Epilog

5.6K 350 62
                                    

19 Years Later.
Mansion Loobig
1324.

Ella yang saat ini sedang tersenyum sembari melihat bunga di kamarnya. Dikejutkan oleh kehadiran seorang pria berwajah tampan, yang saat ini sedang memeluknya dari belakang.

"Hallo sayang," sapa Derren.

"De-derren. Lepaskan." Ella berusaha melepaskan pelukan anaknya dari tubuhnya. Walau awalnya susah. Namun akhirnya Ella pun bisa lepas.

Setelah itu Ella membalikkan tubuh. Dan menyentuh sekilas hidung Derren "Sudah ibu bilang, panggil ibu. Kenapa kau tidak pernah menuruti itu."

Derren tak menjawab ia hanya menatap ke samping dengan tatapan tak terbaca "Entahlah, coba tanya saja dengan hatiku."

Ella menatap Derren takut. Setelah itu, Ella berusaha mengalihkan topik. Ella tersenyum menatap Derren "Karena bayi ibu yang tampan, dan sudah besar ini. Sekarang mulai menjalankan tugas seorang duke dengan baik, maka ibu akan memberi hadiah."

Derren yang saat itu sedang terdiam, kini menatap ella senang "Sungguh? Apa itu? Apa itu...adalah sebuah ciuman yang manis?"

"Seperti malam itu?" Tanya Derren sambil berjalan mendekati ella. Ella melihat Derren ketakutan. Ia berjalan mundur perlahan.

Ella tak tau apa yang terjadi pada putranya. Namun, disaat Derren kecil, remaja, bahkan hingga besar seperti sekarang ini.

Ella selalu menatap mata Derren yang tak pernah menatapnya dengan tatapan anak kepada seorang ibu. Melainkan tatapan seorang pria yang begitu mencintai dan menyayangi wanitanya.

Dan terkadang ella juga ketakutan. Karena saat melihat tatapan itu, saat matanya bertemu dengan mata elang Derren yang menatapnya tajam. Ella seperti sedang merasakan bahwa ia sedang bertatapan dengan mendiang suaminya.

Bagaimana tatapan Derren ketika marah, tatapan Derren ketika cemburu, tatapan Derren ketika melihatnya bersama pria lain. Semua sangat mirip dengan Derich.

Ella tau Derren adalah anaknya. Jadi tentu banyak kesamaan yang terjadi di antara keduanya. Namun, apakah memang sebanyak ini.

Karena untuk hal kesukaan, makanan favorit, apa yang Derren benci, dan apa yang Derren suka. Segala perilaku Derren benar benar seperti Derich. Seolah ella merasakan bahwa saat ini ia sedang hidup dan tinggal bukan bersama anaknya melainkan dengan mendiang suaminya.

"Sadarlah Derren, aku adalah ibumu." Kata ella dengan tubuh bergetar ketakutan.

Derren memasang seringainya "Ibuku? Ibu tidak mencium bibir anaknya ketika anaknya sedang terlelap."

"Itu- itu hanya kecelakaan. Ibu hanya sangat merindukan ayahmu. Dan kau sangat mirip dengannya. Jadi ibu ibu tanpa sengaja melakukannya. Maafkan ibu."

Saat ini tubuh ella mentok ke dinding. Ella sudah buntu. Ella tak bisa berlari kemanapun baik ke kiri maupun ke kanan karena Derren saat ini sudah berada di hadapannya, mengukungnya.

Ketika berada di hadapan ella. Tangan Derren terulur untuk mengelus wajah itu penuh puja "Apa kau, adalah seorang titisan dewi?"

"Kau sangat cantik. Kita tak terlihat seperti ibu dan anak. Kita lebih terlihat dan cocok seperti pasangan kekasih. Tahun tahun berlalu namun wajahmu sangat muda bahkan tubuhmu-"

Plak!

Ucapan Derren terhenti. Saat ella tiba tiba menampar wajah putranya.

"Panggil aku ibu!" Timpal ella sekali lagi. Tangan Ella bergetar saat menampar pipi putranya.

Derren mundur beberapa langkah saat ellanya yang menamparnya. Ia hanya tersenyum sinis saat merasakan ada darah yang keluar dari sudut bibirnya serta wajahnya yang terasa memanas.

730 Day's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang