8. Exhauted

183 25 6
                                    

"Kakak, kok belum pulang?" tanya Ruby dengan suara stereo dari benda pipih yang ditempelkan di telinga Sagara.

"Kak Saga nginep rumah Kak Janika, Ruby! Izinin ke Ibu, ya!!" Janika berteriak dari ruangan yang lain, tapi Ruby dapat menangkap maksud Janika dengan jelas. Setelah mengucapkan 'ya' Ruby mengakhiri panggilan.

Sagara masih kesal dengan apa yang telah terjadi kemarin, tapi dia tidak bisa marah terhadap Janika. Semua pernyataan Janika masuk akal, tapi hatinya sakit. Lalu apa jika Janika akan mabuk suatu hari nanti dan melihat semua pria berwajah dirinya, apakah delusi itu membuat semua orang mencicipi bibir Janika?

Sagara mentoleransi ciuman di depan kamera, tapi entahlah dia juga masih mencoba untuk bersikap profesional. Sagara tidak menyalahkan apa pun, dia sedang mencoba berdamai dengan dirinya sendiri.

"Sagara, katanya kamu nggak marah? Kenapa diam terus, sih?" Janika melingkarkan tangannya pada tubuh Sagara, gadis berambut panjang pirang itu memeluk lembut Sagara begitu keluar dari dapur untuk menyiapkan beberapa camilan untuk Sagara.

"Sedang mengedukasi diri, gladi bersih kamu bakal tetep ciuman sama orang lain nanti meski nggak sama Ares."

"Aku udah bilang ke Kelvin, aku nggak akan cium siapa pun ke depannya." Janika membela diri.

"Justru aku nggak apa-apa kamu ciuman di depan kamera, aku dukung perkembangan karier kamu. Aku juga mau diperlakukan seperti itu, Janika," ujar Sagara.

Pelukan dari Janika menguar, dia menyesal melakukan aksi mabuk yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dilakukan. Namun, melihat ekspresi Janika yang murung dengan penuh penyesalan Sagara jadi iba. Pemuda itu luluh, kemudian memberikan sebuah pelukan hangat. Air mata Janika konstan keluar, dia merasa sangat bersalah. Bayang-bayang kalau saja Sagara bisa sakit jika stres karena pacarnya ketahuan brutal. Meski sejauh ini Sagara tidak terlihat kenapa-kenapa, justru membuat perasaan Janika campur aduk, dia berpikir bahwa apakah Sagara tidak menganggapnya sepenting itu sampai harus dipikirkan?

"Enggak apa-apa, Janika. Aku nggak marah, aku cuma kesel aja sama kejadian itu. Tapi aku nggak marah sama kamu, Sayang." Sagara menghapus air mata Janika dengan lembut, ibu jari Sagara sibuk karena air mata Janika benar-benar deras mengalir.

"Janji jangan diemin aku, ya?" tanya Janika, bibirnya bergetar dengan mata yang berkaca-kaca. Di samping Sagara tidak tega dia juga gemas dengan gadis dua puluh tiga tahun ini.

Pemuda berkemeja putih itu tersenyum lalu memeluk hangat tubuh Janika, membubuhi kecupan ringan di atas kepala sang gadis agar isakannya mereda. Terbukti Janika mulai tenang dan keadaan mereka membaik.

***

Ketika persiapan produksi film yang benar-benar dikerjakan dengan penuh cinta mereka mulai melakukan shooting. Set hari ini adalah set terakhir di pantai setelah beberapa bulan proses, sudah hari ke enam mereka bekerja di sini karena kebijakan Janika. Mungkin sebenarnya set pantai sudah selesai setelah dua sampai tiga hari dengan shoot profesional.
Sebenarnya Sagara merasa tidak enak karena perpanjangan ini terjadi karena dirinya yang amatir, ini debut pertamanya menjadi aktor. Terkadang dia lupa dialog, terkadang dia terlalu kagok, bahkan kadang dia malu melakukan beberapa adegan. Janika bilang tidak apa-apa, tapi pasti orang-orang merasa tidak suka. Sagara pernah menjadi crew dan tahu rasanya.

Kedua Sagara sudah bersumpah disaksikan oleh langit dan bumi bahwa dia tidak akan terlalu lelah. Akan tetapi Sagara adalah tokoh utama di film ini, tentu dia punya banyak adegan yang tak terselesaikan.

"Sagara, yang serius. Rugi tenaga kita di sini," ujar pemeran kedua, Ares mengambil posisi untuk cerita ini. Katanya agar penggemar pasangan Ares dan Janika akan tetap mendapatkan atensi, pada dasarnya seberbakat apa pun Janika, penggemar Ares lebih banyak.

Re-sign [Terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang