Vol II Bagian 5 (15) : Orang Lain

53 8 0
                                    

(Di Chapter ini mungkin akan banyak teks berbahasa Jawa, saya akan coba untuk mentraslatenya semampu saya.. agak males soalnya awokawokawok.. happy reading!)
.
.
.
.
.

Di sebuah Teras luas Bangunan Tradisional, tampak duduk bersila dua orang laki-laki berbeda usia saling berhadap-hadapan.
Dua gelas Kopi yang masih mengepulkan asap beserta beberapa Jajanan Pasar tersaji diatas meja kecil yang membatasi kedua Orang tersebut.

"Libur berapa hari, Le? "
Lelaki yang lebih Tua, bertanya pelan.

Jebranne, si Lelaki yang lebih muda menatap sopan Pria tersebut sambil mengambil Sebatang Rokok dari kantung Jaket Denim yang ia kenakan.

"Cuma sehari, Mbah.. mbenjing Jebranne sampun mlebet malih.."
Jebranne menjawab singkat, ia membakar benda silinder diantara bibirnya tersebut, lalu menoleh untuk menghembuskan Asapnya kearah samping..

Pria dengan Umur sekitar tujuh puluh tahunan yang duduk di hadapan Jebranne itu tampak mengulas senyum.
"Lho, kok ndadak muleh to le? Kesel nak dalan tok lek ngunu.."

si Mbah masih tersenyum saat melihat Jebranne seperti menimbang-nimbang apa yang akan dikatakan. pria itu mengambil Rokok yang diletakkan Jebranne diatas meja.

"Niku mbah, Jebranne badhe mbahas masalah Penyakite Jebranne.."

si Mbah mendadak menghentikan pergerakan Tangannya saat mendengar Ucapan Jebranne.

"Opo'o le? Jebranne setuju meh Terapi?" Simbah berucap tidak yakin.

"Wong Rokokmu wae masih ngebut ngunu"
Pria itu berucap santai setelah diam beberapa saat.

"Ndak mbah, bukan itu.."

"Kayaknya Jebranne sudah sembuh, mbah?"
Lagi-lagi Pria dengan balutan baju adat tersebut menghentikan pergerakannya saat mendengar Kata-kata Jebranne.

"Sembuh piye?" si Mbah menaikkan satu alis penasaran.

"Punyamu bisa bangun? Kamu ngapain? Nonton Video Porno ya?"

"Mboten mbah!" Jebranne membantah cepat, ia kemudian berdehem singkat untuk menstabilkan suaranya yang sempat meninggi,

"Anu.." Jebranne tampak gelisah, ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya agar terdengar tidak terlalu Vulgar di depan laki-laki yang ia hormati tersebut.

"Itu, Jebranne bangun waktu lihat teman sekamar Jebranne di Mess."

"Lho? Beneran iku? Memange Sakdurunge piye?"

"Mboten ngemat, Jarang ketemu.. nah sakniki kebetulan Jebranne kalihan cah niku sekamar mbah.."

Si Mbah mengetukkan Rokokknya pada Asbak.
"Yo ojo gegabah le, awakmu wis bertahun-tahun keno penyakit iki, selidiki sek.. Jebranne seneng ta mbek cah.e?"

Jebranne tidak berniat menjawab, ia hanya menyimak hikmat penjelasan dari Pria yang kini menaruh batang Rokoknya pada Asbak lalu menyeruput kopinya dengan nikmat.

"Selama iki, awakmu ora kenal sing jenenge Tresno lak mergo penyakitmu iki, temen ta cuma cah iki? Karo wong Liyo ora gelem tangi?"

"Mboten purun mbah.. niki pertama kali.. Jebranne wae kaget pas ndek wingi ,"

"Sopo le?"

"Cah anyar nang tempat kerjane Jebranne mbah, Namine Nanda.. "
Jebranne menjelaskan Datar. Mbah tampak sudah biasa dengan raut pria muda dihadapannya tersebut.

Nanda (Nomin AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang