Sinar bulan yang terang benderang, cahaya lampu panggung, tubuh ramping yang melenggak lenggok menari bagai burung merak. Serta irama musik yang semakin lama semakin menghanyutkan.
Membuat siapapun yang menatap penari di atas panggung itu, akan terkesima olehnya. Ia sangat lihai dalam menunjukkan bakatnya.
Semua mata yang memandang seakan terhanyut ke dalam tariannya. Mereka terbius oleh keelokannya, yang mungkin akan dijuluki sebagai pemenang kontes malam ini.
Jika bisa di perumpamakan, bagi mereka penari tersebut terlihat seperti dewi yang berasal dari bulan.
Tariannya saja tak terlihat seperti tarian yang berasal dari bumi. Sudah pasti dialah sang dewi yang jatuh ke bumi. Begitulah anggapan orang orang di negeri tersebut saat melihat kelihaiannya dalam menari dan juga kecantikannya yang memanjakan mata.
Lalu, bulan muncul di malam Eirene tampak bersinar terang di banding biasanya. Kemudian di acara klimaksnya. Tibalah angin menyapu wajah sang penari, dan akhirnya yang di tunggu tunggu veil mask transparan yang menutupi sebagian wajah sang penari, terlepas sehingga kecantikannya terungkap.
Dengan tak ada perasaan gugup, penari tersebut tetap melanjutkan tariannya dan di sambutlah ia oleh tepukan antusias dan pekikan dari para penonton serta juri.
Lalu merendahkan tubuh sembari meninggalkan panggung. Sambil
membawa julukan yang melekat di dalam dirinya 'Sang Dewi Musim Semi' yang diprediksi sebagai pemenang kontes malam Eirene, sebuah kontes pemilihan sang dewi.Namun yang membuat penari tersebut tiba tiba melototkan matanya saat merendahkan tubuhnya di hadapan para penonton ialah manik matanya yang tak sengaja bertemu dengan manik tajam seorang pria.
Dengan tubuh yang bergetar seluruhnya, penari cantik yang dihiasi oleh berbagai macam perhiasan di sekujur tubuhnya itu berjalan mundur dari panggung tiba tiba.
Deg. Deg. Deg
Membuat jantung Derich berdetak diambang batas. Walau tatapannya tetap dingin tapi air matanya meluruh begitu saja. Saat melihat bahwa ratu dalam hidupnya ternyata masih hidup.
Dan menari dengan begitu bebas bagai burung merak yang mendapatkan kebebasannya.
Tanpa menunggu lama, Derich pun mengejar penari itu tanpa malu bahwa dirinya sedang dilihat banyak orang.
Ia mengejarnya secepat angin. Sang penari yang sudah berada di belakang panggung, dan sedang disambut oleh beberapa temannya yang bertugas menghiasi wajahnya, memuji muji dirinya akan kelihaiannya dan keanggunannya dalam menari.
Tiba tiba kebingungan saat melihat si cantik mereka terlihat ketakutan bagai seseorang yang baru saja melihat hantu "A aku pergi dulu." Seru penari itu tiba tiba.
"E- eh tunggu, kau mau kemana? Bukankah kau sudah berjanji setelah selesai dengan tarian ini. Kau akan mengikuti kami pergi ke acara minum minum." Sahut salah satu wanita dengan wajah tak rela.
"Ma-maaf. Aku- maksudku. Na- nanti saja." Takut si cantik seraya menggigit jari jemarinya dan mulai berlari kencang saat merasa ada seseorang di belakang yang mulai mengejarnya.
Derich semakin mempercepat kejarannya. Sedangkan orang orang yang berada di sana menatap si penari heran kenapa dia tiba tiba berlari. Namun mereka lebih heran lagi saat melihat ada pria yang tiba tiba melintas di hadapan mereka secepat kilat.
Drap drap drap. Ella berlari semakin cepat. Ia menyingsing gaunnya. sedangkan Derich semakin dekat.
Sesekali ella menoleh ke belakang.Dan Derich melototkan matanya lagi, bahwa ia tak salah lihat. Wanita yang sedang di kejarnya benar adalah ellanya yang selalu dirindukannya di setiap siang dan malam.
Di dalam larinya, si tampan mengerutkan keningnya. Bertanya tanya dalam hati. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana ellanya bisa ada disini. Dan bagaimana wanita itu ternyata masih hidup.
Namun semua itu tak penting lagi sekarang. Derich merubah tatapannya menjadi dingin. Sebuah tatapan buruk yang penuh akan ambisi.
Yang jelas sekarang ia harus berhasil menangkap wanita itu, tak perduli langit menentangnya atau tsunami dan kiamat melanda kota ini. Derich bersumpah akan mendapatkannya.
Menggenggamnya, mengurungnya dalam sebuah sangkar miliknya
Ella sesekali menoleh ke belakang. Melihat seberapa jauh Derich sudah mengejarnya. Dan ternyata jarak nya dengan Derich hanya terpaut beberapa meter saja.
Terlebih ella bisa kencing dalam celana saat melihat Derich menatapnya dengan tatapan itu.
Sungguh, ella sangat takut. Rasanya ia ingin menangis. Ia sungguh tak berbakat dalam berlari. Ia hanya bisa menari. Dan sekarang kakinya ingin patah karena Derich mengejarnya dengan langkah gila.
Hingga dalam lari itu ella hampir saja tersandung "A-au." Seperti saat ini ella kesakitan saat kakinya menyenggol sebuah batu.
"Berhenti." Peringat Derich.
Namun, ella tak perduli. Walau ia hampir terjatuh sekalipun dia akan tetap bangkit. Menjauh selamanya dari pria di belakangnya yang berhasil membuat hidupnya dipenuhi oleh trauma, sengsara juga kemalangan.
Namun sesungguhnya kekuatan pria tentu tak sebanding dengan wanita. Apalagi wanita itu seperti ella yang lemah, dan pria itu seperti Derich yang kuat.
Hingga untuk yang kesekian kalinya, akhirnya ella pun terjatuh.
Bruk!
Ia terjatuh dengan kening yang menyentuh jalanan hingga berdarah.
"Berhenti." Geram Derich seraya menarik paksa tangan ella. Memaksanya untuk berdiri sedangkan si cantik terpaksa berdiri sambil membawa tangis sesenggukan.
Setelah dua tahun, setelah 730 hari, setelah berhasil membuat Derich hampir gila dan menderita setiap harinya. Akhirnya ia pun tertangkap.
Dari sini Derich dapat melihat jelas ellanya yang cantik berdiri tepat di hadapannya.
Sedangkan ella masih saja ketakutan. Ia tak bisa berhenti menangis karena takut setengah mati pada Derich. Ia juga takut hukuman apa lagi yang akan Derich berikan padanya setelah benar benar berhasil menangkap dirinya dan membawanya kembali ke mansion itu.
Dan ketakutan ella semakin menjadi saat Derich melayangkan tangan di udara siap menampar pipinya. Ella memejamkan mata bersiap siap menerima layangan tamparan itu.
Namun bukan tamparan yang ia dapat melainkan sebuah pelukan hangat yang tersirat akan kerinduan yang mendalam.
Derich memeluk ella erat hingga jika dia bisa memeluk lebih erat lagi, ia bisa meremuknya.
"Aku merindukanmu..." Derich menjeda kalimatnya seraya berlinang air mata.
"Sangat, hingga rasanya aku ingin gila!" Derich tak bisa menghentikan air matanya. Air matanya seperti meluruh begitu saja tanpa bisa ia kendalikan "Maafkan aku, maafkanlah aku."
"Apa yang harus ku lakukan. Apa yang harus kulakukan untuk menebus segala dosaku. Apapun itu akan kulakukan untukmu."
"Asalkan kau kembali padaku. Kembali dalam pelukanku. Apapun akan kulakukan. Walau harus menyebrangi lautan sekalipun. Karena aku hanya ingin-"
Derich menjeda kalimatnya. Tenggorokannya terasa tercekat, ia tak mampu melanjutkan kalimatnya karena perasaan haru di hatinya. Oleh karenanya ia hanya bisa mampu melanjutkan kalimatnya dalam hati saja.
"Karena aku hanya ingin, kau tetap berada di sisiku."
"Dan karena kau adalah segalanya dalam hatiku." Batinnya lagi.
***
Huhu, gak lama lagi udah masuk. Klo masuk itu, lumayan sulit bagiin waktu buat fokus sama nulis atau nugas🤧
Jadinya mungkin keteteran, dan berdampak ama tulisanku yang jadi kacauuuu. Mknya kdng aku, update lama biar ada waktu buat revisi terus dan aku sllu pengen publish pas hasil tulisanku aku rasa rapi dan bgus.
Tapi walaupun keteteran, aku pasti bakal selesaiin cerita ini kok. Jadi, klo mau aku ttp fokus sama sering update, doakan aja aku banyak libur ya, wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Day's
Romance"Oh, my beloved Ella..." Sebuah cerita klasik tentang seorang pelayan cantik yang dicintai oleh tuannya. 🦢