Ucapan Janika tidak dianggap serius oleh Sagara meski ia menyetujui ajakan gadis itu. Toh mereka juga sama-sama sedang dalam masa cuti, ralat Janika sedang cuti dan Sagara pengangguran. Dari pada pemuda itu berpikiran yang tidak-tidak tentang hidupnya lebih baik dia pergi untuk bersenang-senang.
Ajakan kencan Janika juga tidak terlalu penting untuk dipikirkan. Meski berperilaku agresif, bagi Sagara gadis itu masih tetap menjadi malaikat yang sempurna.
Sementara dirinya hanya seonggok nyawa yang tidak berguna."Mau dijemput, Ga?" tanya Janika, suara telepon itu menemani Sagara berganti pakaian.
"Enggak, dateng aja langsung ke tempatnya." Janika mendengkus di seberang sana, ia lupa kalau Sagara yang ini tidak punya persamaan yang intens dengan yang ada di cerita adiknya.
Padahal Sagara diceritakan sebagai pasangan yang peka, akan punya kesadaran yang penuh. Namun, itu bukan hal besar bagi Janika, sedikit mendengkus kesal mungkin adalah hal yang lumrah. Sekarang dia mencoba merias diri, sang bintang film memandang dirinya yang cantik di depan cermin.
Dia sudah cantik bahkan sebelum menempelkan ini dan itu di wajahnya. Akan tetapi, ia ingin hari ini sedikit berbeda karena bisa dibilang ini kencan pertamanya dengan Sagara. Ini sudah terlalu lama dari kencan terakhirnya, mungkin lima tahun yang lalu dia berkencan dengan sesama pemeran utama di sinetron yang sama.
Sekarang Janika tersenyum. Mengingat kembali jalan cerita yang ditulis Ruby, apa benar karakter yang dipasangkan dengan Sagara itu benar-benar tipenya?
Sagara di dalam cerita suka gadis berambut panjang dengan tubuh yang seksi. Janika mengerucutkan bibirnya kesal karena beberapa bagian dari dirinya tidak menjadi standar Sagara, sekarang dia memasukkan beberapa scraft yang digulung ke dalam bra agar gaun hitam yang dia gunakan terlihat menarik.
"Sial, tepos banget sampe harus pake ginian?" Sempat kesal, tapi Janika tetap merias diri dengan menyesuakan dandanan yang ada di dalam cerita.
***
Karena proses siap-siap yang tidak lama, Sagara sampai terlebih dahulu di sebuah tempat makan. Pemuda itu termenung tanpa melakukan apa pun sampai Janika datang.
Tempat ini terletak di rooftop gedung, entah kenapa Janika memilih tempat tidak masuk akal ini karena menurut Sagara ini bukan tempat yang aman. Sedikit mabuk saja mungkin tidak sengaja mereka akan pindah alam. Namun, Sagara sepaham dengan Janika jika ini adalah tempat terbaik untuk melihat billboard besar di tengah kota, billboard yang menampilkan wajah Janika dengan beberapa pemain peran yang lain.
Sagara tersenyum, ia ikut senang dengan prestasi film terakhirnya. Kabarnya karya Faruk Alamsyah dan rekan-rekannya itu menembus lebih dari dua juta penonton di minggu kedua.
"Kameramen juga orang yang berbakat." Sagara bermonolog, menyesap minuman hangat yang dia pesan sembari menunggu Janika yang mungkin sedang terjebak macetnya ibukota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-sign [Terselesaikan]
Teen Fiction"Tanpa Sagara, lautan dan samudra hanya akan menjadi gurun besar seperti Sahara." Seorang aktris besar jatuh cinta justru hanya karena hal kecil. Membaca cerita lalu tidak terima dengan endingnya yang begitu pilu, Janika Sahara terobsesi dengan isi...