Vol I bagian 1 : Chandra

368 13 0
                                    

Nanda
.
.
Jebranne
.
.

"SELAIN KARYAWAN DILARANG MASUK"

Secarik tulisan tertempel di Pintu masuk yang letaknya agak tersembunyi dipojok Mall terbesar di kota Armageddon.

"MALL SKIDIPAPAP"

"Permisi, saya ada janji dengan ibu Karin HRD untuk Wawancara.." Nanda, seorang laki-laki muda berkata pelan kepada seorang Security yang sedang duduk berjaga di depan Pintu, asik bermain HP.
Menoleh sebentar "oh, iya.. silahkan masuk, lantai paling atas ruangan kelima ya" ada sedikit nada formal tapi malas dari security bernama Roni tersebut. Mungkin tuntutan Profesi.. Nanda sedikit mengintip untuk bisa melihat Name Tag yang tertempel di Seragam Pak Security itu.
.
.
.
.
.
.
.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

"hosh.. hosh.. Gaaaahhh!!!"

Nanda akhirnya sampai di Lantai 5, Lantai paling atas Gedung Mall Skidipapap. Ya, Setelah seminggu sebelumnya mendaftarkan diri untuk melamar pekerjaan di Mall ini, akhirnya pemuda itu mendapatkan panggilan Interview. Sedikit menyesali keputusannya karena jika akhirnya benar ia bekerja disini, damn.. pasti sangat melelahkan kalau harus menaiki tangga sebanyak ini setiap hari.

Belum apa-apa sudah menggerutu.

Lantai 5 ternyata adalah back Office di Mall Skidipapap. Hanya ada Lorong panjang berisi Ruangan-Ruangan kecil, Toilet, dan Kantin untuk Karyawan. "Ah.. disana" Nanda bergumam, dilihatnya Ramai orang-orang berpakaian Formal sama sepertinya di depan sebuah Ruangan bertuliskan HRD Office. Ternyata tidak cuma dirinya, banyak juga pelamar lain yang datang untuk Wawancara Kerja.

duduk di bangku panjang yang disediakan di depan Ruangan setelah membungkuk sebentar pada beberapa pendaftar yang lain, Nanda menoleh bingung
"Bagian apa?"

"Visual Merchandiser-.." Nanda menjawab sopan saat diajak berbasa-basi oleh pendaftar disampingnya.
Agaknya yang ditanya sudah tahu, bahwa pemuda disampingnya ini bertanya tentang bagian apa ia mendaftar..

Sedikit tidak nyaman, bukannya mau kepedean, tapi sejak mulai membaur tadi, semua orang dilorong tersebut seperti tidak berhenti menatap Nanda.
"Aura orang baru memang seperti ini, kurasa"
Namun keadaan agaknya semakin kikuk.

Ada yang terang-terangan memperhatikan, ada yang sekedar mencuri-curi pandangan.

"Itu, jangan tersinggung.. ini pujian. kau-"
.
.
.

"Cantik,"
"Orang-orang ini berbisik-bisik seperti itu, haha.. aku juga berpikir demikian"
Tiba-tiba pemuda disampingnya ini berkata lagi.

Oh, jadi karena itu.

Nanda membatin malas. Bukan sekali dua kali, dirinya sudah sangat muak mendengar basa basi seperti itu. Apa itu? Cantik?? Bukankah laki-laki dengan wajah yang enak dipandang harusnya dibilang tampan? Dia tidak mengerti jalan pikiran orang-orang.

Namun dirinya juga tidak bisa membantah.
Nanda memiliki wajah yang mungil, kulitnya putih cerah kontras dengan rambut hitam legamnya yang menutupi dahi. Kelopak matanya lebar dengan iris berwarna hazel. Hidungnya kecil dan mancung, dan Jika ada fitur wajah yang membuat orang-orang bisa langsung memilih kata cantik untuk mendeskripsikan Nanda adalah Bulu mata dan Bibirnya.

Nanda (Nomin AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang