"HAHHAHAHAH." dibalik jeruji besi dengan rambutnya yang berantakan juga kantung hitam besar di bawah matanya, Valerie tertawa dengan gila.
Sepertinya ia menjadi sedikit stres karena cintanya yang tak kunjung di terima oleh Derich. Apa salahnya? Padahal ia hanyalah wanita biasa yang sederhana yang pipinya akan memerah malu saat melihat Derich dari sebalik pintu.
Walau cintanya tak kunjung mendapat balasan. Namun Valerie selalu bersyukur karena Derich tak menolaknya namun juga tak menerimanya. Tapi tetap ada di sisinya walau menganggapnya angin belaka.
Namun semua itu seakan melenyap. Dunia Derich seolah berguncang, Derich seolah tak berjalan lagi di jalur yang sama dengannya semenjak kehadiran gadis itu.
Tak ada lagi Derichnya yang pendiam dan tenang. Derich seolah membeku.
Valerie selalu dapat melihat di setiap bait irama darah yang mengalir di dalam tubuh Derich akan selalu membeku membentuk sebuah gumpalan kristal saat matanya menangkap sosok yang itu.
Ya selalu begitu, hingga Derich berpindah haluan. Yang awalnya berjalan dan bergandengan tangan di satu jalur yang dilewatinya. Berubah menjadi jalur yang sedang dilewati oleh gadis tersebut.
Derich lari dari kehidupan yang seharusnya ia jalani ke kehidupan seorang gadis desa yang bahkan tak ada apa apanya.
Yang hanya bermodalkan tampang bak dewi rembulan saja. Dan sekarang....
Valerie tertawa semakin lebar "HAHAHHAHAHAHHAHA!!"
Tampang itu sudah hilang:(
Lenyap, bersamaan dengan buih lautan. Tak ada lagi alasan Derich untuk mencintainya.
Mulai sekarang Derich akan kembali pada jalur kehidupan yang seharusnya. Menjalani kehidupan yang kosong bagai cangkang kerang tak berwarna.
Tak apa jika Derich tak bersamanya. Asalkan Derich tak bersama siapa siapa juga jika Derich tak bisa menjadi miliknya, maka tidak untuk siapapun. Bahkan hanya seekor semut pun tak berhak atas diri pria itu.
***
Suara burung berciut ciutan dari arah luar.
Ella terbangun dari tidur panjangnya karena kebisingan yang dilakukan oleh pagi bersama temannya mentari.
Ella mengerjapkan mata berusaha menyesuaikan intensitas cahaya yang menyelinap masuk ke dalam matanya.
Setelah itu ia tersenyum kecil. Melihat burung biru yang sedang menunggu di ambang jendela kamar Derich.
Burung biru tersebut meliuk liukkan kepala kebingungan. Karena biasa pada jam segini akan ada seorang manusia baik hati yang memberinya makan gratis.
Namun, kemana wanita itu?
Ella merangkak turun dari kasurnya. Ia menarik sebuah toples kecil lalu keluarlah makanan burung yang selalu Derich siapkan untuk ella karena Derich tau ella memberi makan hewan dan burung.
Setelah makanan tersebut berkumpul di tangannya ella tersenyum. Ella berjalan ke arah jendela seraya menyelipkan rambutnya yang panjang ke belakang telinga.
Tapi-
CPAK CPAK CPAK
Burung biru tersebut malah kaget dan ketakutan lalu lari tunggang langgang.
Ella mengerutkan keningnya bingung. Ia mendekat ke ambang jendela lalu menatap langit, ada apa? Biasanya burung tersebut sangat mengenalnya juga baik padanya.
Tapi kali ini kenapa reaksinya berbeda? Ia seperti hewan pada umumnya yang sedang terkejut dan kaget melihat orang asing.
Ella membalikkan tubuh, ia menjatuhkan pakan burung di tangannya saat melihat sosok yang tak dikenalnya di sebuah kaca besar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Day's
Storie d'amore"Oh, my beloved Ella..." Sebuah cerita klasik tentang seorang pelayan cantik yang dicintai oleh tuannya. 🦢