atau nggak." Pemuda itu tersenyum.

"Kalau gitu, inget namaku. Samudra," ucapnya memperkenalkan diri.

Mulai hari itu dan seterusnya, Samudra memberikan pesan-pesan bagus setiap hari agar aku berhenti ingin mati. Tidak tahu kenapa, dunia ini kulanjutkan ditemani Samudra. Perasaanku terhadapmu, Sagara ... berlahan menjadi usang.

 berlahan menjadi usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tentu yang terbaik, Sagara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tentu yang terbaik, Sagara.

Sebab kenapa kamu diberikan malaikat cantik yang lebih sempurna.

Aku mencintaimu, tetap kuberikan ruang untukmu untuk tetap hidup di hatiku.

Aku tidak bosan menonton film kita, aku bahkan memperkenalkan film ini ke anak cucuku nanti.

Sampai bertemu di surga, cintaku Sagara.

****

KALIAN SUKA JAEROSE NGGAK? MANIPSNYA BAGUS-BAGUS PLEASE AKU LANGSUNG PUNYA INSPIRASIH

Re-sign [Terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang