2. Resign

256 28 8
                                    

"Wah kamu kelihatan semangat banget hari ini, Janika." Seorang perempuan dengan seragam crew film menepuk pundak Janika seraya memakan kue manis yang Janika persembahkan untuk tim.

Janika senang karena setelah filmnya yang lagi-lagi meledak dan menjadi perbincangan di jejaring sosial, sutradara yang sama menawarkan film baru untuknya. Bukan karena suka dengan cerita yang akan dibawa, bukan juga karena dia butuh dana, dia ingin bertemu dengan Sagara.

"Ah kamu suka alurnya?" tanya Sutradara langsung mengambil tempat duduk di sebelah Janika yang sedang dicatok, karakter ini harus dicurly.

"Suka." Janika melihat ke luar, kamera-kamera disiapkan di luar. Orang-orang dewasa sedang bersiap-siap sekarang, ada yang mengencangkan tripot, ada yang sedang mengangkat barang, dan Janika tidak melihat yang dia sedang ingin lihat.

"Kamu nyari apa, Jan?" tanya Bang Faruk Alamsyah, selaku sutradara sekaligus produser dari film ini. Biasanya Sagara hanya akan berada dalam awak ini.

"Sagara mana?" tanya Janika.

"Resign."

***

Mengundurkan diri dari pekerjaan saja sudah sulit, apalagi dari pekerjaan yang amat sangat Sagara sukai. Membuat film adalah mimpinya sejak kecil, ia akan mengambil peran sekecil apa pun asal itu berhubungan dengan kamera dan video yang direkamnya, termasuk msnjadi kameramen tiga di tim Faruk Alamsyah.

Sayangnya, jatuh tumbang kemarin menjadi hambatan. Dia benar-benar mendapatkan kecaman besar dari keluarganya, baik Ruby mau pun Ibu. Mereka adalah dua wanita yang selalu bekerja sama, terlepas dari siapa anak biologis Ibu Erna sesungguhnya.

Selain menjadi penulis Ruby juga aktif menjadi adik yang berbakti. Padahal besok dia harus menjalani ujian tengah semester, tapi sementara Ibu menangis di luar ruangan, Ruby akan menggantikannya berjaga di dalam ruangan.
Tadi pagi serangan mendadak terjadi pada jantung kakaknya yang semakin memburuk dari hari ke hari. Dia terbaring di ranjang pesakitan ini sekarang dengan kesadaran yang datang hilang karena Sagara lebih memilih untuk tidur dibandingkan meringis dalam keadaan sadar.

"Pulang, By. Besok sekolah," ucap Sagara. Akhirnya pemuda itu bicara juga setelah seharian hanya bangun sebentar lalu tidur lagi.

"Aku bisa, Kok."

"Aku gini juga karena aku bisa begadang, By." Ruby tidak berani menjawab, memang benar. Penyebab utama penyakit jantung koroner yang diderita Sagara adalah pola hidupnya yang sangat kacau.

Sagara tidak sengaja melakukannya. Ia bekerja terlalu keras, menggantikan sosok ayah dan suami sekaligus di rumahnya.
Tidak tidur, makan seadanya, lingkungan, perokok aktif dan pasif.

"Ibu juga suruh tidur, ya." Ruby mengangguk lalu meninggalkan ruangan ini, sebelumnya Ruby memastikan kakaknya cukup nyaman dengan posisi tidurnya.

Dalam perjalanan pulangnya gadis remaja itu merutuk dan mengutuk dirinya. Kenapa dia harus bercita-cita juga menjadi seperti Sagara? Masuk dunia film dan merogoh banyak biaya, akibatnya Sagara yang masih terlalu belia banting tulang sekeras yang dia bisa dan menggadaikan masa mudanya demi Ruby.

Gadis itu menghela napas lalu menunggu lift rumah sakit ini terbuka. Betapa terkejutnya Ruby saat melihat sosok yang dia jumpai? Gadis itu membungkam mulutnya, apa ini hantu? Janika Sahara sedang berdiri di depannya, saking nyatanya dia melambai.

"Jangan takut aku bukan hantu perawan penasaran." Janika mengantisipasi saja, karena dia sudah bergabung dengan film horor beberapa waktu lalu banyak orang yang terbawa alur suasana mengerikan.

***

Ruby itu perempuan biasa, gadis remaja biasa yang bahkan saking sukanya dia ingin Janika menandatangani seragam yang masih Ruby gunakan untuk menjaga kakakmya. Janika membenci coretan noda pada seragam SMA, jadi Janika memilih menandatangani ransel Ruby. Alasannya adalah, agar Ruby rajin ke sekolah dan memamerkan tanda tangan itu ke orang lain.

Re-sign [Terselesaikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang